Jumat, 14 Oktober 2011

FESTIVAL SENI SURABAYA; Gaungnya Nyaris Tak Terdengar

Abdul Lathief
http://cetak.kompas.com/

Hari Sabtu (13/11) malam berbarengan dengan pentas ”Rumah Pasir” oleh Teater Koma Jakarta dalam rangkaian Festival Seni Surabaya 2010 bertajuk ”Surabaya Experience” di Gedung Cak Durasim, di Gedung Utama Balai Pemuda Surabaya yang semula dipakai untuk aktivitas FSS justru menjadi tempat penyelenggaraan acara perkawinan.

Panggung FSS dengan segala perlengkapan pendukung seni pertunjukan sudah disiapkan di dalam gedung utama. Namun, sejak Jumat (12/11) sudah mulai dibersihkan karena hendak dipakai untuk hajatan dan pesta perkawinan yang sudah mengikat kontrak dengan pengelola Balai Pemuda Surabaya.

Ironis, itulah yang terjadi sepanjang sejarah Festival Seni Surabaya. Sebab, selama ini tatkala perhelatan berlabel FSS, kompleks Balai Pemuda nyaris berubah wajah menjadi oase sekaligus etalase seni dan budaya selama aktivitas festival berlangsung.

Realitas itu setidaknya mengindikasikan persiapan panitia FSS tidak terprogram dengan baik. Adapun pihak panitia mengaku sudah berupaya maksimal bisa memanfaatkan Gedung Utama Balai Pemuda selama ajang tahunan ini berlangsung.

”Soal tempat, murni soal teknis. Awalnya mau pakai gedung Mitra baru. Tapi tidak bisa karena belum selesai direnovasi dan memang sudah terikat kontrak. Jadi tidak bisa dipaksakan,” kata Ketua Umum FSS ”Surabaya Experience” Basuki Babussalam.

Fakta lain yang amat mengganggu eksistensi FSS yang sudah berjalan lebih dari satu dasawarsa, sejak tahun 1996, adalah tampilnya Teater Koma dengan lakon ”Rumah Pasir”.

Penampilan teater dari Jakarta itu oleh sebagian seniman dianggap kesalahan panitia yang wajib dipertanggungjawabkan ke pada khalayak.

”Event seni FSS kacau, rusak, dan amburadul. Teater Koma ditanggap gede-gedean, sementara seniman lokal tidak diberi kesempatan seperti Teater Koma. Semakin runyam pentas Teater Koma tidak lebih dari garapan proyekan (HIV-AIDS),” kata Saiful Hadjar, seniman penggerak Kelompok Seni Bermain Surabaya.

Kelompok seni ini pernah menggegerkan jagat kesenian di Surabaya bersama seniman Mulyono asal Tulungagung dengan aksi seni rupa Marsinah, aktivis buruh yang ditemukan meninggal di kawasan hutan di Jatim pada 1990-an.

Penghormatan atas Teater Koma pun terkesan overdosis. Semua orang pasti mafhum dengan eksistensial, kebesaran, kepopuleran, dan keprofesionalan Teater Koma yang tanpa harus bersikap berlebihan tentu akan menyedot perhatian khalayak.

Kenyataan itu tersirat saat Teater Koma hendak geladi bersih dan pentas, Jumat dan Sabtu (12-13/11), panitia pun tampak antusias menghubungi media massa. Sebaliknya, tatkala kelompok-kelompok lain taraf lokal hendak tampil, nyaris panitia bungkam.

Bahkan, tatkala Kompas diundang meliput geladi bersih pentas tari pada Minggu (7/11), tak banyak panitia yang hadir hingga akhirnya geladi bersih pun molor tanpa kejelasan. Hal itu pun kembali terulang manakala geladi bersih pentas kolaborasi musik-puisi pada hari berikutnya.

Kacau sejak awal

Dari balik keruwetan, kekacauan, dan perlakuan yang overdosis yang mewarnai FSS tahun 2010, tebersit sebuah upaya yang layak mendapat apresiasi saat giliran pentas teater lakon ”Rembulan di Atas Kremil” oleh Bengkel Muda Surabaya bekerja sama dengan teater Berdaya, Bangunsari (Kremil), Surabaya.

Tim produksi teater lakon ”Rembulan di Atas Kremil” mengambil cara efisien, efektif, dan komunikatif dengan menerbitkan dan membagikan buku kecil naskah seputar pementasan.

Sekalipun tanpa mendapat perlakuan yang berlebihan dari panitia, media pun meresponsnya dengan antusias.

Ritus tahunan FSS yang telah menjadi ikon Surabaya kini telah usai berbarengan dengan pentas kesenian ludruk ”Karya Budaya” Mojokerto, Minggu (14/11) di Pelataran Balai Pemuda, Surabaya.

Kehadiran kesenian tradisional dalam ajang FSS kali ini sesungguhnya mencederai eksistensi festival. Prosesnya telah menasbihkan sebagai ruang kekaryaan seni kontemporer, futuristik dan eksperimental, entah seni tari, seni musik, seni rupa dan sastra.

Berdasarkan catatan Kompas, dalam perhelatan FSS tahun 2003, Sekretaris Panitia Henry Nurcahyo secara tegas menyatakan, Festival Seni Surabaya berbeda dengan Festival Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, yang lebih kepada kesenian tradisi. ”Framenya FSS adalah kontemporer, futuristik, dan eksperimental,” katanya kala itu.

Menilik waktu penyelenggaraannya pun, tahun ini berbeda dengan kesejarahan FSS yang momentumnya bersamaan dengan peringatan hari jadi Kota Surabaya pada Mei-Juni.

Alasan panitia menghelat FSS tahun ini dalam bulan November karena persoalan teknis setelah FSS vakum tahun 2009 dengan adanya pemilihan presiden.

”Setelah vakum di tahun 2009 karena pilpres, perlu persiapan yang cukup dan pilihan jatuh di November. Namun, tahun depan direncanakan kembali ke bulan Juni,” kata Basuki.

Adapun soal penampilan tampilnya kesenian ludruk, panitia FSS berargumen, hendak menyatukan budaya modern dan tradisi. ”Karena FSS punya semangat budaya itu, selain tampil karya mutakhir, kita juga ajak menikmati ludruk. Apalagi tema tahun ini adalah ”Surabaya Experience” dan ludruk menjadi bagian perjalanan panjang kota ini,” katanya.

Saiful Hadjar menyatakan, sampai sekarang manajemen FSS tidak pernah lahir. Walaupun mereka yang menangani kepanitiaannya sudah berulang kali terlibat, terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Panitia tampak sekadar menjalankan kerja, tidak berinisiatif dalam berpikir dan bersama-sama membangun strategi kesenian sehingga penyaji yang diundang pun tidak selektif.

”Sudah seharusnya yang terlibat FSS paham kesenian. Kesenian itu ideologi dan dialogis. Mereka katanya tahu manajemen kesenian, tapi tidak menerapkan sehingga aplikasinya nol,” ujarnya.

Mencermati perjalanan FSS dari tahun ke tahun, tidak semakin berkarakter yang membuat khalayak merindukan kehadirannya kembali.

Konsistensi pencapaian sebuah festival amat menentukan jati diri, bahkan menjadi sebuah peristiwa fenomenal yang akan terus ditunggu masyarakat seni pertunjukan.

Apa yang pernah dilontarkan oleh komponis kesohor arek Surabaya Slamet Abdul Sjukur, tampaknya masih relevan untuk direnungkan. ”Indonesia memang hebat dalam konsep, namun amat lemah dalam pengejawantahannya. Hal itu tercermin di negeri ini yang tidak pernah bagus,” katanya.

Festival Seni Surabaya tahun ini terkesan sekadar ada, setidaknya tercermin dari kurang matangnya panitia mengelola event besar itu, seperti tanpa baliho dan poster di sudut kota.

Dari awal penyelenggaraan hingga berakhir, tak ada kesan yang mendalam dalam FSS 2010, kecuali sebuah kekecewaan.

FSS tak dikelola secara profesional sehingga insan media pun nyaris luput dari kegiatan seni itu. Malang FSS 2010 yang nyaris tak terdengar gaungnya.

15 November 2010
Dijumput dari: http://manuskripdody.blogspot.com/2010/11/festival-seni-surabaya-gaungnya-nyaris.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati