Jumat, 14 Oktober 2011

Mengapa Puisi Anak-anak Lebih Bening?

Dwi Rejeki
Suara Karya, 8 Okt 2011

BENARKAH membuat puisi itu sulit? Jika memang sulit, bagaimana mungkin anak-anak usia sekolah dasar atau bahkan anak-anak yang baru masuk sekolah menengah pertama sudah bisa membuat puisi puisi yang berkualitas?

Kenyatannya memang demikian. Anak-anak sekolah dasar dan mereka yang baru duduk di bangka SMP sudah pandai membuat rangkaian puisi. Kualitasnya pun layak dibanggakan, bisa jauh mengalahkan kualitas puisi-puisi yang diciptakan para seniornya, yakni anak-anak yang sudah menduduki bangku sekolah tingkat atas, bahkan anak-anak mahasiswa.

Berbincang di sela kegiatannya menjadi ketua dewan juri lomba cipta puisi pada ajang lomba cipta seni pelajar tingkat nasional di Istana Kepresidenan Bogor, baru-baru ini, dramawan dan penyair Putu Wijaya menginformasikan bahwa dalam keterlibatannya sejak 6 tahun lalu hingga saat ini memang terlihat anak-anak usia SD di Indonesia sekarang ini banyak yang sudah pandai menciptakan sebuah puisi.

Yang lebih membanggakan lagi, anak-anak Indonesia memahami apa itu puisi. Menurut mereka, puisi itu adalah ungkapan hati yang disampaikan melalui kalimat-kalimat yang pendek, namun sarat dengan makna. Puisi harus mencerminkan kejujuran hati saat merekam sebuah peristiwa ke bait-bait puisi.

“Pemahaman yang demikian itu, berhasil diungkapkan anak-anak usia SD dengan begitu lugu, apa adanya. Dan dari situlah tercermin kekuatan sang anak dalam membuat puisi. Saya sungguh mengagumi karya anak-anak yang begitu dalam saat menafsirkan sebuah kejadian dan mereka tuturkan ke dalam sebuah puisi. Rata-rata puisi yang dihasilkan anak-anak peserta lomba cipta seni pelajar tingkat nasional selalu bagus. Layak diberi jempolan,” ujar Putu Wijaya memuji.

Pengakuan serupa juga diungkapkan dramawan lainnya, Jose Rizal Manua. Dramawan yang sudah sering menuntun teater anak-anak Indonesia menjuarai festival teater dunia di Eropa ini menuturkan kemampuan anak-anak sekolah dasar dan anak-anak yang masih sekolah di SMP, karena pemahaman mereka mengenai sebuah masalah masih sangat bening, belum terganggu oleh hal-hal lain yang menuntut mereka menggunakan bunga-bunga kata, sebagaimana kerap dilakukan oleh anak-anak sekolah lanjutanm atas, atau anak-anak mahasiswa jika membuat sebuah puisi.

Jose Rizal Manua kemudian merekam sebuah puisi karya Gira Dwi Tirta dari SDN 7 Sungailiat, Bangka Belitung yang pada ajang lomba cipta seni pelajar tingkat nasional, tahun lalu, berhasil terpilih sebagai juara harapan II. Puisi yang dihasilkannya adalah puisi yang dibuat Gira Dwi Tirta secara dadakan berdasarkan tema yang diberikan secara dadakan pula oleh panitia dan dalam proses penciptaannya anak-anak diawasi langsung oleh dewan juri.

Puisi itu bertajuk
Sabda Alam

Kala ku gerah dari sapaan sang surya//kukan berlari pada keramahan rindang sang pohon//kala ku dingin dari terpaan sang hujan//ku kan berlari beteduh menghangatkan diri.

Kala ku terbuai oleh belaian sang bayu//ku kan terlelap dalam mimpi merayu.

Tapi ketika aku terjaga dari mimpi// aku tersentak//tak lagi bisa berlari// mentari garang menerjang//pohon telah hilang nelayang//hujan tertumpah marah//karena pohon telah enyah musnah.

Sang bayu tak lagi membelai//hingga terbuai//ia telah menjelma menjadi badai.

Apa yang terjadi//apa yang telah kuperbuat// mengapa alam tak lagi ramah//apakah dikau sedang marah?// karena manausia selalu serakah.

Akh//apakah ini sabda alam?//yang tersirat, tak tersurat//agar manusia selalu mensyukuri nikmat//untuk menjaga alam sebagai amanat.

Menurut penuturan Jose Rizal Manua, puisi yang dihasilkan oleh Gira Dwi Tirta itu adalah bukti kemampuan anak-anak Indonesia yang bisa menghasilkan sebuah puisi dengan kualitas jempolan. Itu baru untuk sebuah puisi dengan klasifikasi juara harapan II. Tentu asaja, puisi yang menjadi juara pertama akan lebih berbobot dan membanggakan. “Namun karya Gira Dwi Tirta itu saja sudah bisa mewakili bahwa kualitas pemahaman anak-anak Indonesia saat ini terhadap seni sastra, khususnya puisi, memang makin membanggakan,” ujar Jose Rizal seraya menambahkan bahwa ketika puisi itu dibacakan Jose Rizal di panggung terbuka dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ikut mendengarkannya, Presiden menjadi terharu. Presiden menilai, anak-anak usia SD saja sudah bisa menafsirkan bahwa rusaknya hutan kita kibat keserakahan manusia. Karena itu anak-anak sejakusia dini diminta ikut menjaga negeri mereka. Melalui puisi beragam tema, anak-anak pun mengungkapkan harapan murni mereka terhadap negeri tercinta, Indonesia.

Apa yang menyebabkan anak-anak bisa menciptakan puisi? Putu Wijaya menuturkan, adalah tugas sang pembimbing atau guru, yang lebih dominan berperanan menuntun, mendidik, dan mengarahkan ana anak muridnya menjadi berhasil ketika sang guru, pembimbing melihat potensi anak-anak muridnya. Guru-guru yang dimaksud, tentu saja guru-guru yang punya kepedulian terhadap dunia seni dan sastra. Kalau sebuah sekolah tidak mempunyai guru yang memahami dunia seni dan sastra, maka dampaknya, sekolah tersebut menjadi kering dengan prestasi budaya. Sebuah sekolah bisa memiliki prestasi di bidang seni dan budaya karena guru-gurunya punya kepedulian kepada dunia senbi dan sastra.

Pemerintahan sekarang, dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Putu Wijaya, memang sedang memacu pertumbuhan prestasi seni dan budaya di kalangan anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengahpertama. Tujuannya? karena pemerintah sedang berusaha mencetak sebanyak mungkin maestro seni dan budaya. Dilihat dari sudut itu, adalah tindakan yang amat bijak, jika usaha pencetakan maestro seni dan budaya harus dirintis sejak dini. Dimulai dengan seleksi ketat sejak anak-anak sekolah dasar.

Hasil itu, kata Putu Wijaya dan Jore Rizal Manua, akan terasa dampaknya pada era mendatang, mungkin juga pada satu dasawarsa mendatang. Anak-anak yang sudah memperlihatkan prestasi gemilangnya di bidang seni sastra saat usia SD, sepertti misalnya Gira Dwi Tirta yang bisa membuat sebuah puisi bagus, pada tingkatan pertambahan usianya perlu terus dipantau dan dipacu agar tetap mampu mencetak prestasi gemilang.

Usaha usaha mencetak anak-anak yang mampou mencetak prestasi gemilang dalam bidang seni dan sastra, jugamenjadi bagian dari tujuan digelarnya Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional yang tiap tahun akan digelar. Tahun ini merupakan tahun ke-6 acara tersebut, dan akan terus dilanjutkan hingga berakhirnya masda kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Mudah-mudahan pada suatu saat nanti, anak-anak yang berhasil meraih prestasi gemilang itu akan menjadi maestro seni budaya di tanah air. Semoga!

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/10/mengapa-puisi-anak-anak-lebih-bening.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati