Senin, 03 Oktober 2011

Lelaki yang Kehilangan Senja

Dody Kristianto*
http://sastra-indonesia.com/

Denyut kota tiba-tiba mendadak hitam. Kota berubah dengan alir mati mengikut alur dari cerita seorang pengarang yang memotong senja. Ya, semenjak senja dipotongnya, tanganku tak lagi mampu membedakan mana kanan dan kiri. Mataku sering kali ketakutan, mengintip mataku sendiri. Serta bayanganku, yang acapkali terlepas kabur diburu oleh jejak kegelapan. Aneh, bukankh bayang-byangku sendiri adalah representasi dari kegelapan?

Tapi tidak demkian dengan sebuah keluarga. Atau lebih tepat tetangga berselisih dua rumah dari rumahku. Mereka begitu hidup. Kehidupan mereka begitu malam. Pernah suatu ketika aku melihat mereka sekeluarga berami-ramai mencopot otak mereka. Hii… . tapi itu dua bulan lalu ketika aku kali pertama tiba di kota ini, untuk mengikuti hilangnya senja yang dipotong oleh seorang pengarang. Ah, pengarang yang iseng, apa yang ada dalam pikirannya? Aku tak tahu. Mungkin juga sama dengan pikiranku yang anehnya juga ingin memotong senja.

Pun aku juga kerap berkirim surat eleektronik untuk si pengarang.

”Pengarang yang terhormat, kiranya akupun juga hendak memotong senja, sama dengan alur cerita yang kau bangun. Hai, mengapa engkau selalu mendahuluiku? Tidak hanya itu, kau bahkan menyalipku dengan sedan silvermu yang kutahu terdapat berkas goresan pada pintu sebelah kanan. Dan kalau kuingat, itu terjadi ketika aku ingin menangkap dan membingkai senja. Kau terlalu egois. Betapa senja itu telah engkau kantongi. Aku cuma bisa menengok, melongok ke dalam jantungku. Tidak, tak cuma jantungku. Bahkan juga mataku, telingaku, lidahku. Juga kutengok jauh ke dalam otakku, kubongkar. Tanpa senja tentunya”.

Sejak itu, senja jadi semacam obrolan di kota ini. Bagiku senja sudah menjelma hantu dan si pengarang asyik masyuk memainkan senja di kantongnya. Setiap sore, kujumpai orang-orang mengais bintang. Bintang? Lau apa hubungannya dengan senja. Sepertinya tidak ada dan lucu sekali. Sebuah rumah persewaan kunang-kunang di buka sebagai pengganti rasa penasaran terhadap senja. Tapi aneh sekali, kota yang tadinya metropolitan ini jadi kota yang kehilangan senja. Senja yang aneh, sudah jadi trend di kota kasihan ini.

Sementara aku sendiri tak begitu percayakau semudah itu memunculkan senja sebagai cerita berbingkai dalam kumpulan ceritamu. Mungkin juga cerita-ceritamu sudah menjelma novel kecil. Novel yang menculik senja. Kau masih saja asyik memainkan senja di kantongmu. Tak perduli betapa kau dikejar oleh polisi, tentara, helikopter yang siap memburumu di manapun kau berada, sampai di got gelap sekalipun. Dengan segala hormat, aku pun mulai putus asa. Betapa rumahku kini panas, menara-menara patai, tempat persinggahanku ketka hari sore tak lagi ceria. Semua karena keegoisanmu yng memotong senja dalam ceritamu. Untuk pacarmukah? Egois sekali.

Untuk sekali ini, aku pasrah, takkan kukejar senja yang sudah kau kantongi. Biar kau peluk senja sebagai bantal, gulingmu atau juga boneka yang menemani perjalananmu. Biar aku lupakan senja. Atau juga menemukan senja baru. Senja yang tentunya belum sempat kau potong dan tersimpan dalam kantongmu. Aku tak mau untuk kali kedua kau dahului. Tentu aku akan mencari senjaku sendiri. Dan aku ingin sekali

***

Lalu mulailah kucari senja. Kujejaki dalam mimpiku. Pertama, aku penasaran pada keluarga yang begitu hidup, begitu malam. Aku curiga barangkali mereka menyimpan senja. Barangkali juga mereka percik senja. Tapi entah, otakku juga turut berseri saat memandang mereka. Rambut-rambut dari kepalaku mulai rontok, sampai kepalaku berkilat seperti halnya senja. Tidak. Ini bukan senja yang kucari. Ini bukan senja. Ini aneh.

Sekejap kemudian mereka kuhindari. Mereka aneh, bahkan sangat aneh. Dan tidak mungkin senja yang damai kutemukan pada keluarga seaneh itu. Ke mana lagi harus kutemukan senja? Semoga aku beruntung saat terlempar dalam mimpiku. Bukankah mimpiku ini masih belum terjamah? Belum tersentuh, sekalipun oleh diriku. Aku mulai bergerak menyusuri tepian pantai. Waktu masih menunjukkan pukul 15.00. masih ada harapan. Dan harapan itu memang ada dalam pikiranku. Seperti juga senja yang ada di depanku, yang selama ini kucari dan kuburu.

Memang indah, memang anggun senja sore ini. Sekian bulan sudah aku tidak menikmati senja. Akhirnya tiba juga senja yang pulas. Tapi tiba-tiba sekejap saja pantai ini didatangi satu persatu penduduk kota. “Hei, ini senjaku. Ini mimpiku!” teriakku pada mereka. Mereka tak perduli. Mereka tak mendengarku. Mereka makin asyik saja menikmati senja yang sekian lama hilang dalam hidup mereka. Mereka mengabaikanku. Tapi ini mimpiku, tentu hanya aku yang berhak atas senja yang selama ini kucari.

Namun kami semua terkejut. Senja tiba-tiba merayap hilang dan seperti terpotong. Kami semua gugup, berteriak resah. Tak terkecuali aku sang pemilik senja. “Hei, kemana senjaku? Apa yang klian lakukan pada senjaku?” tanyaku. Mereka semua panik. Mereka berhamburan semburat. “Senja hilang, senja hilang lagi!” teriak mereka. Mereka tak perduli pada pertanyaanku.

Dan aku melihat sesosok yang kukenal. Dengan sedan silver, dengan bekas goresan pada pintu sebelah kanan. Ah, dia si pencuri senja, dia si pengarang. “Oi, tangkap dia!” orang-orang berteriak marah. Si pengarang tancap gas bersama senja yang sudah dikantonginya. Para penduduk kota tak ketinggalan mengejarnya. Aku langsung menaiki motorku. Kukebut dengan harapan aku bisa mengejar si pengarang. Semua yang ada di kota ini dikerahkan. Anjing-anjing pelacak, polisi, tentara, helikopter, pesawat pembom. Seluruhnya beramai-ramai mengejar si pencuri senja. Malam ini headline pada acara televisi, radio, koran, majalah, serta jurnal-jurnal adalah “SI PENCURI SENJA BERAKSI LAGI”. Kota kembali murung.

Si pengarang terus tancap gas dengan senja di kantongnya. Tak perduli bahwa seluruh kota mengejarnya. Aku pun tak kalah giat memburunya. Motorku terus kupacu, melewati jalan-jalan, gang-gang demi kudapatkan senjaku yang hilang. Tapi pengarang itu begitu lihai. Sorotan pesawat dan helikopter berhasil dilewatinya. Begitu juga dengan endusan anjing pelacak yang bisa dikelabui. Ia bisa tenggelam. Ia ditelan waktu. Aku kehilangan jejaknya. Ia hilang. Ia seperti pesulap yang dengan luar biasa menghilangkan menara tertinggi di dunia. Bahakan lebih dari itu. Ia adalah pencuri yang licik. Ia adalah pengarang yang luar biasa.

***

Malam ini kota kembali ramai. Senja yang hilang. Kota yang senyap. Penduduk yang histeris kehilangan senja. Mereka masih mencari di setiap sudut kota di bawah kolong jembatan, gorong-gorong maupun terminal bawah tanah. Tapi, aku sudah lelah. Kepalaku penat. Rambutku mulai berjatuhan. Berita-berita di televisi masih serius mengabarkan hilangnya senja. Aku mulai tidak kuasa menahan rasa lelahku. Aku mengantuk. Aku ingin tidur. Namun, bukankah aku sedang bermimpi? Dan kenapa aku harus tertidur dalam mimpiku? Bukannkah aku harus segera mencari senjaku yang hilang?

Tiba-tiba aku menerima sebuah surat elektronik. Ternyata berasal dari si pengarang. Isinya berbunyi:”Saudaraku, terima kasih engkau mau mengalah memberikan senja dalam mimpimu untuk ceritaku. Aku sebenarnya tidak mau melakukan hal ini. Pun, aku juga bukan orang egois. Aku tidak akan memotong senja hanya untuk pacarku. Aku cuma ingin membingkai cerita ini. Teruslah memburu senja. Kelak kita akan bertemu setelah kau temukan senjamu. Biar cerita ini terus mengalir dan membangun senja dalam dirimu. Teruslah mencari senja. THANKS, PENGARANG”. Sontak kubanting layar komputer sampai pecah berkeping-keping dan dari pecahan-pecahan itu terpercik bunga listrik.
“Kurang ajar!”

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati