Jumat, 25 November 2011

Filsafat untuk Calon Intelektual

Hasnan Bachtiar
http://sastra-indonesia.com/

SANGAT PENTING filsafat dikenalkan kepada calon intelektual. Filsafat adalah jendela pengetahuan, sekaligus kebudayaan yang mengusung nilai-nilai dan kebiasaan kritis dalam membaca kehidupan. Karena itu, tidak heran jika prinsip-prinsip fundamental kehidupan seperti kebersamaan, keadilan, dan hubungan sosial yang baik, berangkat dari pendalaman filsafat yang serius (prihatin).

Filsafat juga bermakna memanusiakan manusia. Intelektualitas manusia menjadi tanda bahwa ia berbeda dengan selainnya (the other). Menimbang hal ini, Pythagoras menyindir bahwa, “Jika manusia ingin hidup senang, maka hendaklah rela dianggap sebagai yang tidak berakal.” (Mulyadi Kartanegara, the Best Chicken Soup of the Philosophers, 2005: 29). Sindiran ini berlaku bagi mereka yang tidak prihatin dengan kehidupan atau bagi mereka yang tidak berfilsafat, karena bukan berarti bahwa “hidup senang” adalah kehidupan yang terbaik.

Kehidupan itu, kesenangan dan kesedihan. Namun, bagaimana jika kehidupan melulu kesedihan? Kehidupan, apapun bentuknya harus diapresiasi dengan baik. Sama halnya dengan Nietzsche yang menganggap bahwa kehidupan bagi intelektual hanyalah tragis belaka. Namun, segala pengalaman hidup yang menyakitkan hendaknya dihadapi dengan lapang dada dan hati yang riang (Nietzsche, the Birth of Tragedy, 1967: 133). Jadi, seandainya kita adalah manusia yang masih merasa sebagai manusia, maka harus menyadari dengan sungguh bahwa dirinya adalah intelektual atau manusia yang prihatin atas fenomena kehidupan yang sulit dan kompleks ini.

Agar lebih kontekstual, marilah kita mencoba menyelami pelbagai problem kebangsaan yang sesungguhnya. Beberapa hari menjelang pidato presiden di depan DPRD, The New York Times (5/8/2010) menurunkan berita impresif tentang Indonesia. Harian internasional ini menyebut perekonomian Indonesia adalah perekonomian terbesar kawasan Asia Tenggara yang layak dijadikan model bagi negara-negara sekitarnya. Inilah gegap gempita perekonomian bangsa menurut “orang lain” yang menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi makro sebesar 6,2 persen pada semester II 2010.

Membaca hal ini, tentu saja rakyat Indonesia memungkiri bahwa kesejahteraan dapat dinikmati. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi makro berbanding terbalik dengan kesejahteraan rakyat secara nyata. Moeslim Abdurrahman menanggapi, “Menurut sudut pandang orang miskin, bahwa mereka tidak makan pertumbuhan ekonomi yang 6,2 persen ini. Inilah di mana kritik dan protes harus diajukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.” (Moeslim Abdurrahman, 2010).

Menurut hemat Prasetyantoko (Kompas, 18/8/2010), kesenjangan ini terjadi karena Indonesia adalah negeri yang lupa dengan investasi sosial. Pada 2009, Human Development Index mencatat bahwa Indonesia memiliki peringkat pada level 111, suatu tempat yang jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Apa pasal Indonesia begitu miskin? Jeffrey D. Sachs menilai bahwa penetrasi asing dalam investasi kapital dan pengelolaan pasar telah menjadikan negara miskin terperangkap dalam jebakan kemiskinan. Dalam konteks Indonesia, Amien Rais secara geram menyebut bahwa ada penjajahan agung, korupsi yang paling berbahaya sedang menyandera Indonesia. Inilah yang disebut dengan state capture corruption atau state hijacked corruption. Tanpa disadari, inilah yang menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang sulit berkompetisi dalam percaturan global dan kesulitan ini bersifat kronis, karena melahirkan sistem kenegaraan yang parasitik, korup dan manusia-manusia bangsa bermental kuli (Jeffrey D. Sachs, The End of Poverty, How We Can Make It Happen in Our Lifetime, 2005: 256-257).

Berhadapan dengan fakta silang sengkarut ketimpangan sosial, yang menjadi pertanyaan mendesak adalah, di mana peran intelektual untuk menjawab tantangan zaman yang sedemikian kompleks?

Peran penting intelektual adalah soal-soal tentang pelaku sejarah yang berperan dalam agenda pemerdekaan sosial. Sudah barang tentu hal ini tentang siapa yang bisa diandalkan untuk menggawangi pengejawantahan kritisisme dalam rangka perubahan sosial di Indonesia: menciptakan keadilan dan menghapus kesenjangan sosial.

Mansour Fakih menyebut masyarakat sipil (civil society) yang mampu melakukan transformasi sosial, gerakan penyadaran dan advokasi terhadap masyarakat. Mereka merupakan aktor sejarah yang mampu melakukan perlawanan terhadap hegemoni sosial (Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Pergoalan Ideologi LSM Indonesia, 2008: 180-181).

Namun untuk melakukan perubahan yang strategis, meneguhkan perubahan sosial hanya mengandalkan upaya gerakan civil society yang non-parlementer adalah terlalu sulit. Terlebih dominasi dan hegemoni struktural tidak melulu persoalan politik, tetapi juga kapital atau pasar dan peradaban (pengetahuan, sains dan teknologi).

Inilah tantangan bagi kelas menengah, baik itu secara ekonomi, karena penguasaan kapital yang kuat, maupun kelas menengah intelektual. Keduanya inilah yang memiliki kekuatan untuk melakukan mobilitas sosial. Fenomena lainnya adalah bahwa kelas menengah yang pertama lebih peka terhadap etika konsumtif dan tidak terlalu peduli terhadap advokasi politik (Moeslim Abdurrahman, On Hajj Tourism: In Search on Piety and Identity in the New Order Indonesia, 2000: hal. 1-20). Demikianlah, hal ini semakin menguatkan bahwa yang paling berperan dalam kerja penyadaran adalah kelas menengah intelektual. Kelas menengah intelektual adalah para sarjana, cendekiawan, agamawan dan termasuk juga mahasiswa.

Kembali kepada persoalan intelektual dan memanusiakan manusia. Sebenarnya kebutuhan yang mendasar adalah membangun dan mengembangkan intelektual itu sendiri. Karena itu, kegiatan pengenalan filsafat sebagai ruh kritisisme (peka rasa dan pikir untuk prihatin) sangat penting dilakukan. Inilah tugas utama pelbagai lembaga kebangsaan, lembaga studi, maupun forum-forum kultural non-kelembagaan untuk menyelenggarakan suatu acara yang berorientasi pada cipta intelektual, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi perubahan sosial.

*) Hasnan Bachtiar, peneliti di Pusat Studi Islam dan Filsafat PSIF UMM. Sehari-harinya bergelut di dunia penelitian dan aktivisme. Selain di PSIF, juga aktif di Center for Religious and Social Studies (RESIST) Malang sebagai peneliti dan koordinator studi, Komite Advokasi dan Informasi Rakyat Malang sebagai peneliti, ketua Lembaga Studi Terranova Malang di bidang kajian posmodernisme, anggota Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati