Minggu, 20 November 2011

Haji Mabrur

Akhmad Muhaimin Azzet *
http://www.kompasiana.com/akhmad_muhaimin_azzet

Hati Hasan berbunga-bunga. Lembaran uang sejumlah dua juta rupiah kini dalam genggamannya. Berarti, pikir Hasan, bila ditambah dengan tabungannya di bank yang sudah berjumlah dua puluh lima juta, genap sudah untuk ongkos naik haji. Sungguh, malam ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Hasan.

Meski malam telah larut, Hasan tak juga beranjak tidur. Saking bahagianya, Hasan belum ingin memejamkan mata. Sedangkan istrinya, tampak telah tertidur pulas. Tak ingin mengusik istirahat istri tercintanya, Hasan berjalan pelan ke ruang tamu dengan masih menggenggam uang dua jutanya. Ia ingin menikmati malam ini dengan banyak bersyukur.

“Melaksanakan ibadah haji ke tanah suci adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah mampu. Bagi yang belum mampu, yang penting ada niat untuk melaksanakannya. Kalau sudah niat, percayalah, Allah akan memberi banyak kemudahan,” demikian dikatakan Kiai Zaenal dalam sebuah pengajian pamitan haji di rumah Mbah Kamdi lima belas tahun yang lalu.

Ya, persis lima belas tahun yang lalu. Hasan masih ingat betul. Sebab, Hasan teringat terus kata-kata itu nyaris dalam setiap langkahnya. Maka, semenjak itu Hasan rajin menyisihkan uangnya untuk ditabung. Sebagai seorang petani di kampung yang hanya mempunyai sebidang sawah, sepertinya hanya mimpi bagi Hasan untuk dapat melaksanakan ibadah haji. Tapi, kata-kata Kiai Zaenal terus menyalakan semangat Hasan. Kalau kita sudah berniat dan berusaha, Allah tidak pernah tidur, Allah Mahakaya, pasti nanti ada saja jalannya, demikian tutur Kiai Zaenal yang kini telah benar-benar menyuburkan keyakinan Hasan.

Ternyata betul. Semenjak niat telah dipancangkan dan menggelora di hati Hasan, panen padinya berhasil dengan baik. Hasan langsung menabungkan sebagian hasil panennya untuk ongkos naik haji. Hasan masih ingat betul, waktu itu ia menabung sebanyak tiga ratus ribu rupiah untuk membuka rekening di sebuah bank pemerintah.

Selanjutnya, Hasan semakin rajin menabung. Setiap ada kelebihan dari kebutuhan pokok dalam kehidupannya sehari-hari, pastilah disisihkan Hasan untuk ditabung. Istri Hasan juga sangat mendukung suaminya untuk diajak hidup sederhana. Tidak ingin membeli yang macam-macam. Makan juga seadanya. Hidup berhemat demi sebuah cita-cita mulia. Ibadah haji.

Hasan tak peduli sampai kapan uangnya akan cukup untuk ongkos naik haji. Bagi Hasan, yang penting adalah menabung. Untungnya Hasan dan istrinya juga tidak banyak menghadapi tuntutan biaya hidup. Anak perempuan satu-satunya, Hasnah, juga telah menikah lima tahun yang lalu dan ikut suaminya ke kota yang bekerja sebagai pegawai negeri. Kini Hasnah telah mempunyai dua anak. Keduanya laki-laki.

Ternyata betul kata Kiai Zaenal. Kalau kita bersungguh-sungguh, pastilah Allah akan memberi banyak kemudahan. Kini setelah lima belas tahun menabung, uang Hasan telah cukup untuk ongkos naik haji.

Sebenarnya, Hasan ingin naik haji berdua dengan istrinya, sehingga Hasan akan terus menabung lagi. Tapi, istrinya selalu mendesak agar suaminya dulu yang naik haji. Mumpung uangnya telah cukup. Takut nanti habis untuk kebutuhan yang mendesak, malah keduanya tidak bisa naik haji, demikian alasan istrinya. Setelah suaminya naik haji, nanti menabung lagi gantian untuk istrinya, demikian rencananya.

Maka, malam ini Hasan menggenggam uang dua juta itu dengan hati yang penuh rasa syukur kepada-Nya. Tak terasa, air mata tiba-tiba telah membasahi pipinya.

* * *

Setelah shalat subuh, Hasan mengambil uangnya yang tadi malam ia simpan di lemari. Hasan menghitung lagi untuk memastikan jumlahnya masih genap dua juta. Rencananya, setelah sarapan pagi ini Hasan tidak berangkat ke sawah seperti biasanya, tapi berangkat ke bank untuk menabung.

Pada saat sarapan pagi bersama istrinya di dapur, pintu depan terdengar ada yang mengetuk lantas terdengar suara seorang perempuan mengucapkan salam. Hasan dan istrinya menjawab dan bergegas ke ruang tamu. Ternyata yang datang adalah Maryam, tetangganya sebelah, sambil menggendong anaknya.

“Pak Hasan, Bu Hasan, bagaimana ini?” Maryam langsung menangis setelah dipersilakan duduk di ruang tamu.

“Apanya yang bagaimana, tenang dulu, jelaskan apa yang telah terjadi?” Hasan menenangkan Maryam.

“Suami saya, Pak Hasan, suami saya….”

“Ya, kenapa suamimu?”

“Baru saja muntah darah dan langsung pingsan.”

“Hah?!”

Hasan dan istrinya spontan kaget. Sebab, kemarin sore Marwoto, suami Maryam, masih tampak sehat-sehat saja. Bahkan, siangnya masih bekerja sebagai buruh tani di sawahnya Pak Rahim. Sekarang, meski sarapannya belum selesai, Hasan dan istrinya langsung berlari ke rumah tetangganya tersebut.

Setelah sampai, ternyata benar, lelaki kurus tersebut tergeletak pingsan di balai tengah rumahnya. Melihat kondisinya yang sepertinya parah, darah masih segar membasahi leher dan kaus Marwoto, Hasan langsung berlari ke jalan depan yang berjarak sekitar seratus meter untuk mencegat mobil angkudes yang lewat. Tak lama setelah itu, Marwoto diangkat beberapa tetangganya yang lain yang sudah datang untuk dibawa ke dalam mobil dan secepatnya menuju rumah sakit di kota.

Beruntung. Nyawa Marwoto masih dapat diselamatkan. Setelah menjalani perawatan dokter, Marwoto siuman. Tapi, hanya untuk sekitar sepuluh menit. Setelah itu, tak sadar kembali. Maryam masih saja sesenggukan menangis. Ketiga anaknya, yang kesemuanya masih kecil-kecil, kontan saja ikut menangis melihat ibunya yang menangis. Suasana menjadi semakin menyedihkan di ruang tunggu rumah sakit tersebut.

Apalagi, setelah diputuskan Marwoto harus opname. Maryam semakin sedih sebab tidak mempunyai biaya untuk pengobatan suaminya. Hasan, setelah berembuk dengan istrinya, bersedia menanggung biaya pengobatan tetangganya tersebut.

* * *

Hasan duduk termangu di ruang tamu. Istrinya menghampiri dengan membawa sepiring pisang goreng yang masih panas. Tampaknya ia baru saja menggorengnya di dapur.

“Bapak sedih tidak jadi naik haji tahun ini?” istrinya tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

“Mengapa kamu bertanya seperti itu?” Hasan balik bertanya kepada istrinya.

“Lha, tadi kok sepertinya melamun sendiri.”

“Tidak, istriku, bukankah kita telah melakukannya dengan ikhlas. Ya, kan?! Aku justru bahagia telah menolong tetangga. Kini Marwoto sudah dapat bekerja kembali untuk menghidupi keluarganya. Terutama tiga anaknya yang masih kecil-kecil itu.”

Memang, kalau dipikir sungguh berat pengorbanan yang dilakukan oleh Hasan. Setelah lima belas tahun menabung untuk ongkos naik haji, ia harus rela tidak jadi berangkat naik haji karena uangnya yang enam belas juta digunakan untuk biaya pengobatan tetangganya.

Ya, sebesar itu. Sebelumnya juga tidak ada yang menyangka kalau ongkosnya sebesar itu. Setelah dua hari Marwoto opname di rumah sakit dan belum juga sadar, setelah dokter melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, akhirnya dokter memutuskan Marwoto harus dioperasi. Ada kanker ganas sekaligus penggumpalan darah, katanya. Bila tidak, dokter angkat tangan.

Maka, selanjutnya Hasan yang menandatangani surat perjanjian, terutama kesanggupan biaya, sebelum Marwoto dioperasi. Hasan melakukan itu dengan hati yang tulus, karena ia tidak tega dapat berangkat haji tetapi tetangganya terancam nyawanya. Mengenai biaya nanti dapat dicari dan dikumpulkan lagi, tapi kalau nyawa, ke mana harus mencari ganti, demikian pikir Hasan.

“Lho, itu melamun lagi?!” istrinya lagi-lagi membuyarkan keterpanaan Hasan.

“Hei, itu sepertinya Kiai Zaenal mau ke sini. Ada apa ya, tumben,” Hasan tidak menjawab ungkapan istrinya sebab ia melihat kiai yang kharismatik itu telah memasuki pekarangan rumahnya.

“Assalamu’alaikum….”

“Wa’alaikumussalam…, silakan masuk Pak Kiai, aduuh… silakan duduk.” Hasan tampak gugup didatangi Kiai Zaenal mendadak begini. Istrinya bergegas ke belakang untuk membuatkan minuman.

“Bu, tidak usah dibikinkan minum. Saya langsung saja ya…,” Kiai Zaenal tidak berbasa-basi setelah ia duduk di kursi.

Hasan dan istrinya langsung duduk di ruang tamu mendengarkan perihal apa yang akan disampaikan Kiai Zaenal.

“Begini, sudah tiga hari ini aku bermimpi hal yang sama,” Kiai Zaenal tampak serius mengucapkan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

“Mimpi apa itu, Pak Kiai?” Hasan tidak bisa menyembunyikan penasarannya.

“Aku melihat serombongan jamaah haji. Tidak ada yang aku kenal dalam rombongan tersebut, kecuali satu orang, yaitu engkau, Hasan. Dalam mimpiku tersebut tiba-tiba ada seorang lelaki berjubah putih yang sangat tampan di sampingku dan berkata bahwa hanya satu orang yang hajinya mabrur dalam rombongan tersebut. Lelaki berbau wangi yang mengaku sebagai malaikat tersebut menunjukmu, Hasan. Mimpi ini berulang sampai tiga malam dan sama.”

Hasan tercekat. Tidak dapat berkata-kata. Demikian pula istrinya.

“Aku menemuimu hari ini sesungguhnya aku ingin tahu sebenarnya kebaikan apa yang telah engkau lakukan sehingga aku bermimpi seperti itu?”

Hasan tidak bisa menjawab. Ada perasaan bangga, terharu, dan bahagia menjadi satu. Air matanya tiba-tiba bercucuran membasahi pipinya.

*) Suka membaca dan menulis. Di antara tulisannya pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Elka Sabili, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas. Menulis juga buku (nonfiksi) yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Suka pula bersepeda dan aktif di Lereng Merapi Onthel Community, Yogyakarta ---[twitter: @kangazzet]

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati