Jumat, 18 November 2011

Tugas Sastra dari Al Capone…

Binhad Nurrohmat
Kompas, 16 Mei 2010

UANG kertas Rp 100.000 keluaran tahun 2004 berilustrasikan teks Proklamasi serta gambar Soekarno-Hatta dan gedung parlemen. Uang tak cuma alat tukar. Uang juga alat simbolik kekuasaan politik. Nalar modern melantari uang menguasai tata-kehidupan. Edukasi, seni, bahkan agama terjerat kuasa-uang. Tanpa kartu ATM dan kartu kredit kehidupan seakan macet.

Peredaran pengetahuan seperti putaran uang, kata Jean-Francois Lyotard. Perbedaan penting antara nilai edukasi dan politik bukan lagi soal mengetahui atau ketakacuhan, melainkan serupa uang. Lyotard menyatakan itu dalam The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Risalah itu membincang narasi alit yang becus mengendus bentuk sari pati penemuan imajinasi dan memudarnya pamor narasi besar. Baginya, konsensus tak kuasa lagi menopang kriteria kesahihan. Juru pemecahnya adalah paralogi. Paralogi memasuki kenyataan lewat ”jalan-jalan samping”, bukan ”jalan besar” warisan modernisme yang sudah buntu. Paralogi menekankan disensus (kondisi ketaksepakatan dalam kehidupan sosial) lantaran konsensus jadi cakrawala tak kunjung tergapai.

Khilaf baca

Restui saya mencuplik tulisan Edy A Effendi ”Paralogi: Satu Residu yang Tersisa” (Kompas, 21/3): ”Kenyataan sastra hari ini… harus dilihat dan dipandang dalam prinsip-prinsip paralogi”; dan keharusan itu karena fakta ”sastra dewasa ini yang menyodorkan berbagai bentuk kreatif”. Ia mematuhi Lyotard. Tapi apakah ”keharusan” itu tak menjegal prinsip paralogi itu sendiri?

Baginya, problem sastra hari ini tak cuma tema dan ”seharusnya dikaji lebih subtil, detail, dan terstruktur ’darah-daging’-nya.” Namun, dambaan Bandung Mawardi dalam ”Uang, Modernitas, dan Tafsir Sastra” (Kompas, 7/3) agar kesusastraan mengusung tema uang dilantari kondisi modern yang dikonstruksi oleh uang itu menurutnya luput dari mata kesusastraan Indonesia modern. Dambaan itu sah sebagai pilihan komitmen sosial pengarang.

Ia pun meributkan cuplikan teks-teks Telegram karya Putu Wijaya dan Pasar karya Kuntowijoyo dalam tulisan saya ”Mata Sastra Tak Melirik Mata Uang?” (Kompas, 14/3). Ia apriori dan berprasangka bahwa pencuplikan teks-teks itu tanpa bergulat dengan teks itu sendiri. Saya mencuplikkan teks-teks yang langsung menunjukkan efek ”kuasa-uang”, tapi baginya cuplikan teks-teks itu tak ”mengawinkan proyek imajinasi dengan realitas keseharian”. Jika ia tak khilaf baca, cuplikan teks-teks itu mengonkretkan imajinasi karena terkawinkan dengan realitas keseharian.

Menurutnya, saya mencontohkan dua novel itu berarti menyalahpahami kehendak Bandung soal tema uang dalam kesusastraan. Dua novel itu (dan karya-karya lain yang saya contohkan) memang tak mengusung tema uang sebagai isu sentral, melainkan menyiratkan tema itu secara organis; dan di titik inilah saya beda perspektif dengan Bandung soal tema uang dalam kesusastraan.

Baginya pula, penilaian saya keliru sebab isu sentral karya-karya itu bukan soal uang. Menurut saya, penilaian saya adanya efek ”kuasa-uang” dalam dua novel itu sejalur penilaian Boen S Oemarjati atas Telegram (yang membongkar paradoks manusia modern) dan penilaian A Teeuw ihwal Pasar (yang mengusung harmoni dan disharmoni kehidupan publik)—sebagaimana yang dipajang dalam tulisannya itu. Bedanya, penilaian saya fokus ke biangnya, yaitu efek ”kuasa-uang” dalam dua novel itu. ”Kuasa-uang” adalah sumber paradoks dan disharmoni kehidupan.

Sikap pengarang

Beni Setia dalam ”Masyarakat tanpa Orientasi Uang” (Kompas, 2/5) menilai titik terjauh dari tulisan Bandung yang pertama (7/3) adalah ”kenapa uang tak pernah jadi obsesi manusia Indonesia dan direfleksikan dalam karya sastra”. Bagi Beni, inti soalnya adalah ”tak ada sastrawan Indonesia yang bisa sampai ke filosofi inti kesadaran etik bisnis yang bertanggung jawab”. Beni cekatan tapi ekstrem menggeneralisasi.

Bandung dalam ”Nalar Uang dan Nalar (Pengarang) Sastra” (Kompas, 9/5) rajin merekrut dan memuji tema uang dalam sastra Melayu Tionghoa awal abad XX yang bergaya jurnalistik itu dan ia menyiratkan kritik bahwa kesusastraan Indonesia modern gagal menggarap tema uang. Ia lupa gaya penulisan sesudah masa sastra Melayu Tionghoa itu hendak serentak merengkuh bauran beragam kenyataan lewat suatu tema tertentu, sebab kehidupan itu bauran realitas-realitas. Tema uang dalam kesusastraan Indonesia modern tak digarap lewat kacamata kuda.

Sayang, ia abai kuasa-uang yang mengikis idealisme kerja pengarang. Ia terpaku soal garapan tema uang dalam kesusastraan dan lupa akibat efek kuasa-uang—misalnya godaan pasar dan hadiah sastra—pada laku kepengarangan.

Lantas, apa faedah kesusastraan menggarap tema uang?

Pada 1920-an, Al Capone membuka bisnis cuci-uang palak, pelacuran, dan lan-lain agar uang bersih dan halal. Mafia besar Amerika itu dihukum bukan karena kejahatan cuci-uang. Ia dipenjara sebab menggelapkan pajak. Transaksi cuci-uang ”terdukung” bank-bank Swiss yang sejak 1930-an mencetak nostro account (rekening yang identitas nasabahnya berupa nomor sandi sehingga yang terlibat transaksi tak diketahui). Dan barisan panjang skandal uang di negeri ini kerap ”dibereskan” dengan uang.

Bagaimana pengarang menyikapi kenyataan-kenyataan itu?

Bagi Lyotard, ”Para seniman dan penulis mesti dibawa kembali ke haribaan masyarakat, atau setidaknya, jika masyarakat dianggap sakit, mereka mesti diberi tugas menyembuhkannya.”

Lyotard tak membebani kesusastraan dengan tugas. Sebab memang itulah sebagian tugas kesusastraan serius. Tugas yang dimaksud Lyotard itu sebut saja ”misi eksternal kesusastraan” yang berbaur ”misi internal kesusastraan”—sebut saja estetika. Ada pengarang membabi-buta pada misi eksternal kesusastraan sebab ia rabun melihat esensi kesusastraan.

Ada pengarang semata memuja misi internal kesusastraan sehingga patut dipertanyakan epistemologi kesusastraannya. Bauran dua misi itu dalam seni susastra bukanlah sebuah mission impossible, contoh kisah Shinel (Mantel) karya Nikolai Gogol itu. Apakah uang kertas Rp 100.000 keluaran tahun 2004 itu merupakan contoh bauran dua misi itu dalam seni gambar? Tutup tulisan ini dan bukalah dompet atau pergi ke ATM…
____________________________
*) Binhad Nurrohmat, Penyair dan sivitas akademika STF Driyarkara, Jakarta
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2010/05/tugas-sastra-dari-al-capone.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati