Kamis, 29 Desember 2011

Mencari Latar NTT dalam Cerpen

Yohanes Sehandi
__Pos Kupang, Suara NTT

DALAM sebuah cerita pendek (juga dalam novel atau roman), latar atau setting merupakan salah satu unsur intrinsik, di samping unsur intrinsik yang lain, seperti tema atau inti cerita, tokoh atau perwatakan, plot atau alur cerita, dan gaya pengungkapan cerita. Unsur-unsur intrinsik ini merupakan ‘unsur dasar’ yang membangun/membentuk sebuah cerita pendek (cerpen) atau novel. Eksistensi sebuah cerpen atau novel ditentukan oleh hadirnya unsur-unsur intrinsik ini. Tanpa kehadiran unsur-unsur ini, sebuah cerita rekaan atau cerita fiksi (prosa atau imajinasi), susah untuk dimasukkan sebagai cerpen atau novel yang merupakan salah satu genre karya sastra.

Di samping unsur intrinsik, cerpen atau novel juga mengandung unsur ekstrinsik, yakni unsur/faktor yang ikut mempengaruhi cerpen atau novel dari luar, seperti faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, ideologi, dan lain-lain. Unsur-unsur ekstrinsik ini hanya sekadar memberi kelengkapan penciptaan sebuah cerpen atau novel, dan tidak menjadi dasar penentu eksistensi sebuah cerpen atau novel.

Menurut M.J. Murphy yang dikutip Frans Mido dalam buku Cerita Rekaan dan Seluk-beluknya (1994, hlm. 51), latar adalah ‘tempat dan waktu di mana para tokoh hidup dan bergerak. Keduanya mempengaruhi watak/kepribadian, tingkah-laku, dan cara berpikir para tokoh.’ Tidak jauh berbeda dengan M.J. Murphy, kritikus sastra M.S. Hutagalung dalam Tanggapan Dunia Asrul Sani (1967, hlm. 102-103) menyatakan bahwa latar adalah gambaran tempat, waktu, dan segala situasi/kondisi di tempat terjadinya peristiwa/cerita. Jakob Sumardjo dalam Fiksi Indonesia Dewasa Ini (1979), Dami N. Toda dalam Novel Baru Iwan Simatupang (1980), dan Korrie Layun Rampan dalam Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek (1995), merumuskan pengertian latar atau setting ‘hampir sama’ dengan yang dirumuskan M.J. Murphy dan M.S. Hutagalung di atas.

Bertolak dari pengertian latar atau setting sebagaimana dirumuskan sejumlah ahli/pemikir/kritikus sastra/fiksi di atas, saya mencoba ‘mencari’ latar daerah/wilayah/Propinsi Nusa Tenggara Timur (latar NTT) dalam cerpen-cerpen Pos Kupang (PK) yang dengan setia hadir kepada para pembacanya setiap edisi hari Minggu. Cerpen-cerpen PK yang saya telusuri/telaah ini mulai edisi pertengahan April 2010 (11 April 2010) sampai dengan awal Agustus 2010 (8 Agustus 2010). Jadi, selama 4 bulan. Ada pun perinciannya adalah: April 3 cerpen, Mei 5 cerpen, Juni 5 cerpen, Juli 4 cerpen, dan Agustus 2 cerpen. Jadi, jumlah cerpen yang ditelusuri/ditelaah latarnya sebanyak 19 cerpen.

Hanya satu cerpen

Dari 19 cerpen yang ditelusuri itu, yang menggunakan daerah/wilayah/Propinsi NTT sebagai latar cerpen (jangan kaget) hanya satu (1) cerpen! Sebagian besar cerpen menggunakan ‘latar umum’ (bisa terjadi di mana saja dan kapan saja) sebanyak 14 cerpen. Sedangkan latar yang ‘tidak jelas’ ada 4 cerpen. Tentang tiga jenis latar yang saya temukan pada 19 cerpen ini akan dipaparkan berikut ini.

Pertama, cerpen yang menggunakan ‘latar NTT’. Satu-satunya cerpen (dari 19 cerpen) yang menggunakan latar NTT adalah cerpen Firasat karangan Joe Wassa (PK, 25/7/2010). Wilayah gerak tokoh-tokoh cerpen ini (latar tempat) adalah Kupang, Aimere, dan Borong (Manggarai Timur). Latar waktu pun, terungkap juga dalam cerpen ini, di mana cerita berlangsung sekitar satu tahun, dimulai 6 November 2008 sampai dengan Agustus 2009. Meskipun latar situasi/kondisi sosial budaya khas NTT belum cukup dieksploitasi oleh pengarang, namun cukup bisa terekam dalam gaya pengungkapan lewat dialog (melalui HP) antara kedua tokoh yang berperan.

Cerpen Firasat menceritakan ‘kisah’ percintaan antara Kure (seorang pegawai kantoran di Kupang) dengan Rika (seorang mahasiswi tamat kuliah asal Borong). Kisah cerpen dimulai ketika Rika meninggalkan Kupang, pulang kampung ke Borong ikut kapal feri jurusan Aimere: “Samar-samar kapal feri jurusan Aimere-Flores terlihat semakin jauh, semakin kecil, dan cuma menyisakan satu titik hitam nan kecil di tengah lautan dan lalu menghilang dari pelupuk mata Kure, seiring butir-butir air mata yang membasahi wajahnya yang terlihat kusut. Sementara itu pesona mentari senja perlahan-lahan turun menyentuh batas cakrawala dan langit pun berubah gelap seiring waktu menghantarkan malam.” Ini sekadar contoh pelukisan latar dan situasi yang cukup baik.

Gaya pengungkapan khas NTT sekaligus menunjukkan latar situasi/kondisi cerpen, ‘sedikit’ terekam lewat pembicaraan telpon (HP) antara Kure dan Rika: “Baik sudah, biar tahun depan kaka bisa pergi lamar ade sesuai rencana kita,” sambung Kure bahagia. “Janji ya kaka jangan sampai ingkar pokoknya Rika tetap tunggu kaka,” balas Rika mesra. Dialog selanjutnya: “Ingat kaka, hanya Rika yang punya kaka punya hati oh,” pinta Rika mesra. “Ok sayang. Ingat juga e hanya kaka yang ada di Rika pung hati,” sahut Kure tak kalah mesranya menutup pembicaraan. Gaya pengungkapan dalam bentuk pilihan kata dan frasa lisan/bahasa tutur khas orang NTT cukup terlihat, seperti: baik sudah, kaka bisa pergi lamar ade, pokoknya Rika tetap tunggu kaka, hanya Rika yang punya kaka punya hati oh, ingat juga e, hanya kaka yang ada di Rika pung hati.

Cerita selanjutnya, sang perjaka Kure nekat pergi melamar Rika di Borong. Sayang, sesampai di Borong Kure dengan mata dan hati perih dan kosong menyaksikan sang ‘ade Rika’ terkasih sedang duduk manis di pelaminan dalam acara pesta nikah yang baru saja terjadi satu jam sebelumnya. Rika nikah dengan lelaki pilihan orangtua berupa kawin tungku sesuai dengan adat kebiasaan orang Manggarai. Anak om nikah dengan anak tante guna melanggengkan hubungan keluarga dan adat.Kure dengan hati hampa kembali Kupang.

Cerpen Firasat ini, menurut hemat saya, termasuk cerpen ‘baik dan berhasil,’ meskipun bukan contoh cerpen PK yang ideal dari segi ‘bobot’ sastranya. Cerpenis Joe Wassa sudah dengan bagus menggunakan latar NTT yang dia kuasai dan akrabi. Plot atau alur cerita mengalir enak dengan pelukisan yang menarik pula, meskipun agak datar. Dialog antara dua tokoh yang tengah dimabuk asmara (protagonis dan antagonis) berlangsung secara wajar sebagai orang muda NTT dengan logat NTT yang wajar pula.

Memang, tema yang diangkat adalah tema lama, ‘kasih tak sampai,’ mirip tema zaman Siti Nurbaya dan Azab dan Sengsara tahun 1920-an. Untuk sejumlah kecil daerah tertentu yang terpencil di NTT, saya kira tema ini masih relevan juga. Dari segi unsur intrinsik, yakni unsur-unsur yang membentuk/membangun sebuah cerpen, cerpen Firasat karya Joe Wassa ini telah memenuhi semuanya itu.

Kedua, cerpen yang menggunakan ‘latar umum.’ Ada 14 cerpen, yakni: Kertas Putih (Hiro Nitsae, PK, 11/4/2010), Yang Tersisa (Kristo Suhardi, PK, 18/4/2010), Bejana Hati (R. Blast D. Lejap, PK, 2/5/2010), Wanita Sepotong Kepala (Januario Gonzaga, PK, 16/5/2010), Langit Jingga pada Sepotong Senja (Wendly Jebatu, PK, 23/5/2010), Masih di Sini (Lolik Luon, PK, 6/6/2010), Pintu Kamar 29 (Charles Rudolf Bria, PK, 20/6/2010), Persahabatan dan Cinta (Oluvia Novita, PK, 27/6/2010), Mata (Erman Loy, PK 27/6/2010), Jasmin (Cornelis Djeki, PK, 4/7/2010), Harta Terakhir (Fr. Setu Fransiskus Aprianus, PK, 11/7/2010), Cinta di Dusun Kecil (Mariana Sogen, PK, 18/7/2010), Diary dari Surga (M.Y. Natalia Meo Siga, PK, 1/8/2010), dan Masih Ada Doa Untukku (Victor Lende, PK, 8/8/2010).

Ke-14 cerpen yang menggunakan ‘latar umum’ di atas, setelah ditelusuri masing-masing cerpen mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Ada cerpen yang bagus dengan tokoh-tokoh cerita dan mengembangkan karakter/watak tokoh-tokoh itu dengan bagus. Ini dapat terlihat pada cerpen Yang Tersisa (Kristo Suhardi), Wanita Sepotong Kepala (Januario Gonzaga), Jasmin (Cornelis Djeki), Cinta di Dusun Kecil (Mariana Sogen), dan Masih Ada Doa Untukku (Victor Lende). Rata-rata cerpenis cukup serius menggarap cerita dengan plot atau alur cerita yang terjaga. Pelukisan latar dan gaya pengungkapan yang cukup baik dan mengesankan ada pada cerpen Langit Jingga pada Sepotong Senja (Wendly Jebatu), Jasmin (Cornelis Djeki), dan Masih Ada Doa Untukku (Victor Lende). Cerpen-cerpen yang lain berada pada posisi rata-rata.

Latar tidak jelas

Jenis cerpen yang ketiga adalah cerpen yang ‘latar tidak jelas’. Ada empat cerpen yang latarnya tidak jelas atau kabur, yakni: Ketika Kelam Mendekam dalam Rahim Negeri Kami (Mario F. Lawi, PK, 25/4/2010), Cinta dan Perempuan (Anice Tunayt, PK, 9/5/2010), Sekuntum Mawar di Taman Rumah Kami (Amanche Franck, PK, 30/5/2010), dan Aku dan Rumahku (Alfredo S.H. Pareto, PK, 13/6/2010).

Keempat cerpen di atas latarnya tidak jelas atau kabur, karena cerpen hanya berisi pelukisan atau penggambaran suatu keadaan atau suasana, baik keadaan/suasana batin/ iman/kepercayaan/keyakinan si pengarang, maupun keadaan/suasana obyek yang menjadi sasaran pelukisan/penggambaran. Karena hanya berupa lukisan/gambaran, maka sejumlah unsur intrinsik yang menjadi ‘dasar pembentukan’ sebuah cerpen menjadi kabur. Tidak jelas kehadiran tokoh yang ‘berinteraksi’ dalam keempat cerpen di atas, baik tokoh protagonis maupun antagonis. Padahal, interaksi antara tokoh menghasilkan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian itulah yang membentuk plot atau alur cerita.

Tema keempat cerpen ini berkaitan dengan ungkapan iman, kepercayaan, cinta kasih, serta pesona dan rasa syukur atas segala cinta kasih yang dinikmati. Hasilnya mirip sebuah renungan, kotbah, pendalaman iman, refleksi iman, refleksi panggilan, dan yang sejenisnya. Cerita seperti ini susah sekali untuk dimasukkan sebagai sebuah cerpen yang merupakan salah satu genre karya sastra. Sebagai sebuah karya imajinasi ya, tapi untuk dimasukkan sebagai sebuah cerpen, menurut hemat saya, tidak.

Dalam artikel opini ‘Membaca Cerpen Pos Kupang’ (PK, 1/7/2010), saya mengungkapkan harapan sekaligus kerinduan agar kiranya suatu waktu, cerpen-cerpen PK bisa bersaing dalam pergulatan sastra Indonesia modern di tingkat nasional. Dari segi kemampuan atau potensi yang dimiliki, para pengarang (calon pengarang) kita tidaklah kalah dibandingkan dengan pengarang-pengarang dari daerah lain. Rata-rata penulis cerpen PK adalah sarjana dan para mahasiswa yang sebagian besar belajar filsafat dan teologi.

Yang mungkin perlu dipacu sekaligus penggerak motivasi para pengarang kita adalah ‘strategi’ memilih tema yang khas NTT. Tidak sulit mencari tema khas NTT, sebut saja misalnya: alam yang indah, tanah gersang, kehidupan yang keras, busung lapar, rakyat miskin, miskin karena bodoh/malas, malas tapi mau kaya, musibah tanah longsor, gempa bumi, tenggelamnya kapal, baku bunuh kakak beradik, perang tanding, percaya gaib/obat hitam, adat yang membelenggu, upacara penguburan, pesta adat bergengsi, dan lain-lain.

Tema-tema khas ini akan melahirkan tokoh-tokoh yang watak/karakternya khas NTT pula, seperti keras kepala, ulet, mudah emosi, suka miras, punya naluri bunuh, namun mudah berbelas kasih, suka mengampuni, kekeluargaan, jujur, tidak dendam, terus terang, dan beriman. Kalau tema dan ‘tokoh’ (maksudnya tokoh imajiner) sudah lahir/diciptakan, tinggal menentukan latar atau setting (tempat dan waktu) kejadian yang pas, dan itu tidak sulit, tinggal memilih di mana saja di seluruh pelosok NTT ini.

Dengan tema yang khas NTT, maka tokoh-tokoh pun berkarakter khas NTT pula, kemudian dipadu dengan latar NTT yang khas, unik, eksotik, tandus, dan seram menakutkan, menjadi ‘modal dasar yang kuat’ bagi penciptaan karya-karya sastra NTT untuk bersaing di tingkat nasional dalam pergulatan sastra Indonesia modern. Keunggulan karya-karya sastra Gerson Poyk dan Julius Sijaranamual, menurut hemat saya, terletak pada kekuatan kedua sastrawan asal NTT ini mengangkat tema/tokoh/latar NTT yang khas ke dalam karya-karya sastra mereka, baik cerpen maupun novel.

________21 Okt 2010
*) Pengamat Bahasa dan Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati