Kamis, 23 Februari 2012

RPA Suryanto Sastroatmodjo: Kematian Terindah Pejuang Budaya

R. Toto Sugiharto
http://jalanpenatoto.blogspot.com/

“kebudayaan berasal dari hati, bukan dari nalar” (RPA Suryanto Sastroatmodjo)

RPA (Raden Panji Anom) Suryanto Sastroatmodjo (60) terbaring di kamar kontrakannya –Jalan Nagan Lor 21, Yogyakarta, di antara berkas yang berserakan dan amben reot dengan kasur yang lapuk. Pejuang budaya itu sudah berpulang ke Pangkuan Ilahi, Selasa Kliwon, 17 Juli 2007 pukul 10.00 tiga tahun silam. Suryanto wafat dalam sunyi, ketika zaman dan situasi semakin “menyembilu hati” – ungkapan khas Chairil Anwar – ini pernah dilontarkan oleh almarhum beberapa pekan sebelum meninggal.

Untuk kali pertama saya melihat keadaan kamar almarhum. Pengap dan lembab. Bahkan, terungkap pula ada bangkai seekor kucing kesayangan almarhum yang menemani. Suryanto – yang juga dikenal kawan-kawan di komunitasnya dengan panggilan Mas Kanjeng – mengenakan t’shirt coklat motif bergaris horisontal dan celana panjang coklat. Ia bagai menyunggingkan senyum. Ketika kami mengangkat tubuhnya untuk dimandikan, jasadnya masih lemas dan terasa sisa hangat yang menguap di kain seprei tertindih punggungnya. Suryanto yang acap dipanggil mas Kanjeng itu memang sudah wafat. Serangan jantung sebagai penyebabnya.

Dahulu, selama delapan tahun kami bersahabat, belum satu kali pun saya menjenguk isi kamarnya. Saya hanya mengetuk pintunya dari luar, di antara kamar mandi, kakus, dan sumur. Suryanto memberi tanda khas di bagian pengait gembok. Tapi, jangan dibayangkan gemboknya terbuat dari baja dan berkunci, alih-alih Suryanto hanya “mengunci”-nya dengan batang sikat gigi. Bila di pengait gembok itu tiada sikat gigi, artinya Suryanto ada di dalam kamar itu. Kemudian Suryanto menerima kami di emperan depan rumah milik Pak Tris, sahabat dan kawan kuliahnya.

Suryanto telah mencapai kematian terindah. Sebab, almarhum masih berkesempatan mengerahkan energi kreatifnya yang terakhir kalinya. Yakni, dengan tetap menggelar forum macapatan Dharma Sri Winahya semalam sebelum ajal merenggutnya. Almarhum berhasil memertahankan forum macapatan hingga ajal menjemputnya telah memasuki tahun kesepuluh. Selama bergaul dengan almarhum, saya tidak mampu membayangkan, betapa besar energi yang dibutuhkan oleh seorang pejuang budaya seperti Suryanto. Forum macapatan yang dikelolanya di hotel Inna Garuda Yogyakarta memang hanya digelar setiap selapan – atau 35 hari – sekali. Tetapi, kenyataannya Suryanto selalu terbuka menerima tamu atau siapa pun yang datang untuk berbagai dan berbagi kepentingan. Bisa dikata waktu dua puluh empat jam sehari tidak cukup bagi Suryanto untuk melayani masyarakat –dari kalangan awam maupun seniman. Sampai-sampai untuk sekadar mencari tempat istirahat pun almarhum membeli tiket bioskop di Indra Theatre dan bukannya nonton film hot, melainkan tidur pulas.

Saya pernah mencoba mengikuti gaya hidup almarhum, antara lain dengan menemaninya tidur di emperan yang berlantai keramik, tapi saya tidak kuat menjalani “kegilaan” semacam itu. Saya pikir, hanya penyair Sri Wintala Achmad yang masih bertahan pada gaya hidup ala Suryanto. Dan, memang Wintala tetap setia menemani Suryanto bahkan sempat juga menemani almarhum berziarah ke makam Kotagede, di ujung hayat almarhum.
***

Kebudayaan yang diperjuangkan Suryanto adalah kebudayaan rakyat. Karena, kebudayaan yang lazimnya diekspresikan melalui karya seni adalah milik setiap kepala. Lebih-lebih kebudayaan lokal. Bagi Suryanto, estetika adalah nonsense karena ia lebih sebagai abstraksi dan rasionalisasi. Padahal, kebudayaan adalah sebuah ekspresi yang bersumber dari kedalaman hati guna mencapai emansipasi, liberasi, dan transendensi. Maka Suryanto selalu melibatkan setiap orang, apa pun profesi formalnya. Dalam komunitas macapatan ada sais andong, pengemudi becak, guru, spiritualis, abdi dalem, pengelola warung, ibu rumah tangga, ataupun pekerja sosial. Bagi Suryanto, jangan memandang orang dari jabatan, gelar, ataupun status sosialnya, melainkan pandanglah orang dari apa yang dikatakan dan dikerjakannya.

Jauh sebelum saya intens bergaul dengan Suryanto –peraih anugerah Bintang Emas Bhakti Budaya dari Pusat Kebudayaan Jawa Surakarta pada 1995, saya sebenarnya sudah mengenal Suryanto melalui karya-karyanya. Baru setelah saya satu kantor di Harian Bernas (1997-2004) kami lebih intens bertemu dan berkomunikasi. Semakin dalam pergaulan kami, semakin saya terpukau kepadanya. Saya banyak belajar tentang kesabaran, kejujuran, keikhlasan, mengelola rahasia, dan menghargai orang lain. Dan, lebih dari segalanya, Suryanto adalah mata air inspirasi –baik untuk materi jurnalistik maupun olah literer. Sepanjang berjalan-jalan dengan almarhum, saya acap memeroleh momen puitik. Salah satunya ketika kami menyaksikan peristiwa seorang gadis bunuh diri minum obat nyamuk di sebuah hotel di kawasan Pasar Kembang, Yogyakarta pada 2001, yang meletikkan imajinasi saya untuk menulis cerpen “Sebilah Cahaya”. Kisah dalam cerpen saya adalah tentang gadis yang berencana bunuh diri terjun dari ketinggian hotel bertingkat di waktu senja.

Novel saya “Owel” — meraih juara harapan Lomba Fiksi Sosial Nasional 2005 dengan tema “Warna Lokal Bantul” yang digelar Dewan Kebudayaan Bantul, Institut Kebudayaan Selatan, dan Pemerintah Kabupaten Bantul — juga terinspirasi dari penafsiran Suryanto atas kisah Ki Ageng Mangir. Bahkan, saya memersembahkan novel “Owel” sebagai “dongeng buat Mas Kanjeng”. Adapun perihal Ki Ageng Mangir versi Suryanto pernah disampaikannya dalam sebuah seminar bersama G Moedjanto dan Bondan Nusantara bertema Babad Mangir. Suryanto melontarkan pernyataan kontroversial, bahwa Ki Ageng Mangir tidak tewas akibat dibunuh Panembahan Senopati. Tokoh pemberontak –berdasarkan perspektif Senopati, itu hanya “dihabisi secara tekstual” dan dilucuti gelar dan atribut kepriayiannya.

Suryanto –yang menerima anugerah gelar dan nama KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Surya Puspa Hadinegara dari Keraton Surakarta Hadiningrat pada 2 Desember 1997- merupakan tipikal seniman yang mewarisi nilai dan gaya hidup seniman seangkatan Chairil Anwar, misalnya dari sikap bohemian. Sebaliknya, untuk karakter personalnya, Suryanto jauh berbeda dengan seniman yang lazimnya arogan dan hidup soliter. Suryanto justru berkepribadian rendah hati dengan hidup membaur, manjing ajur ajer sebagai laku tapa ngrame di tengah-tengah hiruk pikuk masyarakat pada umumnya. Forum macapatan yang digelar sepanjang sepuluh tahun terakhir adalah manifestasi dari perjuangannya.

Lazimnya tipikal seniman bohemian, Suryanto juga seorang yang romantis. Ia biasa melatih vokalnya bersama Sumantri Tjitropati, mantan wartawan Java Bode yang saat itu berusia 83 tahun, sahabatnya yang lebih senior, yang terampil memainkan keyboard. Lagu-lagu yang biasa dinyanyikannya antara lain Ave Maria, Aryati, Bung di Mana, ataupun Takkan Lari Gunung Dikejar. Segi romantisnya juga diekspresikan dalam kolom-kolomnya, Sampur Mataram, dimuat setiap Minggu di Bernas, dengan mengemas ide dan sikap hidupnya yang dipetik dari kawan-kawan di komunitasnya, seperti Sumantri Tjitropati, Yudo Piranti, Daniel Tatag, Gunawan, Bude Latip, Basuki, Elvira, Yos Triatmojo, Mbak Wanti, Sri Wintala Achmad, Dewanto, Eyang Hadi, Panji Kuning, Yoyok Hadi Wahyono, Slamet Suwanto, Hanung, Sareh, Mbak Kadar, Guntur Songgolangit, Endang Susanti Rustamaji, dan Mas Kanjeng yang merepresentasikan karakter Suryanto.

Kini Suryanto istirahat dalam damai di pemakaman umum Papahan, Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pemberangkatan jenazahnya ditandai dengan instrumen simbolik berupa gagar mayang sebagai penanda almarhum masih dalam keadaan status hidup melajang semasa hidupnya. Sedangkan di samping makamnya, almarhum ditemani seekor ayam, sebagai simbol untuk unggas peliharaan di alam baka.
Selamat jalan, Mas Kanjeng.

10 Januari 2011
Dijumput dari: http://jalanpenatoto.blogspot.com/2011/01/rpa-suryanto-sastroatmodjo-kematian.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati