Kamis, 23 Februari 2012

Sastra Sufi dalam Syair Perahu

Mahdi Idris *
http://blog.harian-aceh.com/

SASTRA menurut Luxemburg didefinisikan sebagai ciptaan atau kreasi yang merupakan luapan emosi dan bersifat otonom. Dalam bahasa Arab, sastra disebut Al-Adab, yang berarti perkataan yang indah dan jelas, dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau mendengarnya baik berupa syair maupun natsr atau prosa.

Sedangkan sufi, berdasarkan dari bahasa Arab, secara harfiah adalah orang yang menjauhkan diri dari kemewahan dunia. Dalam sejarahnya, walaupun para sufi itu telah muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW, tapi mengalami puncak kejayaannya setelah masa Khulafur Rasyidin, yakni pada masa pemerintahan Islam dinasti bani Umayyah, berkelanjutan pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad.

Hal ini karena para ulama dari para sahabat dan tabiin tersebut, mengalami dilema batin akibat tingkah laku penguasa yang hedonis, telah menyimpangkan ajaran Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW dalam kehidupan mereka. Dilema-dilema tersebut, kemudian menjelma sebuah ratapan dalam syair-syair, seperti Jalaluddin ar-Rumi. Bahkan banyak lagi di antara para sufi tersebut, selain dikenal sebagai sufi, juga seorang pujangga yang sangat masyhur di masanya dan sampai kini.

Edgar Allan Poe melontarkan sastra berfungsi menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu. Menurut sejumlah teoritikus, fungsi sastra adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Bahkan, kadangkala seorang sastrawan mengungkapkannya secara jelas dan tegas, terhadap sesuatu yang ia rasakan dalam gejolak batinnya.

Saini KM (1993: 21) mengatakan, sastra sebagai seni keratif merupakan ungkapan dari hasil pergulatan antara kesadaran dengan realitas. Dengan kata lain sastra konfrontasi manusia dengan masalah-masalah nyata kehidupan. Dengan memahami karya-karya sastra diharapkan para pembaca mendapat pemahaman yang lebih jernih, luas dalam tentang lingkungan rohani dan jasmaninya, dan dengan demikian dapat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengendalikannya.

Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia. Penyair adalah warga masyarakat yang mempunyai status khusus, maka dari itu dia mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa-walaupun hanya secara teoretis.

Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak dari frase De Bonald bahwa ”sastra adalah ungkapan masyarakat“ (Literature is an expression of society). Masalah kritik yang berbau penilaian bisa kita temukan dengan menemukan hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat. Hubungan yang bersifat deskriptif : (1) Sosiologi pengarang, profesi pengarang, institusi sastra (2) Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri (3) Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra.

Maka tidak mengejutkan, saat kita mengetahui bahwa dalam sastra terdapat beragam aliran. Salah satunya adalah sastra sufi, yang disebut juga aliran sastra mistisme, Agustinus Suyoto mengatakan dalam makalahnya: “Aliran-Aliran Dalam Sastra,” bahwa dalam aliran ini terasa ciptaan yang bernapaskan rasa ketuhanan. Pengarang selalu mencari dan mendekatkan dirinya kepada Zat Yang Mahatinggi. Aliran ini melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, pada filsafat, dan alam gaib.

Abdul Hadi WM, seorang satrawan terkemuka di Indonesia mengatakan, bahwa sastra sufi merupakan bagian penting dari keseluruhan khazanah intelektual Islam, baik di Dunia Arab, Persia, Melayu Nusantara dan lain-lain. Ia juga merupakan salah satu dari warisan peradaban Islam yang relevan dan diminati hingga sekarang dalam setiap tahapan perjalanan rohani atau pencariannya itu seorang penulis berikhtiar menafsirkan makna keadaan jiwa dan peristiwa-peristiwa batin yang mereka alami, serta kemudian berusaha mengungkapkan pemahaman dan penafsirannya dalam ungkapan estetik sastra. Ungkapan estetik mereka penuh dengan tamsil dan perumpamaan yang simbolik dan imaginatif.

Hal ini jelas sekali terbukti secara nyata dalam sejumlah karya para sufi semisal Hamzah Fansuri, salah seorang sufi yang berasal dari Aceh dan paling terkenal di kalangan para sastrawan nusantara. Bahkan pengaruh kepenyairan beliau sangat diagungkan oleh sastrawan dunia. Banyak para mahasiswa pasca sarjana jurusan sastra, baik itu yang studi S-2 maupun S3, yang mengadakan penelitian mengenai karya-karyanya.

Untuk membatasi ruang pembahasan ini, di sini penulis ingin mengambil salah satu syair Hamzah Fansuri, yakni syair Perahu. Di mana, dalam syair ini, beliau memberi suatu gambaran tentang kehidupan negeri akhirat dan beragam kondisi yang sangat tidak mampu dihadapi oleh manusia tanpa amal kebajikannya:

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Perahu adalah tubuh, yang akan mengarungi muara akhirat yang sempit, bagi manusia yang tidak cukup amalnya. Ikan dan hiu adalah simbol azab Padang Mahsyar. Banyak ayat al-qur’an dan hadist Rasulullah SAW, menyebutkan tentang azab-azab di sana.

Kita sering mendengar tentang kisah ular dan kalajengking yang mengerikan yang memangsa manusia karena amal perbuatannya tidak sesuai, bahkan jauh melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana di lautan, ia siap memangsa manusia, jika tak berhati-hati, bahkan tanpa persiapan sama sekali saat mengarungi samudera itu.

Muaranya dalam, ikan pun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Akhirat seumpama muara yang dalam, tak ada yang mampu mengukur kedalamannya. Dalam muara akhirat, di sanalah manusia mendapat balasan yang setimpal. Jika ia tak berbekal, sungguh akan tenggelam ke dasar perut neraka jahannam yang menanti-nanti, di mana azab memerih. Karangnya tajam seperti tombak, umpama azab yang siap menusuk-nusuk tubuh yang tak memiliki daya untuk mengelak.

Ketahui olehmu hai anak dagang,
riaknya rencam ombaknya karang
ikan pun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Saat pertama kali manusia dihimpun di padang mahsyar ribuan tahun lamanya, setelah mengalami masa kebangkitan dari barzakh, saat inilah azab mula datang. Manusia dihisab; penghitugan amal dengan keadilan Allah Yang Maha Tinggi. Lalu beralihlah ke azab yang lain. Ikan pun banyak datang menyarang, adalah simbol azab yang datang silih berganti. Panas sengatan matahari, yang hanya berjarak sejengkal dari kuduk, seolah membakar tubuh. Hendak membawa ke tengah sawang, inilah peradilan terakhir, berjalan di atas jembatan sawang; shirathal mustaqim, yang menentukan nasib manusia; apakah bahagia atau celaka.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit,
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Ingatlah, perbanyaklah amal kebajikan. Sebab muara akhirat sangatlah sempit bagi orang tanpa bekal iman dan taqwa yang dibawa, menuju sebuah negeri yang terlalu jauh. Jikalau ada pedoman dikapit / sempurnalah jalan terlalu ba’id, itulah bekal iman yang senantiasa menjadi penolong manusia menghadapi segala rintangan di negeri akhirat kelak.

Baiklah perahu engkau perteguh,
Hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Pada bait syair Perahu yang paling akhir ini, Hamzah Fansuri mengingatkan para pembaca, agar senantiasa meneguhkan diri dengan iman dan taqwa, dan berpegang teguh pada al-qur’an dan hadist sebagai tali sauh. Sebab, pelayaran arungi samudera menuju pulau yang diidamkan itu sangat jauh.

Dalam bait-bait syair tersebut di atas, memberi suatu pemahaman bahwa Hamzah Fansuri telah mengukuhkan jalan kepenyairan ini sebagai titian nasehat bagi pembaca. Fungsi sastra sebagai religiutas, mampu dijelmakannya dalam “Syair Perahu”. Bahkan oleh para pakar dan ahli sastra Indonesia, telah memberi suatu klafikasi tentang karya Hamzah Fansuri yang memiliki aliran mistisme (sufi). walaupun saat itu (lima abad lalu) aliran sastra belum dikenal sebagai suatu perbedaan dalam karakter karya sastra itu sendiri.

Hal ini, karena dalam karya-karyanya, khususnya dalam syair “Perahu”, sebagai topik dan ruang lingkup pemabahasan ini, Hamzah Fansuri banyak menggambarkan dan memberi suatu pencerahan bagi pembaca mengenai negeri akhirat sebagai rukun iman yang kelima, yang harus diyakini oleh setiap muslim.

Abdul Hadi WM menjelaskan, karena ilham penulisan sastra sufi dan bangunan estetikanya didasarkan pada kandungan falsafah perenial Islam yang uni-versal – terutama gagasan cinta (`isyq dan mahabbah), makrifat, iman, penglihatan rohani, hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dan hamba-Nya, akibat-akibat buruk cinta berlebihan pada dunia dan gagasan lain – maka tak mengherankan apabila pesan moral dan kerohanian penulis sufi senantiasa relevan dan melampaui zamannya.

Kehampaan rohani yang dirasakan manusia modern akibat tekanan peradaban dan kebudayaan material, membuat sastra sufi kian relevan di mata beberapa penulis yang telah akrab dengan tasawuf. Memang, demikianlah sastra di mata kaum sufi. Mereka telah menjadikannya sebagai seuatu yang menjembatani antara dirinya dan Tuhannya. Ungkapan-ungkapan tersebut lahir dari kejernihan kalbu yang dipenuhi cinta pada yang telah menciptakannya, kemudian lahir dalam tiap butir kata-kata.[]

_____21 August 2010
*) Mahdi Idris, adalah Sekretaris Umum FLP Lhoksemawe. Menetap di Dayah Terpadu Ruhul Islam Tanah Luas Aceh Utara.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati