Minggu, 10 Juni 2012

SASTRAWAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PAHLAWAN YANG KESEPIAN

La Ode Balawa *
http://sastrakendarisultra.blogspot.com/

Bukan untuk mengajarkan kesombongan pada Komunitas Sastrawan Daerah Sultra (Sulawesi Tenggara), tapi demi kejujuran dan keadilan saya harus membuka risalah ini dengan pernyataan: sepanjang sejarah berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara baru Komunitas Sastrawan Daerah Sultra (satu-satunya) yang sudah berhasil mempersembahkan medali emas/tinta emas nasional terhadap daerah ini.
Bukan hal yang berlebihan kalau sejarah harus mencatatat bahwa piala emas nasional yang pertama kali tiba di Sulawesi Tenggara itu diboyong oleh Subadir Kete (mahasiswa PBSI FKIP Unhalu) sebagai Juara I Lomba Baca Puisi dalam rangka kegiatan PORSENI MAHASISWA NASIONAL Tahun 2006 di Makassar. Medali emas kedua dipersembahkan oleh La Ode Muhammad Urfan (pelajar SMUN 4 Kendari) yang meraih Juara I Lomba Baca-Tulis Puisi dalam rangka kegiatan FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) pada tahu 2009 di Yogyakarta. Diakui atau tidak, dipedulikan atau tidak, mereka tetaplah pahlawan emas bagi keharuman nama Sulawesi Tenggara di tataran nasional. Mereka telah mengangkat nama dan martabat daerahnya di arena nasional.

Di samping itu, di bidang kepenulisan komunitas sastrawan Sulawesi Tenggara juga telah diperhitungkan di tataran nasional. Sekadar menyebut beberapa nama, La Ode Boa dan I Nengah Negara pernah menyabet Juara II dalam Lomba Menulis Cerita Fiksi Nasional yang diselenggarakan oleh Direktort Pendidikan Dasar dan Menengah di Jakarta. Pada tahun ini Amiruddin Ena (dari Kota Bau-Bau) meraih posisi Juara II Lomba Menulis Naskah Drama yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Jakarta.

Adapun yang paling menarik perhatian para pemerhati sastra nasional adalah pergerakan laskar-laskar sastra di Kota Kendari yang iramanya makin menderas dalam perpaduan arus antara kelompok seniman/sastrawan dari dunia akademis yang terdiri atas dosen-dosen dan mahasiswa Unhalu dan seniman/sastrawan kota Kendari dan sekitarnya yang berkecimpung di berbagai sanggar dan teater yang sangat subur dan produktif dalam dekade terakhir ini.

Sebutlah Teater Sendiri dan Komunitas Arus misalnya, keduanya kini telah menjelma sebagai rumah kreatif yang telah berjasa mengangkat nama Sultra di tataran nasional. Dari kedua rumah sastra itu, kini kita telah memiliki sejumlah seniman dan sastrawan Sultra yang mampu bicara di berbagai kegiatan sastra nasional. Sekadar menyebut beberapa nama, seperti Achmad Zain alias Zain Stone (Pimpinan Teater Sendiri), Irianto Ibrahim (Pimpinan Komunitas Arus), Syaifuddin Gani, Ahid Hidayat, Abdul Razak Abadi ”Ady Rical”, Iwan Com Com ”Iwan Konawe”, dan Sendri Yakti. Nama dan karya mereka telah menghiasi berbagai majalah dan surat kabar nasional.

Pada hari ini geliat dan perjuangan tanpa pamrih para seniman/sastrawan Kendari itu kembali menorehkan tinta emas bagi daerah Kendari (Sultra). Dalam kegiatan Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang pada tanggal 28—31 Oktober yang lalu, Kota Kendari (ibu kota Sultra) telah ditempatkan sebagai salah satu di antara 10 kota termaju pertumbuhan sastrawannya di Indonesia. Bacalah buku Antalogi Puisi Temu Sastrawan Indonesia III, Percakapan Lingua Franca atau Antalogi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia III, Di Ujung Laut Pulau Marwah, misalnya, pada kata pengantar kurator dalam kedua antalogi itu nama KENDARI sudah bertengger di antara 10 kota termaju pertumbuhan sastrawannya di Indonesia, yang sejajar dengan nama Lampung, Jakarta, Bali, Yogyakarta, Riau, Surabaya, Bandung, Banjarmasin, Medan, dan Kepulauan Riau.

Atas semua kenyataan itu, sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tenggara berterima kasih kepada para seniman/sastrawan Sultra yang telah sangat berjasa mengangkat dan mengharumkan nama dan kehormatan Sulawesi Tenggara di tingkat nasional pada saat ini. Pemerintah Sultra pada hari ini dan hari esok tak sepantasnya lagi terus-terusan membutakan mata dan menyepelekan urusan sastra dan sastrawan di daerah ini. Sadarlah bahwa salah satu tugas pemimpin daerah itu adalah ”mengangkat martabat daerahnya,” dan salah satu cara membuktikan itu adalah memberi perhatian dan dukungan sepenuhnya kepada generasi daerah yang telah berjuang dan terbukti berhasil ”mengangkat martabat daerahnya” di tengah-tengah kehidupan bangsanya.

Adalah dosa besar pada sejarah daerah Sultra kalau kita menyepelekan dan menyia-nyiakan segala jasa besar sastrawan Sultra pada hari ini. Sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat memberikan apresiasi dan penghargaan yang semestinya kepada para sastrawan di daerah ini. Terus terang rasa keadilan pada diri saya sering terluka melihat sikap dan tindakan pemerintah daerah yang kurang adil terhadap para sastrawan di daerah ini.

Bandingkanlah, misalnya, bagaimana perhatian dan dukungan pemerintah antara komunitas ”olahragawan” dan ”sastrawan”, sangat jauh berbeda, bagai langit dan bumi. Komunitas ”olahragawan” didukung dengan dana besar mulai dari kegiatan latihannya sampai pengiriman rombongan atlet dan pelatihnya, tapi mari jujur apa yang sudah dipersembahkan oleh komunitas itu untuk nama Sultra sampai saat ini? Tapi sebaliknya, komunitas ”sastrawan” yang dianaktirikan selama ini, justru merekalah pelaku sejarah emas Sultra pertama dan baru satu-satunya hingga sekarang.

Contoh paling segar ketidakadilan perlakuan pemerintah itu adalah ketika menjelang TSI 3 di Tanjung Pinang baru-baru ini. Pemberitaan surat kabar dan jaringan internet berbagai daerah di Indonesia tentang kegiatan itu begitu ramai, hampir setiap hari berbagai daerah memberitakan kesiapannya memberangkatkan para sastrawan kebanggaannya ke ajang perhelatan akbar itu, tapi di Sulawesi Tenggara tidak ada sama sekali. Para sastrawan Sultra yang mendapatkan undangan dari panitia penyelenggara kegiatan itu, secara diam-diam mencoba mengemis dukungan dari instansi yang relevan di daerah ini, tapi hasilnya malu saya beritakan di sini. Tapi dengan semangat baja, karena sudah terbiasa dilanda kekecewaan, empat sastrawan tetap datang memenuhi undangan walaupun harus dengan membongkar celengan atau berutang demi itu semua. Alhasil karya-karya mereka semua lulus seleksi dan termuat dalam antalogi dan di samping nama mereka tertera tulisan tebal ”Sulawesi Tenggara”, dan yang lebih mengharukan lagi di pengantar buku itu tertera ”Kendari” sebagai salah satu di antara 10 kota yang termaju pertumbuhan sastra/sastrawannya di Indonesia.

Tanyalah pemimpin daerah ini setelah membaca tulisan ini, respon macam apa yang sudah mereka berikan kepada para sastrawan yang sungguh-sungguh pahlawan itu? Respon apa, baik langsung maupun tak langsung, yang sudah mereka berikan sepantasnya kepada Subadir Kete, Laode Muhammad Urfan, Achmad Zain, Irianto Ibrahim, Syaifuddin Gani, dan yang lain-lain itu? Respon apa? Respon apa pula dari para kepala dinas atau kepala kantor yang begitu semangat mempegawainegerikan seorang atlet yang hanya kebetulan jago kandang, hanya kepentingan untuk kebanggaan kantornya sebagai jago kandang? Benar-benar sangat tidak adil, atlet hanya untuk kebanggaan kantor dipegawainegerikan diberi fasilitas, sastrawan berjasa menorehkan emas nasional tak dipandang sebelah mata.

Kepada khalayak pembaca, maafkan kalau tulisan ini sengaja saya biarkan terlalu semangat! Sebab, hanya dengan modal terlalu semangat itulah sastrawan yang miskin harta dan miskin perhatian di Sulawesi Tenggara ini masih bisa berbuat yang berarti buat daerahnya. Mudah-mudahan tulisan yang terlalu semangat ini dapat mengusik perhatian para pemimpin di daerah ini. Tidakkah perubahan itu selalu dimulai dari ”perubahan cara pandang,” dan apakah tidak sebaiknya cara pandang dan cara tindak kita terhadap ”sastrawan” dan ”olahragawan” selama ini perlu ditinjau kembali. Bukankah pelajaran besar buat generasi kita, kalau seorang pemimpin berani berlapang dada mengakui dan bersedia mengubah sikap dan tindakannya yang keliru terhadap anak-anaknya yang tengah berjuang menunjukkan eksistensi dirinya baik sebagai ”olahragawan” maupun sebagai ”sastrawan”.

Kepada ”sastrawan Sultra” saya hanya bisa berteriak lagi ”Semangatlah!” agar sejarah tidak menenggelamkan kita sebagai pahlawan yang kesepian.

*) Penulis adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Haluoleo
Dijumput dari: http://sastrakendarisultra.blogspot.com/2010/11/sastrawan-daerah-sulawesi-tenggara.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati