La Ode Balawa *
http://sastrakendarisultra.blogspot.com/
Bukan untuk mengajarkan kesombongan pada Komunitas Sastrawan Daerah Sultra (Sulawesi Tenggara), tapi demi kejujuran dan keadilan saya harus membuka risalah ini dengan pernyataan: sepanjang sejarah berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara baru Komunitas Sastrawan Daerah Sultra (satu-satunya) yang sudah berhasil mempersembahkan medali emas/tinta emas nasional terhadap daerah ini.
Bukan hal yang berlebihan kalau sejarah harus mencatatat bahwa piala emas nasional yang pertama kali tiba di Sulawesi Tenggara itu diboyong oleh Subadir Kete (mahasiswa PBSI FKIP Unhalu) sebagai Juara I Lomba Baca Puisi dalam rangka kegiatan PORSENI MAHASISWA NASIONAL Tahun 2006 di Makassar. Medali emas kedua dipersembahkan oleh La Ode Muhammad Urfan (pelajar SMUN 4 Kendari) yang meraih Juara I Lomba Baca-Tulis Puisi dalam rangka kegiatan FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) pada tahu 2009 di Yogyakarta. Diakui atau tidak, dipedulikan atau tidak, mereka tetaplah pahlawan emas bagi keharuman nama Sulawesi Tenggara di tataran nasional. Mereka telah mengangkat nama dan martabat daerahnya di arena nasional.
Di samping itu, di bidang kepenulisan komunitas sastrawan Sulawesi Tenggara juga telah diperhitungkan di tataran nasional. Sekadar menyebut beberapa nama, La Ode Boa dan I Nengah Negara pernah menyabet Juara II dalam Lomba Menulis Cerita Fiksi Nasional yang diselenggarakan oleh Direktort Pendidikan Dasar dan Menengah di Jakarta. Pada tahun ini Amiruddin Ena (dari Kota Bau-Bau) meraih posisi Juara II Lomba Menulis Naskah Drama yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Jakarta.
Adapun yang paling menarik perhatian para pemerhati sastra nasional adalah pergerakan laskar-laskar sastra di Kota Kendari yang iramanya makin menderas dalam perpaduan arus antara kelompok seniman/sastrawan dari dunia akademis yang terdiri atas dosen-dosen dan mahasiswa Unhalu dan seniman/sastrawan kota Kendari dan sekitarnya yang berkecimpung di berbagai sanggar dan teater yang sangat subur dan produktif dalam dekade terakhir ini.
Sebutlah Teater Sendiri dan Komunitas Arus misalnya, keduanya kini telah menjelma sebagai rumah kreatif yang telah berjasa mengangkat nama Sultra di tataran nasional. Dari kedua rumah sastra itu, kini kita telah memiliki sejumlah seniman dan sastrawan Sultra yang mampu bicara di berbagai kegiatan sastra nasional. Sekadar menyebut beberapa nama, seperti Achmad Zain alias Zain Stone (Pimpinan Teater Sendiri), Irianto Ibrahim (Pimpinan Komunitas Arus), Syaifuddin Gani, Ahid Hidayat, Abdul Razak Abadi ”Ady Rical”, Iwan Com Com ”Iwan Konawe”, dan Sendri Yakti. Nama dan karya mereka telah menghiasi berbagai majalah dan surat kabar nasional.
Pada hari ini geliat dan perjuangan tanpa pamrih para seniman/sastrawan Kendari itu kembali menorehkan tinta emas bagi daerah Kendari (Sultra). Dalam kegiatan Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang pada tanggal 28—31 Oktober yang lalu, Kota Kendari (ibu kota Sultra) telah ditempatkan sebagai salah satu di antara 10 kota termaju pertumbuhan sastrawannya di Indonesia. Bacalah buku Antalogi Puisi Temu Sastrawan Indonesia III, Percakapan Lingua Franca atau Antalogi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia III, Di Ujung Laut Pulau Marwah, misalnya, pada kata pengantar kurator dalam kedua antalogi itu nama KENDARI sudah bertengger di antara 10 kota termaju pertumbuhan sastrawannya di Indonesia, yang sejajar dengan nama Lampung, Jakarta, Bali, Yogyakarta, Riau, Surabaya, Bandung, Banjarmasin, Medan, dan Kepulauan Riau.
Atas semua kenyataan itu, sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tenggara berterima kasih kepada para seniman/sastrawan Sultra yang telah sangat berjasa mengangkat dan mengharumkan nama dan kehormatan Sulawesi Tenggara di tingkat nasional pada saat ini. Pemerintah Sultra pada hari ini dan hari esok tak sepantasnya lagi terus-terusan membutakan mata dan menyepelekan urusan sastra dan sastrawan di daerah ini. Sadarlah bahwa salah satu tugas pemimpin daerah itu adalah ”mengangkat martabat daerahnya,” dan salah satu cara membuktikan itu adalah memberi perhatian dan dukungan sepenuhnya kepada generasi daerah yang telah berjuang dan terbukti berhasil ”mengangkat martabat daerahnya” di tengah-tengah kehidupan bangsanya.
Adalah dosa besar pada sejarah daerah Sultra kalau kita menyepelekan dan menyia-nyiakan segala jasa besar sastrawan Sultra pada hari ini. Sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat memberikan apresiasi dan penghargaan yang semestinya kepada para sastrawan di daerah ini. Terus terang rasa keadilan pada diri saya sering terluka melihat sikap dan tindakan pemerintah daerah yang kurang adil terhadap para sastrawan di daerah ini.
Bandingkanlah, misalnya, bagaimana perhatian dan dukungan pemerintah antara komunitas ”olahragawan” dan ”sastrawan”, sangat jauh berbeda, bagai langit dan bumi. Komunitas ”olahragawan” didukung dengan dana besar mulai dari kegiatan latihannya sampai pengiriman rombongan atlet dan pelatihnya, tapi mari jujur apa yang sudah dipersembahkan oleh komunitas itu untuk nama Sultra sampai saat ini? Tapi sebaliknya, komunitas ”sastrawan” yang dianaktirikan selama ini, justru merekalah pelaku sejarah emas Sultra pertama dan baru satu-satunya hingga sekarang.
Contoh paling segar ketidakadilan perlakuan pemerintah itu adalah ketika menjelang TSI 3 di Tanjung Pinang baru-baru ini. Pemberitaan surat kabar dan jaringan internet berbagai daerah di Indonesia tentang kegiatan itu begitu ramai, hampir setiap hari berbagai daerah memberitakan kesiapannya memberangkatkan para sastrawan kebanggaannya ke ajang perhelatan akbar itu, tapi di Sulawesi Tenggara tidak ada sama sekali. Para sastrawan Sultra yang mendapatkan undangan dari panitia penyelenggara kegiatan itu, secara diam-diam mencoba mengemis dukungan dari instansi yang relevan di daerah ini, tapi hasilnya malu saya beritakan di sini. Tapi dengan semangat baja, karena sudah terbiasa dilanda kekecewaan, empat sastrawan tetap datang memenuhi undangan walaupun harus dengan membongkar celengan atau berutang demi itu semua. Alhasil karya-karya mereka semua lulus seleksi dan termuat dalam antalogi dan di samping nama mereka tertera tulisan tebal ”Sulawesi Tenggara”, dan yang lebih mengharukan lagi di pengantar buku itu tertera ”Kendari” sebagai salah satu di antara 10 kota yang termaju pertumbuhan sastra/sastrawannya di Indonesia.
Tanyalah pemimpin daerah ini setelah membaca tulisan ini, respon macam apa yang sudah mereka berikan kepada para sastrawan yang sungguh-sungguh pahlawan itu? Respon apa, baik langsung maupun tak langsung, yang sudah mereka berikan sepantasnya kepada Subadir Kete, Laode Muhammad Urfan, Achmad Zain, Irianto Ibrahim, Syaifuddin Gani, dan yang lain-lain itu? Respon apa? Respon apa pula dari para kepala dinas atau kepala kantor yang begitu semangat mempegawainegerikan seorang atlet yang hanya kebetulan jago kandang, hanya kepentingan untuk kebanggaan kantornya sebagai jago kandang? Benar-benar sangat tidak adil, atlet hanya untuk kebanggaan kantor dipegawainegerikan diberi fasilitas, sastrawan berjasa menorehkan emas nasional tak dipandang sebelah mata.
Kepada khalayak pembaca, maafkan kalau tulisan ini sengaja saya biarkan terlalu semangat! Sebab, hanya dengan modal terlalu semangat itulah sastrawan yang miskin harta dan miskin perhatian di Sulawesi Tenggara ini masih bisa berbuat yang berarti buat daerahnya. Mudah-mudahan tulisan yang terlalu semangat ini dapat mengusik perhatian para pemimpin di daerah ini. Tidakkah perubahan itu selalu dimulai dari ”perubahan cara pandang,” dan apakah tidak sebaiknya cara pandang dan cara tindak kita terhadap ”sastrawan” dan ”olahragawan” selama ini perlu ditinjau kembali. Bukankah pelajaran besar buat generasi kita, kalau seorang pemimpin berani berlapang dada mengakui dan bersedia mengubah sikap dan tindakannya yang keliru terhadap anak-anaknya yang tengah berjuang menunjukkan eksistensi dirinya baik sebagai ”olahragawan” maupun sebagai ”sastrawan”.
Kepada ”sastrawan Sultra” saya hanya bisa berteriak lagi ”Semangatlah!” agar sejarah tidak menenggelamkan kita sebagai pahlawan yang kesepian.
*) Penulis adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Haluoleo
Dijumput dari: http://sastrakendarisultra.blogspot.com/2010/11/sastrawan-daerah-sulawesi-tenggara.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar