Rabu, 21 November 2012

Imajinasi Turisme

Sartika Dian Nuraini
Bali Post, 18 Nop 2012

Pelesiran menjadi jalan yang dipilih manusia modern membebaskan diri dari rutinitas hidup sehari-hari. Di tingkat lokal hingga global, pelesiran atau turisme sudah menjadi kebutuhan, bahkan pokok. Di beberapa negara Eropa, seseorang/keluarga merasa sangat menderita atau pariah jika tidak dapat menjalankan ritus pelesir atau berturis di liburan panjang macam musim panas.
Dalam saat yang bersamaan, turisme tidak hanya memberi keuntungan secara finansial dan selebratikal, tetapi juga menghadirkan ekses: tergerusnya relasi historis antara rakyat tempatan dan tanah serta kultur yang dimilikinya. Pariwisata global, dalam arti tertentu bisa menjadi algojo yang mengeksploitasi bahkan membunuh sebuah khazanah kebudayaan.

Hal itu makin kuat terjadi dalam kontestasi perdagangan pariwisata yang bernafsu untuk memuaskan hasrat konsumen dengan segala dahaga akan estetika, eksotika, hingga kecenderungan yang hedon. Sejarah pencitraan dalam ”sukses pariwisata” selalu diulang-ulang ceritanya melalui proses massifikasi iklan dan brosur wisata yang tersebar di media massa. Dispersi kebudayaan ini juga diperkenalkan melalui paket sastra, iklan-iklan, dan terekam dan terbuka luas dalam dunia maya.

Sensasi batin didapat melalui objek-objek yang terlihat mata, suara-suara yang terdengar telinga, bebauan yang tercium hidung, dan cita rasa yang terkecap lidah. Imajinasi turistik pun terbentuk dari abstraksi yang berada di ”luar” historiografi tanah, laut, dan alam sekitar yang telah terkomodifikasi. Ingatan kultural para turis tersimpan rapi dalam selimut ideologi baru yang mengentalkan materi dan finansial di atas realitas sosial dan kultural.

Promosi wisata bergerak pada persoalan rasial yang ditilik sebagai identitas dan kearifan lokal. Berbagai siasat perjuangan hidup dipentaskan, dan reaksi-reaksi dipertontonkan untuk menunjukkan sebuah masyarakat yang sedang mengalami transformasi terus-menerus akibat penetrasi modal pariwisata. Dalam proses ini yang terjadi bukan saja kreativitas dan inventivitas yang kait-mengait dengan pertimbangan-pertimbangan etnisitas, melainkan sebuah proses penjajahan dan inkorporasi yang mengglobal.

Historiografi

Iskandar P Nugraha (2009) mencatat, pemerintah berkepentingan menggunakan turisme sebagai medium dan bagian dari politics of seeing atau politik representasi. Pemerintah berkehendak mengubah-mengonstruksi identitas baru mengenai tempat dan rakyat tempatan melalui template dan jargon wisata.

Sejak awal abad lalu, tepatnya pada tahun 1908, lembaga turisme modern pertama (Officiaal Vereeniging voor Touristen Verkeer) diperkenalkan pemerintah Belanda di Batavia dengan Jawa sebagai destinasi utama wisata. Sampai akhir abad ke-19 pemerintah kolonial belum gencar mendorong perkembangan pariwisata. Tetapi, setelah Revolusi Industri di Inggris, Hindia Belanda menjelma sebagai destinasi utama dan menuai perhatian dari kalangan pelesiran di dunia Barat.

Kemudian, Van Heutsz memegang peran sebagai pelopor Politik Etis yang menanamkan embrio bagi turisme sebagai politik integrasi dan konsolidasi yang sampai sekarang masih menggejala. Ketika penaklukan wilayah telah dilakukan, representasi wilayah ditentukan pula. Caranya dengan meletakkan eksotisme dan keindahan yang didokumentasikan, penciptaan imaji, identitas, baik secara visual maupun tulisan. Pada masa Perang Dunia II, turisme di Hindia Belanda dioperasikan dalam konteks administrasi kolonial.

Warisan kolonial masih diteruskan di pelbagai diskursus strategi turisme dan masih dikonsumsi secara massal. Peta promosi turisme Indonesia dilanjutkan ke arah Sumatera, Bali, lalu meluas ke arah timur. Lanskap Jawa diperkenalkan lewat slogan ”Come to Java” sampai ”Visit Indonesia” tahun 1990. Dunia turisme hidup sejak masa awal proto nasionalisme Boedi Oetomo hingga saat ini. Turisme menjadi pantulan proses kolonialisme lewat saluran representasi budaya.

Cikal-bakal jejaring pembangunan dan industri pariwisata Orde Baru juga dicatat dengan tajam dan detail oleh Pichard (2006: 60-61). Orde Baru lahir pascakrisis dan tragedi politik 1965 memperoleh pengesahan kekuasaan dengan memulihkan kestabilan politik dan ekonomi negeri berkat penekanan kekuasaan pada kekuatan militer dan jasa sekelompok teknokrat jebolan Amerika. Orde Baru mendidik para budayawan untuk jadi ”pembela kebudayaan” yang penurut dan apolitis. Pada masa ini pun, konteks turisfikasi budaya baik secara spasial maupun temporal terus terjadi.

Setelah gerakan recovery Bali pascabom Bali 2002 dan 2005 lalu, pemerintah kurang sukses memulihkan citra Bali. Pulau Komodo menjadi sasaran selanjutnya. Pemerintah tak kehabisan akal dengan menggalakkan proyek menjadikan Pulau Komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Tentu saja ini mengalami campur tangan berbagai kepentingan dan relasi kuasa. Senada dengan Adrian Vickers (1989) yang sadar akan proyek puji-puji ”surga terakhir” terhadap Pulau Bali yang dibekukan dan diwariskan. Proyek pembekuan itu diterima sebagai warisan kolonial Belanda. Kini, proyek rezim eksotika itu terulang kembali.

Pulau Komodo akan menjadi primadona bagi kalangan ekspatriat dan kelas menengah Indonesia yang ingin berinvestasi. Membangun vila berjejer-jejer di antara rumah-rumah adat dan hutan lestari. Nantinya, selain vila akan ada ruko-ruko, diskotek, kafe, salon, spa, pusat perbelanjaan dan butik-butik serta restoran berbagai jenis makanan. Maka, tak heran jika nantinya geliat kehidupan di Pulau Komodo tak pernah terhenti. Semua sarana di pulau itu akan terpenuhi. Pulau itu akan menjelma menjadi sebuah perkotaan dengan gelimangan pengunjung yang datang berpelesir. Pemerintah juga akan membangun sarana transportasi yang memudahkan pengunjung untuk berkeliling. Penduduk Pulau Komodo berbondong-bondong mengeruk rezeki pada industri jasa ini. Tanah mereka akan terjual. Identitas diri tergadaikan. Tak adakah nilai tukar untuk rakyat selain menjadi asing di negeri sendiri?

Sartika Dian Nuraini, esais dan penyair
Dijumput dari: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=18&id=71666

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati