Kamis, 20 Desember 2012

Sastra Sumatera Merdeka

Afrion
Harian Analisa, 25 Nov 2012

Benarkah karya sastra di Sumatera Utara telah menjadi pengekor karya sastra Jakarta? Pertanyaaan ini langsung mengingatkan saya pada lagu siapa suruh datang Jakarta. Sebagaimana disebut Yulhasni Jangan Percaya pada Jakarta, tulisan ini pun akan mengarah pada terbentuknya Sastra Sumatera Merdeka yang diprakarsai Idris Pasaribu.
SSM demikian saya menyebutnya, lahir dari pemahaman makin tersisihnya Sumatera Utara dari khasanah sastra Indonesia. Hal ini ditandai dengan teks-teks buku sejarah sastra kita (baca; Indonesia) tidak pernah mengadopsi karya-karya dari para sastrawan Sumatera Utara, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi negeri dan swasta.

Jika pun ada nama-nama seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Merari Siregar, Armijn Pane, Sanusi Pane, Iwan Simatupang, Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan lain sebagainya itu, memang masih termaktub dalam buku-buku sejarah. Mereka mencipta sejak hijrah dan tinggal menetap di Pulau Jawa. Apa yang ada dalam buku-buku sejarah sastra Indonesia kini, merupakan perulangan-perulangan dari kehidupan dan perkembangan sastra masa lalu. Bukan masa kini.

Ilmu sejarah hakikatnya berupa ilmu yang memperlihatkan adanya pergerakan kearah perubahan dari setiap periode atau pun angkatan. Begitu pula dengan sejarah sastra terkini, yang berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, sejarah sastra merupakan bagian dari ilmu sastra yang mempelajari tentang perkembangan sastra dengan segala permasalahannya. Di dalamnya menyakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.

Teks-teks buku sejarah sastra kita kini mengalami stagnasi, tidak bergerak dan masih mengulang-ulang materi sejarah masa lalu. Masih terdiri dari beberapa angkatan yaitu angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 66. Meski pada tatanan wilayah lain munculnya Angkatan Reformasi yang dimotori Kusprihyanto Namma, Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo. yang menyebut lahirnya angkatan terbaru sastra Indonesia yang dilansir dalam tabloid Angkatan, namun pada kenyataannya tabloid ini tidak punya kekuatan untuk menambah sejarah angkatan baru sastra terkini.

Secara umum keperluan adanya angkatan terbaru sastra Indonesia kini, dapat tertangkap dari sebuah pertanyaan retoris: mengapa tidak ada lagi angkatan sastra setelah angkatan 1966. Pertanyaan ini sama bobotnya dengan ungkapan, mengapa tidak ada karya-karya sastrawan daerah khususnya Sumatera Utara dalam buku-buku teks sejarah sastra Indonesia terkini?

Dengan demikian, jika tidak ada sastra angkatan baru atau sebutlah misalnya sastra angkatan reformasi, maka para sastrawan yang muncul sejak 1966 hingga kini tahun 2012 berarti dapat dikatakan, sastrawan yang berkarya pada tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, 2000-an tetap termasuk sebagai bagian dari angkatan 1966. Bagi saya ini merupakan ungkapan yang perlu segera dibenahi.

Sebaliknya, Ajib Rosidi salah seorang penulis sejarah sastra Indonesia, dengan tegas menolak adanya angkatan baru setelah angkatan 1966, itu berarti bagi Ajib Rosidi sastrawan kelahiran tahun 2000 masuk sebagai angkatan 1966. Walaupun tetap menyebutkan fakta adanya sekelompok orang yang memproklamirkan keberadaan sebuah angkatan, namun Ajib Rosidi hanya menyebut angkatan dengan menggunakan istilah periode. Karena angkatan dalam sastra Indonesia sekarang disebut Ajib Rosidi telah menimbulkan kekacauan penafsiran.

Pembedaan antara periode yang satu dengan yang lain sebut Ajib Rosidi, berdasarkan adanya perbedaan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi masing-masing zaman. Perbedaan antara angkatan yang satu dengan yang lain sering ditekankan pada adanya perbedaan konsepsi masing-masing angkatan.

Dalam suatu periode kata Aijib Rosidi, mungkin saja kita menemukan aktivitas lebih dari satu golongan pengarang yang mempunyai konsepsi yang berbeda-beda; sedangkan munculnya periode baru tidak pula berarti munculnya angkatan baru dengan konsepsi baru. Perbedaan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi suatu zaman, mungkin menimbulkan suasana baru dalam kehidupan sastra tanpa melahirkan konsepsi sastra baru yang dirumuskan oleh seseorang atau sekelompok sastrawan.

Kondisi yang memprihatinkan ini ditulis Yulhasni sebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap hegemoni Jakarta, karena tembok-tembok kekuasaan Jakarta hanya mengakui keunggulan karya-karya sastra yang dibukukan oleh penerbit Jakarta. Apalagi kemudian penerbit buku terbesar di Indonesia memang berasal dari Jakarta, terus semakin menguasai distribusi pangsa pasar buku-buku di Sumatera Utara bahkan di seluruh Indonesia.

Karena kebanyakan buku-buku karya sastra Indonesia ditulis oleh para sastrawan yang berada dan tinggal menetap di Jakarta dan penerbit Jakarta terus mengabaikan potensi daerah, maka dominasi Jakarta lewat seperangkat ukurannya menjadi contoh kualitas sastra di Indonesia. Hal ini sebut Yulhasni, telah mematikan kreativitas sastrawan daerah,

Kreativitas sastrawan yang terus lahir dari komunitas sastra di daerah ini sebut Yulhasni, seperti yang telah muncul di beberapa daerah, perlu juga diberi gagasan baru agar semangat perlawanan tersebut dapat dicapai sesuai dengan harapan. Jika hanya mengandalkan kuantitas penciptaan, tentu saja Medan dan Sumatera Utara pada umumnya tetap dinilai ‘pengekor’ setia berbagai bentuk baru penciptaan sastra di Indonesia, terutama Jakarta. Daerah ini tentu saja hanya akan dikenang telah melahirkan sejumlah sastrawan besar akan tetapi tidak mampu melahirkan gerakan baru sebagai wujud kreativitas sastra itu sendiri.

Saya termasuk orang yang setuju dengan pendeklarasi Sastra Sumatera Merdeka, dengan tujuan membendung dominasi teks-teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta, memasuki wilayah Sumatera Utara khususnya ke dalam dunia pendidikan, baik tingkat SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Setidaknya, penggunaan teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta yang menjadi arah kebijakan kekuasaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara nasional, diimbangi dengan penggunaan teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan daerah.

Penerbit buku di Medan yang kini telah banyak menerbitkan teks buku sejarah sastra, nyatanya tidak mempu bersaing dan tidak memiliki jaringan distribusi yang luas ke seluruh Indonesia. Pemerintah daerah baik Gubernur maupun Walikota, merupakan pejabat pemegang kekuasaan tertinggi di daerahnya, mestinya mewajibkan guru dan para dosen untuk menggunakan teks-teks buku sejarah sastra terbitan daerah di wilayahnya masing-masing.

Pandangan Idris Pasaribu yang menyebutkan karya sastra nasional telah menggurita menguasai pangsa pasar buku di daerah dan karya sastra lokal semakin jauh tersingkirkan, bukan tidak beralasan. Secara politis para pemegang kekuasaan di dunia pendidikan, mewajibkan pemakaian buku-buku terbitan Jakarta, telah mematikan buku-buku terbitan daerah. Dengan demikian cara pandang guru dan dosen pun sebagai staf pengajar bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi, hanya mengakui buku-buku terbitan Jakarta.

Sastra Sumatera Merdeka pada akhirnya harus memperjuangkan pemakaian teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan daerah menjadi bagian dari perjuangan pergerakan. Membatasi dominasi teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta menguasai pangsa pasar daerah. Setidaknya melakukan pembatasan dalam lingkup tertentu. Pembatasan dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang, seperti penggunaan contoh karya, pembelajaran lebih mengutamakan karya-karya sastra daerah dengan kearifan lokal, pembatasan tahun penerbitan buku, lokasi, waktu, pelaku dan fokus substansi.

Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/11/25/89719/sastra_sumatera_merdeka/#.UNDP7Kx2Na8

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati