Afrion
Harian Analisa, 25 Nov 2012
Benarkah karya sastra di Sumatera Utara telah menjadi pengekor karya sastra Jakarta? Pertanyaaan ini langsung mengingatkan saya pada lagu siapa suruh datang Jakarta. Sebagaimana disebut Yulhasni Jangan Percaya pada Jakarta, tulisan ini pun akan mengarah pada terbentuknya Sastra Sumatera Merdeka yang diprakarsai Idris Pasaribu.
SSM demikian saya menyebutnya, lahir dari pemahaman makin tersisihnya Sumatera Utara dari khasanah sastra Indonesia. Hal ini ditandai dengan teks-teks buku sejarah sastra kita (baca; Indonesia) tidak pernah mengadopsi karya-karya dari para sastrawan Sumatera Utara, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi negeri dan swasta.
Jika pun ada nama-nama seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Merari Siregar, Armijn Pane, Sanusi Pane, Iwan Simatupang, Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan lain sebagainya itu, memang masih termaktub dalam buku-buku sejarah. Mereka mencipta sejak hijrah dan tinggal menetap di Pulau Jawa. Apa yang ada dalam buku-buku sejarah sastra Indonesia kini, merupakan perulangan-perulangan dari kehidupan dan perkembangan sastra masa lalu. Bukan masa kini.
Ilmu sejarah hakikatnya berupa ilmu yang memperlihatkan adanya pergerakan kearah perubahan dari setiap periode atau pun angkatan. Begitu pula dengan sejarah sastra terkini, yang berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, sejarah sastra merupakan bagian dari ilmu sastra yang mempelajari tentang perkembangan sastra dengan segala permasalahannya. Di dalamnya menyakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.
Teks-teks buku sejarah sastra kita kini mengalami stagnasi, tidak bergerak dan masih mengulang-ulang materi sejarah masa lalu. Masih terdiri dari beberapa angkatan yaitu angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan 66. Meski pada tatanan wilayah lain munculnya Angkatan Reformasi yang dimotori Kusprihyanto Namma, Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo. yang menyebut lahirnya angkatan terbaru sastra Indonesia yang dilansir dalam tabloid Angkatan, namun pada kenyataannya tabloid ini tidak punya kekuatan untuk menambah sejarah angkatan baru sastra terkini.
Secara umum keperluan adanya angkatan terbaru sastra Indonesia kini, dapat tertangkap dari sebuah pertanyaan retoris: mengapa tidak ada lagi angkatan sastra setelah angkatan 1966. Pertanyaan ini sama bobotnya dengan ungkapan, mengapa tidak ada karya-karya sastrawan daerah khususnya Sumatera Utara dalam buku-buku teks sejarah sastra Indonesia terkini?
Dengan demikian, jika tidak ada sastra angkatan baru atau sebutlah misalnya sastra angkatan reformasi, maka para sastrawan yang muncul sejak 1966 hingga kini tahun 2012 berarti dapat dikatakan, sastrawan yang berkarya pada tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, 2000-an tetap termasuk sebagai bagian dari angkatan 1966. Bagi saya ini merupakan ungkapan yang perlu segera dibenahi.
Sebaliknya, Ajib Rosidi salah seorang penulis sejarah sastra Indonesia, dengan tegas menolak adanya angkatan baru setelah angkatan 1966, itu berarti bagi Ajib Rosidi sastrawan kelahiran tahun 2000 masuk sebagai angkatan 1966. Walaupun tetap menyebutkan fakta adanya sekelompok orang yang memproklamirkan keberadaan sebuah angkatan, namun Ajib Rosidi hanya menyebut angkatan dengan menggunakan istilah periode. Karena angkatan dalam sastra Indonesia sekarang disebut Ajib Rosidi telah menimbulkan kekacauan penafsiran.
Pembedaan antara periode yang satu dengan yang lain sebut Ajib Rosidi, berdasarkan adanya perbedaan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi masing-masing zaman. Perbedaan antara angkatan yang satu dengan yang lain sering ditekankan pada adanya perbedaan konsepsi masing-masing angkatan.
Dalam suatu periode kata Aijib Rosidi, mungkin saja kita menemukan aktivitas lebih dari satu golongan pengarang yang mempunyai konsepsi yang berbeda-beda; sedangkan munculnya periode baru tidak pula berarti munculnya angkatan baru dengan konsepsi baru. Perbedaan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi suatu zaman, mungkin menimbulkan suasana baru dalam kehidupan sastra tanpa melahirkan konsepsi sastra baru yang dirumuskan oleh seseorang atau sekelompok sastrawan.
Kondisi yang memprihatinkan ini ditulis Yulhasni sebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap hegemoni Jakarta, karena tembok-tembok kekuasaan Jakarta hanya mengakui keunggulan karya-karya sastra yang dibukukan oleh penerbit Jakarta. Apalagi kemudian penerbit buku terbesar di Indonesia memang berasal dari Jakarta, terus semakin menguasai distribusi pangsa pasar buku-buku di Sumatera Utara bahkan di seluruh Indonesia.
Karena kebanyakan buku-buku karya sastra Indonesia ditulis oleh para sastrawan yang berada dan tinggal menetap di Jakarta dan penerbit Jakarta terus mengabaikan potensi daerah, maka dominasi Jakarta lewat seperangkat ukurannya menjadi contoh kualitas sastra di Indonesia. Hal ini sebut Yulhasni, telah mematikan kreativitas sastrawan daerah,
Kreativitas sastrawan yang terus lahir dari komunitas sastra di daerah ini sebut Yulhasni, seperti yang telah muncul di beberapa daerah, perlu juga diberi gagasan baru agar semangat perlawanan tersebut dapat dicapai sesuai dengan harapan. Jika hanya mengandalkan kuantitas penciptaan, tentu saja Medan dan Sumatera Utara pada umumnya tetap dinilai ‘pengekor’ setia berbagai bentuk baru penciptaan sastra di Indonesia, terutama Jakarta. Daerah ini tentu saja hanya akan dikenang telah melahirkan sejumlah sastrawan besar akan tetapi tidak mampu melahirkan gerakan baru sebagai wujud kreativitas sastra itu sendiri.
Saya termasuk orang yang setuju dengan pendeklarasi Sastra Sumatera Merdeka, dengan tujuan membendung dominasi teks-teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta, memasuki wilayah Sumatera Utara khususnya ke dalam dunia pendidikan, baik tingkat SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Setidaknya, penggunaan teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta yang menjadi arah kebijakan kekuasaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara nasional, diimbangi dengan penggunaan teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan daerah.
Penerbit buku di Medan yang kini telah banyak menerbitkan teks buku sejarah sastra, nyatanya tidak mempu bersaing dan tidak memiliki jaringan distribusi yang luas ke seluruh Indonesia. Pemerintah daerah baik Gubernur maupun Walikota, merupakan pejabat pemegang kekuasaan tertinggi di daerahnya, mestinya mewajibkan guru dan para dosen untuk menggunakan teks-teks buku sejarah sastra terbitan daerah di wilayahnya masing-masing.
Pandangan Idris Pasaribu yang menyebutkan karya sastra nasional telah menggurita menguasai pangsa pasar buku di daerah dan karya sastra lokal semakin jauh tersingkirkan, bukan tidak beralasan. Secara politis para pemegang kekuasaan di dunia pendidikan, mewajibkan pemakaian buku-buku terbitan Jakarta, telah mematikan buku-buku terbitan daerah. Dengan demikian cara pandang guru dan dosen pun sebagai staf pengajar bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi, hanya mengakui buku-buku terbitan Jakarta.
Sastra Sumatera Merdeka pada akhirnya harus memperjuangkan pemakaian teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan daerah menjadi bagian dari perjuangan pergerakan. Membatasi dominasi teks buku sejarah sastra Indonesia terbitan Jakarta menguasai pangsa pasar daerah. Setidaknya melakukan pembatasan dalam lingkup tertentu. Pembatasan dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang, seperti penggunaan contoh karya, pembelajaran lebih mengutamakan karya-karya sastra daerah dengan kearifan lokal, pembatasan tahun penerbitan buku, lokasi, waktu, pelaku dan fokus substansi.
Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/11/25/89719/sastra_sumatera_merdeka/#.UNDP7Kx2Na8
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar