Selasa, 02 April 2013

Revolusi Media, Sastra Internet dan Kerinduan Pada HB Jasin

Sutrisno Budiharto
http://sutrisno-budiharto.blogspot.com/

REVOLUSI MEDIA benar-benar mengalir deras menyusul pesatnya perkembangan tehnologi – baik itu perangkat keras mupun perangkat lunak – yang mendorong berkembangnya media informasi dan komunikasi. Pada dekade 1990-an silam, media informasi yang jamak dipakai masyarakat adalah koran, majalah, tabloid (media cetak), radio dan televisi (media eletronika) konfensional yang masih terkendala oleh jarak, ruang dan waktu. Sekarang, semenjak menjamurnya pelayanan internet yang didukung dengan digitalisasi pengolah data, arus revolusi media sulit terbendung lagi hingga menghapus batas-batas ruang, jarak dan waktu. Terlebih, kekuasan represif Orde Baru telah tiada, ruang berekspresi pun menjadi sangat leluasa, bahkan nyaris tiada batas, termasuk dalam berkesenian; baik itu seni sastra, seni musik, maupun seni rupa/grafis. Siapa pun, di mana pun, kini bisa mengekspresikan bahasa seninya melalui media internet. Dalam jebakan kemacetan lalu-lintas Jakarta pun, orang bisa menulis puisi dan mempublikasikannya melalui media sosial seperti facebook atau twitter.

Pada dekade 1990-an lalu, kebebasan macam itu belum bisa dijumpai. Selain masih adanya tekanan represif kekuasan Orde Baru, akses masyarakat dalam memperoleh layanan media informasi dan komunikasi juga masih terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang dapat memperoleh layanan media koran, majalah, tabloid (media cetak), radio dan televisi (media eletronika) karena aksesnya masih terkendala oleh jarak, ruang dan waktu. Keterbatasan akses tersebut juga dialami para seniman daerah yang hendak mengekspersikan karya seninya. Bahkan, keterbatasan akses media tersebut sempat melahirkan polemik hebat yang dipicu adanya gerakan “Revitalisasi Sastra Pedalaman”.

Seingat Saya, gerakan “Revitalisasi Sastra Pedalaman” tersebut tak lepas adanya anggapan bahwa ruang media untuk berekspresi kala itu sangat terhegemoni oleh para seniman pusat ibu kota, Jakarta. Beno Siang Pamungkas, penyair asal Semarang, menjadi salah seorang penggerak “Revitalisasi Sastra Pedalaman” itu. Penyair Jawa Tengah tersebut pernah menyatakan, “Kalau saja jurnalisme seni kita lebih punya kesungguhan untuk memotret… bukan mustahil akan terkuak tambang-tambang emas karya sastra yang sampai saat ini masih terpendam jauh di bawah permukaan bumi.”

Dari Sastra Sampah hingga Kritikus Sembarangan

Sekarang, setelah terjadi revolusi media yang menghapus batasan ruang, jarak dan waktu — gerakan “Revitalisasi Sastra Pedalaman” sudah tiada tampak lagi manuvernya. Yang terjadi adalah menjamurnya karya-karya sastra internet; entah itu berupa puisi, cerpen, dan kritik sasra. Dalam facebook ada banyak komunitas penulis puisi maupun prosa. Di twitter juga demikian. Tak hanya itu, dalm blog juga tumbuh subur para penulis wajah baru, baik tua maupun muda. Mungkin saking banyaknya karya sastra internet yang muncul (entah puisi, cerpen atau yang lainnya), akhirnya ada juga yang melontarkan cibiran bahwa karya sastra yang lahir di internet tak ubahnya sastra sampah karena dianggap memiliki mutu yang rendah.

Cibiran rendahnya kualitas karya sastra internet itu memang tidak bisa disalahkan. Sebab, dalam internet, siapa saja bisa mengklaim sebagai sastrawan atau seniman setelah mereka mempublikasikan karyanya melalui internet tanpa ada batasan estetis yang menyaringnya. Ribut Wijoto pernah mengeluhkan hal itu. Menurut Ribut Wijoto, ‘sastrawan internet’ dapat mempublikasikan teks apa saja, kapan saja, tentang apa saja, latar apa saja, tawaran estetik apa saja, dan sebagainya apa saja. Peminat sastra, yang baru belajar menulis karya sastra, juga bisa mempublikasikan karyanya. Tulisan apa saja yang dianggap karya sastra pasti bisa dimuat di media internet. “Tinggal menunggu giliran. Bagi yang berminat terhadap kritik sastra, sang kritikus boleh memilih karya sembarangan, pendekatan sembarangan, teori sembarangan, komentar sembarangan, polemik sembarangan. Pasti ditampilkan. Tinggal menunggu giliran,” kata Ribut Wijoto dalam tulisan berjudul “Pencerahan Estetik Sastra Internet” (terpelanting.wordpress.com).

Masih Miskinnya SDM yang Peduli Membangun Sastra

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bernakah semua karya sastra yang dilahirkan melalui internet adalah sastra sampah yang bermutu rendah? Harus diakui terlalu bebasnya ruang internet sebagai media untuk mengekspresikan karya apa saja yang dianggap sastra, memang bisa melahirkan karya-karya sastra yang bermutu rendah. Namun saya kurang sependapat jika ada yang menggeneralisir bahwa semua karya sastra yang dilahirkan melalui internet, semuanya dianggap sastra sampah. Saya punya keyakinan bahwa di belantara internet yang sedemikian hiruk pikuk oleh jutaan informasi tersebut pasti ada karya sastra yang bernilai tinggi.

Persoalannya, mungkin terletak pada miskinnya sumber daya manusia yang punya kepedulian dalam membangun sastra di Indonesia agar menjadi lebih baik dan lebih berbobot. Paling tidak, Indonesia sangat membutuhkan orang-orang peduli sastra seperti yang pernah ditunjukkan HB Jasin. Kalau sumber daya manusia peminat sastra mungkin jumlahnya bisa disebut sudah ‘meledak’ seiring menjamurnya sastrawan internet. Tapi untuk sumber daya manusia sekelas HB Jasin, yang memiliki ketekunan tinggi dalam mendokumentasikan buku-buku karya sastra dan budaya sekaligus mengkrikitisi karya-karya sastra yang ditemukannya, Indonesia bisa disebut masih miskin.

Dengan kata lain, sastra internet bisa disebut rindu akan kehadiran HB Jasin baru. Kalau dalam sepakbola Eropa dan Amerika ada banyak para pemandu bakat yang punya peran penting dalam pengembangan sepakbola. Pekerjaan para pemandu bakat itu hanya mengamati dan menyaring para pemain muda berbakat yang diprediksikan bisa menjadi pemain profesional bagus di kemudian hari. Dalam sastra internet, mestinya ada juga orang yang bertindak sebagai pemandu bakat seperti dalam sepakbola. Jika ada banyak pemandu bakat sastra dalam media internet, bisa jadi sastra bermutu dari media internet akan dapat dikumpulkan.

Perlu Waktu dan Kesabaran

Pendek kata, Saya tidak risih atas menjamurnya sastra internet belakangan ini. Biarkan saja mereka berkarya dengan gaya apa adanya. Yang jelas, Saya sependapat dengan Kiswondo bahwa dalam suasana gegap gempita reformasi, maka kehidupan bersastra, berbudaya serta bermasyarakat, kita harus lebih rasional, humanis, dan demokratis. Penghormatan terhadap perbedaan merupakan imperatif demokrasi yang harus dikerjakan. Masa Sandya-kalaning (masa kegelapan dan keruntuhan) Indonesia, di mana perbedaan diartikan sebagai kutukan, pemenjaraan, dan pembunuhan — harus segera dihentikan. (Kiswondo: Bangkitnya Counter-Hegemony dalam Masyarakat dan Sastra Indonesia; 1999). Bagaimanapun Saya tidak sepakat jika sastra internet hanya dipandang dengan sebelah mata, kemudian dikucilkan. Sebab, kalau ingin tumbuh dan berkembang saja sudah dikekang, kapan sastra Indonesia bisa maju?

Suatu saat, mungkin saja di antara sastra internet akan tampil ke permukaan dan menjadi populer karena memiliki bobot kualitas kesastraan yang kuat. Bukankah terkenalnya lagu “Canon in D” karya Johann Pachelbel (lahir 1 September 1653 – meninggal 9 Maret 1706) juga datang terlambat setelah pengarangnya meninggal ratusan tahun? Awalnya, “Canon in D” terlupakan berabad-abad sampai ditemukan pada abad ke-20. Beberapa dekade setelah dipublikasikan pada tahun 1919, lagu ini menjadi sangat terkenal hingga banyak dimainkan jutaan pemusik dari berbagai penjuru dunia hingga saat ini. Semoga saja di antara sastra internet Indonesia ada yang mengalami ‘nasib’ serupa dengan lagu “Canon in D”, dicintai banyak orang dari berbagai negara.[*]

Dijumput dari: http://sutrisno-budiharto.blogspot.com/2012/10/revolusi-media-sastra-internet-dan.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati