Sabtu, 09 September 2017

GERAKAN SASTRA KAMPUS DI CIREBON

Edeng Syamsul Ma’arif *
Kompas, 27 Des 2008

Sastra, sepanjang sejarah sastra di Cirebon, tidak dilahirkan dari dunia kampus. Fakultas sastra, meski sebenarnya hanya ada satu kampus berisi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan dengan jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia serta pendidikan bahasa dan sastra Inggris, menjadi pangkal persoalan. Fakultas ini tidak mampu melahirkan mahasiswa yang memiliki gagasan cemerlang dan serius untuk mengurusi persoalan kebudayaan di tingkat lokal sekalipun.

Tanpa bermaksud melakukan simplifikasi terhadap persoalan yang mendera sastra kampus di Cirebon, ada beberapa soal yang dapat dikemukakan sebagai identifikasi dan menjadi perbincangan bersama.
Pertama, dunia sastra oleh mahasiswa, pengajar sastra, dan peminat sastra dalam kampus belum dipahami dan diyakini sebagai kebutuhan penting masing-masing pribadi. Tidak ada kesadaran bahwa sastra adalah aktivitas individual yang harus diimplementasikan di hadapan publik. Sastra masih dipahami sebatas teori dan tidak berupaya membuka ruang gerak sosialisasi lebih lebar. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kelompok dan pertemuan sastra secara simultan yang tumbuh dari kampus.

Aktivitas sastra baru ditunjukkan oleh momen kepanitiaan tertentu, semacam lomba baca puisi, cerita pendek, monolog, atau sarasehan sastra. Adapun aktivitas yang lebih intensif, seperti diskusi berkala untuk menggagas, memperbincangkan karya tertentu, atau melahirkan ide-ide, tidak pernah terjadi. Karena itu, upaya sosialisasi sastra dipahami sebatas perayaan yang bersifat seremonial dan tidak menyentuh persoalan paling mendasar, yaitu penguatan individu dan pembelajaran terhadap publik.

Sastra, seperti dikatakan Budi Darma, telanjur dianggap sepotong dunia yang tidak berintegrasi dengan realitas. Sastra adalah sastra, teori sastra adalah teori sastra, sejarah sastra adalah sejarah sastra, dan sastra perbandingan adalah sastra perbandingan. Kita sering lupa bahwa dari segi apa pun kita melihatnya, tidak lain sastra adalah abstraksi kehidupan (Harmonium, 1995:146).

Melahirkan karya sastra adalah kreativitas mentransformasikan kehidupan. Maka, profesionalisme kepengarangan bersifat terbuka. Prasyarat untuk menjadi pengarang adalah kemampuan untuk menghayati realitas. Dengan demikian, siapa pun, tanpa terikat pangkat, jabatan, dan pendidikan, dapat menjadi pengarang, penyair, dan dramawan. Bohemian Chairil Anwar, dokter hewan Taufik Ismail, dan doktor sastra Sapardi Djoko Damono dapat menjadi penyair. Arsitek merangkap pastor YB Mangunwijaya dan sarjana hukum Putu Wijaya juga sama-sama dapat menjadi pengarang. Dramawan juga demikian. Peran media massa

Kedua, kapabilitas pengajar sastra di kampus di Cirebon sangat pantas dipertanyakan. Seberapa jauh kemampuan dosen menguasai teori sastra? Bagaimana konstruksi pikirnya tentang sastra? Empiriknya? Apakah mereka hanya menyampaikan setumpuk teori untuk dibaca dan dicerna para mahasiswa? Setelah itu, mereka merasa tugasnya selesai ketika keluar dari ruang mengajar tanpa memiliki beban melahirkan ide-ide untuk mengaplikasikan teori itu?
Apakah setumpuk teori tersebut menjadi materi yang tepat dan benar-benar dibutuhkan mahasiswa dan realitas sosialnya? Jika demikian adanya, bukankah teori-teori tersebut dapat dengan mudah digantikan oleh kaset berisi monolog tentang teori sastra untuk diperdengarkan di depan kelas?

Sastra tidak cukup diajarkan, lebih-lebih dengan memutar kaset berisi setumpuk teori di ruang kelas. Ia juga harus dilakukan dan digerakkan, baik secara pribadi, kelompok, maupun melibatkan masyarakat luas. Jika pengajar sastra berpikir bahwa dirinya hanya bertugas menyampaikan teori, sebenarnya ia sedang melakukan pembunuhan karakter terhadap sastra.

Ketiga, media massa di Cirebon sesungguhnya cukup akomodatif terhadap aktivitas sastra. Hal itu dibuktikan dengan disediakannya lembar khusus untuk tema kebudayaan (puisi, cerpen, dan esai). Namun, tidak dapat dimungkiri, ruang yang disediakan sampai hari ini belum digarap serius oleh pengelolanya. Ditambah, lembaga media massa itu tidak memberikan penghargaan yang cukup layak bagi para penulis. Apa yang hendak kita bayangkan jika sebuah tulisan yang dimuat di media massa Cirebon, baik esai, puisi, maupun cerpen, paling tinggi dihargai Rp 50.000?

Tanpa bermaksud mengedepankan kalkulasi untung rugi, besaran penghargaan tersebut sangat memprihatinkan, bahkan tidak masuk akal. Dengan kata lain, media massa di Cirebon tidak dapat menghargai intelektualitas secara proporsional. Padahal, jika melihat kemajuan manajemen yang begitu pesat, sesungguhnya media massa di Cirebon sangat mampu memberikan penghargaan yang layak. Akibatnya, tulisan-tulisan yang dimuat pun -mungkin karena rendahnya penghargaan atau kapabilitas penulisnya yang tidak berkelas- tidak menunjukkan kualitas baik. Koleksi buku sastra

Hal lain yang cukup mengerikan, kampus-kampus di Cirebon hampir tidak memiliki koleksi buku sebagai pembanding perpustakaan internal untuk memperkaya khazanah keilmuan, terutama koleksi buku-buku sastra. Padahal, kemungkinan untuk menjalin kerja sama dengan penerbit sangat terbuka. Persentase kelulusan pada akhirnya tidak berbanding lurus dengan bobot keilmuan yang didapat.

Keempat, harus ada kesadaran masyarakat kampus yang ditumbuhkan secara tegas untuk membuka ruang lain sebagai bentuk akomodasi sastra secara serius. Kantong-kantong kebudayaan dalam berbagai bentuk, semacam klub diskusi dan komunitas sastra, menjadi kebutuhan mendesak untuk ditumbuhkan. Meski hampir setiap kampus di Cirebon memiliki komunitas seni, seperti teater, tari, ataupun musik, mereka tidak tergerak untuk mengarahkan niatnya menggeluti sastra.

Sastra masih menjadi sesuatu yang eksklusif, bahkan dijauhi oleh masyarakatnya sendiri. Komunitas teater di Cirebon, misalnya, tidak pernah membuka ruang secara sungguh-sungguh bagi sastra untuk berkembang. Ini dibuktikan dengan tidak adanya divisi sastra di setiap kelompok teater di Cirebon. Tak seorang penulis pun, ternyata, dilahirkan dari komunitas-komunitas itu. Aktivitas sastra yang berlangsung saat ini masih bersifat sempalan individu yang merasa gagasannya tentang sastra tidak diakomodasi kelompoknya. Atau, lebih parah, para penggagas atau pendiri kelompok itu tidak pernah mengagendakan sastra sebagai bagian dari aktivitas mereka.

Pada akhirnya semua itu harus dikembalikan pada motivasi masyarakat kampus yang bersangkutan. Apakah mereka dapat mengambil contoh aktivitas sastra yang berlangsung pada masyarakat kampus lain di luar Cirebon atau hendak memimpikan sastra tumbuh dan berkembang oleh desakan mukjizat dari langit?

*) Cerpenis, Anggota Peneliti pada Center for Empowering Society and Cultural Studies Cirebon.
https://komunitassastra.wordpress.com/2010/03/04/gerakan-sastra-kampus-di-cirebon/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati