Jumat, 20 Oktober 2017

Perbincangan Sastra Koran dan Katrin Bandel

Anwar Noeris
Harian Analisa, 30 Mei 2015

Perbincangan mengenai sastra koran, barangkali sudah tidak asing lagi disimak. Seakan-akan sastra koran hal yang wajib untuk diperbincangkan setiap minggu. Bahkan setiap harinya oleh penikmat sastra Indonesia, dengan upaya menanyakan karya siapa yang di muat dan tak di muat di Koran Minggu.

Istilah sastra koran sebenarnya merupakan karya sastra seperti cerpen, puisi, esai yang di muat di Koran Minggu. Walaupun ada koran yang terbit mingguan seperti koran Minggu Pagi dan Koran Madura tetap terkelompok perbincangannya pada Koran Minggu.

Budaya sastra koran di Indonesia memang suatu yang aneh bagi Katrin Bandel (selanjutnya ditulis Katrin). Hanya di Indonesia ada koran memuat karya sastra puisi, cerpen dan esai. Tentu beda dengan di Jerman; tanah kelahiran Katrin. Di Jerman tidak ada koran memuat karya sastra puisi, cerpen dan esai. Adanya hanya koran memuat tulisan artikel yang membahas karya sastra seperti kritik atas pementasan teater, tokoh sastra dan resensi-resensi buku-buku sastra.

Tak heran jika katrin dalam bukunya Sastra, Perempuan, Seks secara tidak langsung mengkritik hadis sastra koran Indonesia. Baginya sastra koran di Indonesia sulit untuk memastikan siapa/tertuju pada siapa karya tulis tersebut? Orientasi yang tak jelas bagi koran sastra itu yang menjadi titik kekaburan Katrin memahami koran sastra Indonesia. Tak heran jika kemudian, Katrin melayangkan argumen yang cukup menyentil. Penulis sastra koran Indonesia hanya “pemer pengetahuan”.

Memang sebagai masyarakat Indonesia, tiap minggunya membaca koran minggu yang ada tulisan/rubrik bagi karya sastra. Saya sedikit dan tidak sepenuhnya mengamini keresahan Katrin atas budaya koran minggu di Indonesia. Sedikit mengamini keresahan Katrin karena benar, halaman koran sastra Indonesia menyeleweng dari peran koran umumnya. Koran sastra, biasa menjadi media informasi berbagai bidang untuk masyakat luas, di Indonesia malah hanya menjadi media komunikasi sesama orang sastranya.

Artinya Koran Minggu yang memuat karya sastra hanya untuk orang sastra dan karya sastra hanya dinikmati oleh orang yang suka sastra dan seperti itu seterusnya yang akan terjadi pada koran minggu dan nasib kesusastraan Indonesia umumnya.

Nasib kesusastraan Indonesia adalah kesusastraan yang berputar dengan sendirinya (Geonawan Muhammad). Sepertinya karya sastra hanya untuk orang sastra dan diskusi-diskusi sastra hanya tetap akan dihadiri orang sastra, serta pembacaan puisi akan didengar hanya oleh orang-orang sastra. Polemik ini saya tegaskan bukan dilatari oleh koran minggu atau media yang memuat karya sastra. Persoalan ini murni berangkat dari sastrawan atau mereka yang menulis karya sastra, hanya melulu persoalan cinta dan kehidupan pribadinya.

Tidak sedikit kita temukan di koran minggu tulisan sastra: cerpen dan puisi yang hanya berputar di sekeliling penulisnya, semacam catatan harian, curhat dan surat cinta untuk kekasih. Untuk siapa tulisan itu? Siapa yang rela meluangkan waktunya untuk membaca karya tulis tersebut? Seperti masyarakat luas tidak ada pekerjaan untuk disuguhi cerita-cerita alay dan curhat semata, pada akhirnya bosan membacanya. Nampak cederanya karya sastra koran ada di situ. Sepenuhnya bukan karena adanya rubrik sastra di koran minggu.

Redaktur Koran

Keseriusan karya sastra dapat ditandai oleh seorang redaktur koran dan dalam kontek ini saya mengamini sepenuhnya keresahan Katrin mengenai sastra koran tersebut. Sebagaimana judul esai Abdul Wachid B.S ‘Hidup-Matinya Sastra Indonesia di Tangan Redaktur’. Tulisan esai yang cukup miris menggambarkan nasib penulis sastra dan sastra Indonesia umumnya.

Hal ini sebenarnya kita harus bahas. Bukan koran minggunya, tapi redaktur yang berada di balik layar koran minggu. Apakah mereka (Redaktur) memang serius menggawangi kesusastraan Indonesia lewat koran minggu? Atau mereka hanya keterpaksaan menjadi redaktur untuk sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang?

Sepanjang dekade 2000 sampai sekarang, tulisan-tulisan protes seperti karya sastra puisinya Rendra dan Wiji Thukul sudah tidak lumrah lagi di tulis bahkan di publikasikan. Karya sastra semacam itu sudah bukan jamannya lagi bagi penulis sastra mutakhir (penulis sastra mutakhir terkelompok 2000 sampai sekarang. Biar lebih spesifik pembahasannya) karena zaman sudah berubah karya sastrapun ikut berubah. Apakah mesti seperti itu?

Toh, kalau pengaruh karya sastra dilatari perubahan zaman dan sosial, sekarang ini zaman - Orde Lama dan Orde Baru masih melekat di keningg para pemerintah. Feodalisme dan ketertindasan masyarakat kecil masih terhirup baunya. Sangat tidak wajar dan sinkron sekali, kiranya kalau karya sastra Indonesia di latari sepenuhnya oleh perubahan zaman, melihat fenomena karya sastra mutakhir kita kini.

Tentu dari fenomena di atas, kita akan sepakat meluruskan polemik ini. Dalam keseriusan redaktur koran menentukan hidup-matinya karya sastra Indonesia, mutu dan kualitasnya. Hingga tidak terjadi perdebatan panjag mengenai nasib koran minggu yang harus ditiadakan, karena tak memiliki andil apa-apa terhadap perubahan sosial.

Selera redaktur yang menjadi karakter penerbitan koran minggu, semestinya hati-hati dalam mengkondisikan sastra Indonesia yang hampir kacau ini. Sebab tidak dipungkiri sastra koran sudah menjadi kiblat kesusastraan mutakhir, dan perkembangan sastra Indonesia luasnya.

Apalagi masalah per-buku-an sastra, menurut Katrin lebih serius dari koran minggu. Di Indonesia buku sastra sama sekali kosong nilai. Tak ada keseriusan yang lebih dari koran minggu. Coba kita perhatikan karya sastra yang berbentuk buku di Indonesia? Tak lain dan tak bukan buku-buku sastra, hanya imajinasi kosong penulisnya yang berharap popularitas. Ingin terkenal atau buku sastra, malah menjadi buku bisnis: buku yang diterbitkan sendiri demi mendorong penghasilan hidup sang penulis.

Banyak penerbit di Indonesia orientasinya terhadap karya sastra, dan itu tidak rumit menemukan keberadaannya. Di desa bahkan di plosok-plosok penerbit sekarang ada. Jadi jika Katrin membandingkan koran minggu dan buku-buku sastra yang lebih serius terbitnya, barangkali Katrin belum sepenuhnya turun ke tanah Indonesia menyaksikan dinamika per-buku-an sastra yang sangat pesat, namun tanpa kualitas.

Penerbit-penerbit Indonesia bekerjasama dengan grup (media sosial) atau penerbit yang mewadahi untuk perayaan momen-momen dalam karya tulis sastra itu memang sangat besar kontibusinya bagi perkembangan per-buku-an Indonesia mutakhir. Masih terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan untuk mutu dan keseriusan buku sastra tersebut.

Untuk Kartrin, jika mutu/kualitas dan keseriusan karya sastra masih dipertanyakan untuk siapa? Saya kira tidak ada bedanya karya sastra koran dan buku sastra di Indonesia.
***

http://harian.analisadaily.com/rebana/news/perbincangan-sastra-koran-dan-katrin/138170/2015/05/31

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati