Minggu, 17 Desember 2017

Membaca Realitas Sosial di Indonesia Melalui Sastra Diaspora

Badaruddin Amir
badaruddinamir.wordpress.com

Terbitnya buku kumpulan Cerpen Mini Yin Hua terjemahan Wilson Tjandinegara (KSI, 1999) yang diluncurkan pada HUT KSI (Komunitas Sastra Indonesia) yang ke-3 pada 31 Oktober 1999 di TIM Jakarta, dapat dikatakan semakin memperjelas posisi kehadiran para sastrawan keturunan Tionghoa di tengah konstelasi sastra Indonesia modern saat ini.

Dikatakan demikian, karena sebelumnya para sastrawan keturunan yang pada umumnya menulis dalam bahasa Mandarin (Han-yu) ini memang kurang dikenal dalam hasanah sastra Indonesia, disebabkan oleh adanya pelarangan yang bersifat diskriminatif pada masa rezim Orde Baru dan rezim sebelumnya atas semua aktivitas budaya berbau etnis Cina untuk dipertunjukkan secara umum. Boleh dikatakan pada masa Orde Baru dan sebelumnya karya-karya sastra Cina (Tionghoa) yang bernuansa Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah “sastra diaspora”, menemui hambatan komunikasi bagi pembaca sastra Indonesia, kecuali hanya dibaca oleh segelintir public pembaca komunitas keturunan. Padahal masalah social yang menjadi tema sentral dalam kebanyakan karya sastra dispora ini adalah masalah social yang terjadi di Indonesia. Di sana kita dapat membaca berbagai realitas social yang terjadi terutama di penghujung runtuhnya rezin Orde Baru.

Membaca kumpulan Cerpen Mini Yin Hua memang harus dipahami bahwa ada sesuatu yang ingin dijembatani oleh penterjemah sekaligus editornya yang hidup dalam dua kutub budaya itu, yaitu Cina dan Indonesia. Sesuatu itu adalah keinginan untuk melihat fenomena pembauran antara dua etnis dalam arti yang sesungguhnya. Bebas dari anggapan negative yang selama ini terjadi pada diri etnis keturunan, misalnya anggapan yang kurang objektif menilai bahwa warha keturunan Tionghoa itu pelit, egois, anasionalis, tidak peduli pada orang lain dan hanya tahu mencari keuntungan material belaka.

Penerjemah buku ini, Wilson Tjandinegara yang adalah seorang keturunan telah menjadi pelopor “gerakan” pembauran ini berkeyakinan, bahwa melalui sastra dapat diciptakan saling pengertian antar budaya, antar etnis, dan menjalin persahabatan yang lebih mendalam. Bagi kita di Indonesia, kata Wilson dalam pengantar terjemahannya, ini merupakan salah satu alternative pembauran yang mungkin hasilnya akan lebih langgeng.

Pelarangan atas segala bentuk aktivitas budaya yang berbau etnis Tionghoa menurut Wilson, adalah bentuk arogansi dan sikap yang berlebih-lebihan dari penguasa, karena setelah Barongsai (dalam arti yang lebih luas: segala aktivitas budaya yang berbau etnis Tionghoa) diperbolehkan di era reformasi kini, ternyata tidak juga terjadi apa-apa yang bias mempengaruhi idiologi bangsa. Bahkan dengan adanya keterbukaan seperti yang diperkenalkan Orde Reformasi, komunikasi antar budaya dapat semakin lancer dan pembauran dapat terlaksana dengan lebih cepat. Setidaknya hal itu terjadi dalam dunia sastra melalui terjemahan sastra Mandarin ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Karena seperti yang dikatakan Prof. Cou Nancing dari Universitas Beijing, bahwa kesusahan yang sering terjadi di Indonesia antara lain penyebabnya adalah kurangnya komunikasi antara dua suku bangsa : Indonesia-Tionghoa.

Buku kumpulan Cerpen Mini Yin Hua dapat dikatakan sebagai langkah awal diplomasi budaya dalam menjalin hubungan komunikasi antara ke dua suku bangsa menuju pembauran seperti yang dicita-citakan bersama dalam sebuah masyarakat heterogen. Diplomasi budaya semacan ini menurut Dr. Melani Budianta, seorang pengajar sastra Cina FSUI sangat efektif untuk membangun persahabatan antar bangsa, disbanding dengan diplomasi politik maupun ekonomi yang sifatnya sangat formal dan terbatas.

Buku ini berisi 50 cerita pendek-pendek (short-shot story) atau yang diistilahkan cerpen mini yang sifatnya ringan-ringan. Dikarang oleh 50 sastrawan keturunan Tionghoa yang sekarang bermukim di berbagai kota wilayah Indonesia.

Cirri khas yang menandai cerpen-cerpen mini ini adalah sifatnya yang humoristis, ringan, bias dibaca hanya dengan meluangkan waktu 5 sampai 10 menit tanpa harus mengerurkan kening saat membacanya.

Konflik social yang dibangun pada kebanyakan cerpen-cerpen mini dalam kumpulan ini berkisar pada pembauran etnis, kejadian-kejadian kerusuhan, pergolakan di bulan mei lalu, tewasnya aktivis reformasi, maraknya kejadian makanan beracun, terungkapnya borok bank-bank besar di Jakarta, sampai kepada kejadian alam gempa bumi yang melanda kota Parepare. Semuanya digambarkan leh pengarangnya secara “nyeleneh” dan humuristis dengan maksud untuk menghibur. Beberapa di antaranya ada juga yang berhasil mencuatkan rasa haru dan romantic namun tetap lincah dalam bingkai humoristis, seperti cerpen “Mencari Rumah” karya Bai Fang Qing, pengarang kelahiran Kalimantan.

Dr. melani Budianta seperti yang diuraikan dalam makalahnya saat peluncuran buku ini di TIM mengatakan bahwa antologi ini diisi oleh cerpen-cerpen mini bervariasi, dari yang romantic, humoristis, anekdot tentang kisah hidup yang aneh dan unik sampai potongan hidup sehari-hari yang konyol dan lucu. Semuanya ditulis dalam bahasa sehari-hari yang komunikatif. Cerpen-cerpen dalam buku ini, kata Melani mementingkan fungsi menghibur dan mengajar dari pada mengolah unsure seni sastranya. Walaupun demikian di sana-sini muncul ungkapan yang tidak saja menunjukkan kecerdasan mengolah kata, tapi juga wawasan artistik yang tinggi.

Beberapa cerpen yang terkumpul dalam buku ini mengungkapkan konflik fenomena social yang vterjadi di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang hiterogen, cukup menggelitik dan lucu. Seperti “Anak ke Empat” karya Li Feng, “Cinta Pertama” karya A Wu, “Menerima Tantangan” karya Ah Li Ang, “Peci” karya A Jiao, “Pandangan Jauh ke Depan Paman Liu” karya Xin Yizhoun, “Nasi beracun” karya Yu Cun, “Disikat Semua” karya Li Wanli, “Kisah Menerbitkan Buku” karya Mo Ming Miao, “Hadiah Ulang Tahun” karya Zhang Ying, “Seniman Lintas Abad” karya Liu Chang, dan lain-lain. Juga ada yang mengharukan seperti cerpen “Kekerabatan Lain Suku” karya Fun Fu, “Alunan Musik di Lantai Dansa” karya Xiau Baige, “Mengantar kembang” karya Bai Yu, “Senyum Kemenangan” karya Bing Xue, “Di depan Pusara” karay Jim Me Zi, “Lingkaran Merah” karya Song Hua, “Mama Kau Telah Membunu Anakku” karya Cecillia K, “Kehilangan” karya Xia Meng, “Delapan Belan Tahun” karya Jeanne Yap, “Persembahan Terakhir” karya Oey Tong Pin, dan lain-lain.

Satu hal yang cukup menarik dari terjemahan Wilson Tjandinegara adalah cara penerjemahannya yang sederhana dan dynamic equivalent (tetap mengandung amanat asli). Kata-kata yang digunakan oleh pengarang aslinya dalam bahasa mandarin (Han-yu) senantiasa dicarikan padanan kata-kata bahasa Indonesia yang tepat sesuai dengan kondisi bahasa aslinya, sehingga kadang-kadang terjadi penerjemah harus menggunakan bahasa pasar demi elegansi terjemahannya. Penerjemahan yang lancer ini dimungkinkan karena Wilson Tjandinegara adalah seorang dwibahasawan (bilingualis) alamiah yang cukup baik. Dia adalah seorang penyair yang menulis dalam dua bahasa : Indonesia dan Mandarin. Meski demikian harus diakui bahwa beberapa kalimat dalam terjemahan ini terkesan tidak baku dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang oleh pengamat sastra mungkin dianggap sebagai kelemahan penerjemahan yang dilakukan Wilson.

Wilson Tjandinegara penyair kelahiran Makassar, 20 Desember 1946, w3aktu masih tinggal di Parepare (Sulsel) tahun 1980-an banyak menulis puisi yang dipublikasikan di Koran-koran terbitan Makassar. Kini bermukim di Tangerang, bergabung dengan Komunitas sastra Indonesia (KSI) dan banyak menerjemahkan karya-karya sastra Cina keturunan. Sebelum kumpulan Cerpen Mini Yin Hua, Wilson telah menerjemahkan beberapa buku seperti “Perjalanan Hidup saya yang Berliku dan Penuh Tantangan” (Biografi, 1996) karya Lie Chiu Mo, “Bisikan Hati” (Kumpulan Puisi, 1996) karya Teo Un, “55 Puisi Cinta mandarin” (Antologi Puisi, 1998) dan “Menyangga Dunia di Atas Bulu Mata” (Antologi Puisi, 1999).

Adapun karya aslinya berupa kumpulan puisi berjudul “Puisi Untukmu” (1995), dan “Rumah Panggung di Kampung Halaman” (1999) merupakan kumpulan puisnya dalam dua bahasa yang diterbitkan dan diluncurkan bersama dengan kumpulan Cerpen Mini Yin Hua di TIM, Jakarta.

https://badaruddinamir.wordpress.com/2009/10/12/membaca-realitas-sosial-di-indonesia-melalui-sastra-diaspora-2/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati