Badaruddin Amir
badaruddinamir.wordpress.com
Terbitnya buku kumpulan Cerpen Mini Yin Hua terjemahan Wilson Tjandinegara (KSI, 1999) yang diluncurkan pada HUT KSI (Komunitas Sastra Indonesia) yang ke-3 pada 31 Oktober 1999 di TIM Jakarta, dapat dikatakan semakin memperjelas posisi kehadiran para sastrawan keturunan Tionghoa di tengah konstelasi sastra Indonesia modern saat ini.
Dikatakan demikian, karena sebelumnya para sastrawan keturunan yang pada umumnya menulis dalam bahasa Mandarin (Han-yu) ini memang kurang dikenal dalam hasanah sastra Indonesia, disebabkan oleh adanya pelarangan yang bersifat diskriminatif pada masa rezim Orde Baru dan rezim sebelumnya atas semua aktivitas budaya berbau etnis Cina untuk dipertunjukkan secara umum. Boleh dikatakan pada masa Orde Baru dan sebelumnya karya-karya sastra Cina (Tionghoa) yang bernuansa Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah “sastra diaspora”, menemui hambatan komunikasi bagi pembaca sastra Indonesia, kecuali hanya dibaca oleh segelintir public pembaca komunitas keturunan. Padahal masalah social yang menjadi tema sentral dalam kebanyakan karya sastra dispora ini adalah masalah social yang terjadi di Indonesia. Di sana kita dapat membaca berbagai realitas social yang terjadi terutama di penghujung runtuhnya rezin Orde Baru.
Membaca kumpulan Cerpen Mini Yin Hua memang harus dipahami bahwa ada sesuatu yang ingin dijembatani oleh penterjemah sekaligus editornya yang hidup dalam dua kutub budaya itu, yaitu Cina dan Indonesia. Sesuatu itu adalah keinginan untuk melihat fenomena pembauran antara dua etnis dalam arti yang sesungguhnya. Bebas dari anggapan negative yang selama ini terjadi pada diri etnis keturunan, misalnya anggapan yang kurang objektif menilai bahwa warha keturunan Tionghoa itu pelit, egois, anasionalis, tidak peduli pada orang lain dan hanya tahu mencari keuntungan material belaka.
Penerjemah buku ini, Wilson Tjandinegara yang adalah seorang keturunan telah menjadi pelopor “gerakan” pembauran ini berkeyakinan, bahwa melalui sastra dapat diciptakan saling pengertian antar budaya, antar etnis, dan menjalin persahabatan yang lebih mendalam. Bagi kita di Indonesia, kata Wilson dalam pengantar terjemahannya, ini merupakan salah satu alternative pembauran yang mungkin hasilnya akan lebih langgeng.
Pelarangan atas segala bentuk aktivitas budaya yang berbau etnis Tionghoa menurut Wilson, adalah bentuk arogansi dan sikap yang berlebih-lebihan dari penguasa, karena setelah Barongsai (dalam arti yang lebih luas: segala aktivitas budaya yang berbau etnis Tionghoa) diperbolehkan di era reformasi kini, ternyata tidak juga terjadi apa-apa yang bias mempengaruhi idiologi bangsa. Bahkan dengan adanya keterbukaan seperti yang diperkenalkan Orde Reformasi, komunikasi antar budaya dapat semakin lancer dan pembauran dapat terlaksana dengan lebih cepat. Setidaknya hal itu terjadi dalam dunia sastra melalui terjemahan sastra Mandarin ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Karena seperti yang dikatakan Prof. Cou Nancing dari Universitas Beijing, bahwa kesusahan yang sering terjadi di Indonesia antara lain penyebabnya adalah kurangnya komunikasi antara dua suku bangsa : Indonesia-Tionghoa.
Buku kumpulan Cerpen Mini Yin Hua dapat dikatakan sebagai langkah awal diplomasi budaya dalam menjalin hubungan komunikasi antara ke dua suku bangsa menuju pembauran seperti yang dicita-citakan bersama dalam sebuah masyarakat heterogen. Diplomasi budaya semacan ini menurut Dr. Melani Budianta, seorang pengajar sastra Cina FSUI sangat efektif untuk membangun persahabatan antar bangsa, disbanding dengan diplomasi politik maupun ekonomi yang sifatnya sangat formal dan terbatas.
Buku ini berisi 50 cerita pendek-pendek (short-shot story) atau yang diistilahkan cerpen mini yang sifatnya ringan-ringan. Dikarang oleh 50 sastrawan keturunan Tionghoa yang sekarang bermukim di berbagai kota wilayah Indonesia.
Cirri khas yang menandai cerpen-cerpen mini ini adalah sifatnya yang humoristis, ringan, bias dibaca hanya dengan meluangkan waktu 5 sampai 10 menit tanpa harus mengerurkan kening saat membacanya.
Konflik social yang dibangun pada kebanyakan cerpen-cerpen mini dalam kumpulan ini berkisar pada pembauran etnis, kejadian-kejadian kerusuhan, pergolakan di bulan mei lalu, tewasnya aktivis reformasi, maraknya kejadian makanan beracun, terungkapnya borok bank-bank besar di Jakarta, sampai kepada kejadian alam gempa bumi yang melanda kota Parepare. Semuanya digambarkan leh pengarangnya secara “nyeleneh” dan humuristis dengan maksud untuk menghibur. Beberapa di antaranya ada juga yang berhasil mencuatkan rasa haru dan romantic namun tetap lincah dalam bingkai humoristis, seperti cerpen “Mencari Rumah” karya Bai Fang Qing, pengarang kelahiran Kalimantan.
Dr. melani Budianta seperti yang diuraikan dalam makalahnya saat peluncuran buku ini di TIM mengatakan bahwa antologi ini diisi oleh cerpen-cerpen mini bervariasi, dari yang romantic, humoristis, anekdot tentang kisah hidup yang aneh dan unik sampai potongan hidup sehari-hari yang konyol dan lucu. Semuanya ditulis dalam bahasa sehari-hari yang komunikatif. Cerpen-cerpen dalam buku ini, kata Melani mementingkan fungsi menghibur dan mengajar dari pada mengolah unsure seni sastranya. Walaupun demikian di sana-sini muncul ungkapan yang tidak saja menunjukkan kecerdasan mengolah kata, tapi juga wawasan artistik yang tinggi.
Beberapa cerpen yang terkumpul dalam buku ini mengungkapkan konflik fenomena social yang vterjadi di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang hiterogen, cukup menggelitik dan lucu. Seperti “Anak ke Empat” karya Li Feng, “Cinta Pertama” karya A Wu, “Menerima Tantangan” karya Ah Li Ang, “Peci” karya A Jiao, “Pandangan Jauh ke Depan Paman Liu” karya Xin Yizhoun, “Nasi beracun” karya Yu Cun, “Disikat Semua” karya Li Wanli, “Kisah Menerbitkan Buku” karya Mo Ming Miao, “Hadiah Ulang Tahun” karya Zhang Ying, “Seniman Lintas Abad” karya Liu Chang, dan lain-lain. Juga ada yang mengharukan seperti cerpen “Kekerabatan Lain Suku” karya Fun Fu, “Alunan Musik di Lantai Dansa” karya Xiau Baige, “Mengantar kembang” karya Bai Yu, “Senyum Kemenangan” karya Bing Xue, “Di depan Pusara” karay Jim Me Zi, “Lingkaran Merah” karya Song Hua, “Mama Kau Telah Membunu Anakku” karya Cecillia K, “Kehilangan” karya Xia Meng, “Delapan Belan Tahun” karya Jeanne Yap, “Persembahan Terakhir” karya Oey Tong Pin, dan lain-lain.
Satu hal yang cukup menarik dari terjemahan Wilson Tjandinegara adalah cara penerjemahannya yang sederhana dan dynamic equivalent (tetap mengandung amanat asli). Kata-kata yang digunakan oleh pengarang aslinya dalam bahasa mandarin (Han-yu) senantiasa dicarikan padanan kata-kata bahasa Indonesia yang tepat sesuai dengan kondisi bahasa aslinya, sehingga kadang-kadang terjadi penerjemah harus menggunakan bahasa pasar demi elegansi terjemahannya. Penerjemahan yang lancer ini dimungkinkan karena Wilson Tjandinegara adalah seorang dwibahasawan (bilingualis) alamiah yang cukup baik. Dia adalah seorang penyair yang menulis dalam dua bahasa : Indonesia dan Mandarin. Meski demikian harus diakui bahwa beberapa kalimat dalam terjemahan ini terkesan tidak baku dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang oleh pengamat sastra mungkin dianggap sebagai kelemahan penerjemahan yang dilakukan Wilson.
Wilson Tjandinegara penyair kelahiran Makassar, 20 Desember 1946, w3aktu masih tinggal di Parepare (Sulsel) tahun 1980-an banyak menulis puisi yang dipublikasikan di Koran-koran terbitan Makassar. Kini bermukim di Tangerang, bergabung dengan Komunitas sastra Indonesia (KSI) dan banyak menerjemahkan karya-karya sastra Cina keturunan. Sebelum kumpulan Cerpen Mini Yin Hua, Wilson telah menerjemahkan beberapa buku seperti “Perjalanan Hidup saya yang Berliku dan Penuh Tantangan” (Biografi, 1996) karya Lie Chiu Mo, “Bisikan Hati” (Kumpulan Puisi, 1996) karya Teo Un, “55 Puisi Cinta mandarin” (Antologi Puisi, 1998) dan “Menyangga Dunia di Atas Bulu Mata” (Antologi Puisi, 1999).
Adapun karya aslinya berupa kumpulan puisi berjudul “Puisi Untukmu” (1995), dan “Rumah Panggung di Kampung Halaman” (1999) merupakan kumpulan puisnya dalam dua bahasa yang diterbitkan dan diluncurkan bersama dengan kumpulan Cerpen Mini Yin Hua di TIM, Jakarta.
https://badaruddinamir.wordpress.com/2009/10/12/membaca-realitas-sosial-di-indonesia-melalui-sastra-diaspora-2/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar