Cover Depan:
Nurel
Javissyarqi
Edisi Revolusi dalam Kritik
Sastra
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Buku
Pertama: Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
***
Cover Belakang:
…
Namun alangkah sayang, keberhasilannya yang semu menumbuhkan tekat kelewat melunjak bertingkah ‘melupa dan
mengingat’ dengan sangat ugal-ugalan
menyulap “Kun Fayakun” dijelmakan
(dirombaknya) membentuk kata-kata “Jadi maka Jadilah!” dan “Jadi, lantas jadilah!” (Bukan -Pidato
Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau 2000- oleh SCB, yang
terbit di “Bentara” Kompas, Jumat 11 Januari 2003, dan Sambutan SCB Pada
Upacara Penyerahan Anugerah Sastra MASTERA, Bandar Seri Begawan, 14 Maret
2006)?
***
… seperti Dami N. Toda yang meski penelitiannya belum matang kurang jeli, dan terlanjur cepat Tuhan menjemputnya. Kata-kata ‘belum
matang kurang jeli’ bisa dibaca di
esainya yang
bertitel “Kesibukan Hamba-Hamba Kebudayaan” lalu
sejenis esai pertaubatannya yang
dimuat Kompas 17 September 2006 yang berlabel
“Pengakuan Anggota Waffen-SS,” yang
disebut juga oleh Afrizal Malna di Tempo, 20 November 2006
dengan judul “Sejarah dalam Kulit Bawang,” dengan satu kunci perjalanan hidup sang pemenang
Nobel Sastra 1999, Günter Grass.
***
Pengabdian yang besar tidak lepas dari hilaf dan
semoga yang diungkapkan Elisa Dwi Wardani, hanyalah keterlepasan tidak pakem
masanya. Entah sehabis mendapati penghargaan, sesudah syuting baca puisi di sebuah stasiun
televisi atau TI teringat telah mengangkat begitu banyak penyair dari majalah sastra yang
dipandeganinya, SCB misalnya. Lantas bayu bertiup kencang mengaburkan paham
meninggikan derajat kepenyairannya, sampai-sampai seolah-olah penguasa kata-kata di
alam jagad raya, dengan nada-nada:
“penyair
adalah penguasa kata-kata,” dengan
menurunkan melodinya; “mungkin tidak mengendalikan
kata-kata secara otoriter, memangkas atau mencukur” namun penyair juga
“membiarkan kata-kata mengukur emosinya, dan bernikmat-nikmat dengan kata-kata
untuk mendapatkan pencerahan.”
***
Seingat saya (dalam arti semoga kelak ada yang
merevisinya), penerjemah, sastrawan, kritikus Sapardi Djoko Damono pernah
mengimbau agar karya sastra dijauhkan dari ilmu pengetahuan (“Sapardi Djoko
Damono: Jadikan Sastra sebagai Seni, Bukan Ilmu di Sekolah,” Kompas 14
Oktober 2010). Maka secara otomatis bisa dibilang menghasilkan karya klangenan,
bobotnya hanya lamunan, mentok bikin rindu tidak ketulungan pada gergaji
kepenyairannya, ini dapat dirujuk kepastiannya pada puisi-puisinya. Dan secara
terbuka saya lebih condong kepada penyair sekaligus politikus Muhammad Iqbal
pula filsuf Jacques Derrida yang dengan tegas berpendapat; “Puisi ialah filsafat atau pun filsafat adalah sastra (puisi)” [kalau tidak keliru pada bukunya “The Reconstruction of Religious
Thought in Islam” (Iqbal), dan “Margins of Philosophy” (Derrida)]. …
***
Halaman Lain
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Buku Pertama:
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Buku Pertama:
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
PuJa XIII-VI 2011-2017
All Rights Reserved
@Nurel Javissyarqi
PuJa XIII-VI 2011-2017
All Rights Reserved
@Nurel Javissyarqi
Penyunting : Lathifa Akmaliyah, S.Pd. M.Pd.
Setting Layout : Daniel Paranamesa
Ilustrator Cover : Sony Prasetyotomo
Design Cover : Bung
Setting Layout : Daniel Paranamesa
Ilustrator Cover : Sony Prasetyotomo
Design Cover : Bung
Diterbitkan oleh PuJa : PUstaka puJAngga
d/a Jalan Raya Desa Kendal-Kemlagi,
Karanggeneng, Lamongan, Indonesia
Email: pustaka.pujangga@gmail.com
Website: http://pustakapujangga.com
d/a Jalan Raya Desa Kendal-Kemlagi,
Karanggeneng, Lamongan, Indonesia
Email: pustaka.pujangga@gmail.com
Website: http://pustakapujangga.com
Berkerjasama dengan : Arti Bumi Intaran
d/a Mangkuyudan MJ III/216 Yogyakarta
Email: artibumiintaran@gmail.com
Website: http://artibumiintaran.net
d/a Mangkuyudan MJ III/216 Yogyakarta
Email: artibumiintaran@gmail.com
Website: http://artibumiintaran.net
Cetakan Pertama : Desember 2017
Terbitan Pertama : 9 Januari 2018
xii+500 hlm, 15x23cm
ISBN: 978602773190
Terbitan Pertama : 9 Januari 2018
xii+500 hlm, 15x23cm
ISBN: 978602773190
Harga: Rp. 110.000,-
WA: 085 233 316 056
Pengantar dari Penulis
Jauh sebelum menuliskan buku “Menggugat Tanggung Jawab
Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri” (terbitan SastraNesia dan PUstaka puJAngga,
2011), saya sudah terbiasa menulis di facebook. Awalnya berupa bahan-bahan
mentah di status, terus diposting di ruang catatan fb, kemudian ke website,
lantas di blogspot. Facebook bagi saya sebagai tempat belajar menulis secara
spontan, tentu sewaktu diunggah di catatan fb, telah melewati perevisian,
demikian pun sebelum dipublikasikan di web, mengalami pengeditan serta penyimakan
ulang. Dan manakala akan dibukukan, saya tetap jenak membenahinya, ini karena
sadar perihal ketumpulan nalar diri, namun tentu sesudah tercetak, sangat siap bersikap;
berbeda paham berlawan data, Insyaallah…
Calon buku ini awalnya bertitel “Membaca ‘kedangkalan’
logika Dr. Ignas Kleden?” dari pantulan esainya Dr. Ignas Kleden yang berjudul
“Puisi dan Dekonstruksi: Perihal Sutardji Calzoum Bachri,” yang saya pikir
perlu adanya pembongkaran. Ketika saya bedah pelahan, ada yang melalui satuan
kata-kata, kalimat, paragraf; saya temukan kasus yang sangat mengecewakan, oleh
sebab sampai kini tetap diabaikan para kritikus sastra di Indonesia. Seperti
perkara “Pidato Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau, tahun 2000,” dan “Sambutan
SCB Pada Upacara Penyerahan Anugerah Sastra MASTERA, tahun 2006,” mengenai “Kun
Fayakun” yang dirombaknya membentuk kata-kata “Jadi maka Jadilah!” dan “Jadi,
lantas jadilah!” Lalu soal kefatalan kata-kata Taufiq Ismail, kehilafan Sapardi
Djoko Damono, keragu-raguan Maman S. Mahayana, dan keserampangannya Dami N
Toda, Umar Junus, Abdul Hadi WM, serta perihal Hari Puisi Indonesia, yang
terlepas dari sejarah, ini mungkin mereka terlalu lama dan terlanjur terbiasa
dengan imajinasi, tanpa memperhatikan riwayat sekelilingnya.
Penulisan awal buku ini terposting di catatan fb
tertanggal 15 Juni 2011 pukul 19:55 (Bagian I) sampai tanggal 26 Oktober 2012
pukul 10:37 (Bagian XXIII), dapat dikata sudah masuk 80%. Yang 10% lagi Bagian
XXIV dari ranting ke satu hingga ke VI tertanggal 4 Agustus 2013 pada website
pustakapujangga.com. Sedangkan 10% terakhir, penambahan sampai wujudnya buku
ini sebagai Jilid Pertama buku “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia,”
adalah Bagian XXIV di ranting ke VII sampai Bagian XXV beserta lampiran-lampirannya.
Maka dapat dibilang hanya menempuh 2 tahun setengah. Sementara baru akhir tahun
2017 terbit, karena persoalan pribadi yang harus dituntaskan, sekaligus
menumpas segala keraguan. Alhamdulillah,
sedari lambannya perjalanan, malah menemukan kematangan dari beberapa pembacaan
terbaru, semisal pandangan yang tetap saya pegang atas awal temuan, namun
akhirnya dilepaskan demi mantabnya buku ini diterbitkan!
Nurel
Javissyarqi
Pengelana
Waktu, tinggal di Dusun Pilang, Desa Tejoasri, Laren, Lamongan
(sebuah
pulau kecil di daerah terpencil, yang dikelilingi aliran Bengawan Solo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar