Tempo, 23 Nov 2014
JALAN CILAME
Baru
saja sebutir kedelai
meluncur
bergulingan
Sebelum
roda seorang tukang becak
Menggilasnya
pecah berserak
Becak
tua langganan pedagang pasar lama
Terkelupas
catnya tersebab basuhan hujan garam
Juga
keringat tangan para pelancong
yang
tak henti menunjuk bertanya
Pada
gudang begitu kumuh
Rumah
berhantu separuh rubuh
Dan
timbunan sampah wihara sebelah
Cilame
seketika bagai museum terlupa
Ibarat
pencuri sembunyi dari kejaran waktu
Menyelinap
di gang-gang kecil
Menyamar
tikus tanah, coro yang lemah
Atau
ratap sedu seorang kuli bocah
lalai
abainya disesali berkali-kali
Nanas-nanas
dikupas sekenanya
Seperti
kucing penuh kutu
Melompat
dari keranjang ke keranjang
Menukik
naik ke atap, mengincar remah ikan goreng
Lalu
hinggap dalam catatan perjalanan
Sekilas
tinjauan mata
Dari
satu wisatawan
Atau
wartawan amatiran
Seorang
kakek penunggu warung
Melambai
pelan padamu
Sambil
menawarkan obat mujarab
Buat
menghalau kepikunan usia renta
Tapi
inilah Cilame sekarang
Sisa
aroma kecap kedelai hitam
Yang
meresap ke celah dinding
Menyusup
hingga ke masa depan
Di
mana tak seorang pun kuasa mengingatnya
2014
TANGAN
Tanganku,
apa yang selama ini sudah kau buat?
Mengapa
semua tidak bisa lagi kau ingat?
Mari
ke sini, kita baca buku lagi
Berhentilah
membuat puisi tentang maut
Percayalah
kita akhirnya akan abadi
Kenangkanlah
genggam lembut jari kekasih
Yang
membuatmu tak henti mengirimkan surat-surat
Sajak-sajak
dan pesan-pesan. Kau kirimkan padanya.
Seolah
kau lebih cinta padanya. Daripada yang kutahu
Lebih
liar, tanganku. Bikinlah sesuatu yang lebih liar
Dari
bulan musim gugur. Dari cermin hilang bayang
Buatlah
aku takut oleh fantasimu
Mengayun
bersama malam. Melampaui mimpi demi mimpi
Mengapa
kau cemas pada guratan nasib buruk
Nujuman
penyihir tua sebuah sirkus waktu silam
Tidakkah
kau lebih percaya padaku
Bahwa
itu ramalan biasa, pelipur bagi mereka
yang
kepingin mencuri masa depan
Tanganku,
jangan kau abai dan ingkari aku
Kalau
kau mati, aku tak mau
Aku
tak siap kehilanganmu
2014
Ni Made Purnama Sari lahir di Klungkung, 22 Maret 1989.
Mendirikan Komunitas Sahaja di Bali. Kini ia menempuh Program S-2 di Magister
Manajemen Pembangunan Sosial, FISIP, Universitas Indonesia. Buku puisinya
adalah Bali-Borneo (2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar