Jumat, 05 September 2008

Malam Seribu Bulan

Teguh Winarsho AS

Sungguh saya menyesal tidak memberi uang recehan pada laki-laki tua yang menengadahkan tangannya sembari menatap saya dengan sorot mata iba ketika mobil yang dikendarai istri saya berhenti di traffic light, sepulang kami dari mengambil uang di Bank. Padahal di dalam mobil ada banyak uang recehan yang memang khusus disediakan istri saya untuk dibagi-bagi pada para pengemis di perempatan jalan. Rasa sesal itu terus menghantui selama perjalanan sampai saya tiba di rumah.

Malamnya saya tidak bisa tidur meski telah menelan beberapa pil tidur yang tentu saja sudah over dosis. Saya juga sudah mempraktekkan beberapa teori untuk mempercepat jatuh tidur; menarik nafas dalam-dalam lantas mengeluarkannya perlahan-lahan. Atau memejamkan mata rapat-rapat dan mengosongkan pikiran. Tapi semua itu ternyata tak membuahkan hasil. Bayangan laki-laki tua itu tak mau pergi dari benak saya. Terus berkelebat-kelebat di kepala saya sambil menengadahkan tangannya seperti memaksa saya agar segera menyerahkan sesuatu kepadanya.

Selama tiga malam berturut-turut saya sangat tersiksa oleh bayangan itu hingga keesokan harinya saya memutuskan untuk mencari laki-laki tua itu ke tempat di mana saya pernah ketemu dia dengan diantar istri saya. Meski begitu istri saya tetap tidak tahu maksud saya yang sebenarnya. Sejak mengalami kelumpuhan pada dua kaki saya empat tahun lalu, nyaris setiap bepergian, kemana pun saja, saya selalu diantar istri saya. Hanya sesekali saya menyuruh sopir pribadi. Saya merasa lebih aman jika yang mengemudi istri saya sendiri.

Tapi sampai di traffic light, saya tak menemukan laki-laki tua yang saya maksud. Mungkin laki-laki tua itu sudah pindah ke tempat lain. Karenanya saya menyuruh istri saya untuk keliling kota dengan alasan sekalian menunggu buka puasa. Istri saya tidak keberatan, malah tersenyum dan bilang, "Sejak kapan Papa suka jalan-jalan sore. Kayak anak muda saja." Lalu tertawa. Saya ikut tertawa meski tidak sungguh-sungguh tertawa. Mata saya terus mengawasi setiap traffic light, setiap perempatan, setiap pertigaan bahkan setiap pinggir jalan.

Berpuluh-puluh bahkan mungkin beratus-ratus traffic light sudah saya lewati, tapi saya belum menjumpai laki-laki tua itu. Istri saya mulai curiga dan bertanya macam-macam. Dari pertanyaan yang nadanya cemburu sampai pertanyaan serius. Tapi saya tetap bungkam. Saya kemudian menyuruh istri saya memutar mobilnya, pulang.

Sampai di rumah, baru saya ceritakan maksud saya yang sebenarnya. Saya ceritakan juga bagaimana tersiksanya saya setiap malam oleh bayangan laki-laki tua itu. Bagaimana perasaan berdosa itu terus menghantui saya setiap malam. Mengejar-ngejar saya. Menguntit di setiap celah tarikan napas saya ke mana dan di mana pun saya berada. Istri saya kaget bukan main. Dari mulutnya terdengar desahan istighfar berkali-kali. Suaranya lirih namun menggetarkan. Saya yang berada di dekatnya ikut tergetar.
"Kalau begitu besok kita cari lagi," kata istri saya kemudian sambil masuk ruang makan ketika terdengar adzan maghrib dari masjid. Langkahnya lesu tidak bersemangat. Sorot matanya redup seperti kehabisan tenaga.

Saya mendorong kursi roda mengikuti langkah istri saya dengan perasaan kosong. Hampa. Sampai di meja makan istri saya lebih banyak diam, seperti tak berselera menghadapi hidangan makanan ada di atas meja. Tangannya selalu gemetar ketika mengangkat sendok.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, saya dan istri kembali mencari laki-laki tua itu. Kali ini istri saya turun di setiap perempatan atau pertigaan jalan, bertanya pada orang-orang yang ada di sekitar situ tentang laki-laki tua yang sebelumnya sudah saya gambarkan ciri-cirinya. Tapi dari sekian orang yang ditanya, tak ada seorang pun yang mengenali laki-laki tua itu. Bahkan sebagian mengatakan belum pernah melihat laki-laki dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan istri saya. Tapi kami tidak kecewa. Kami terus keliling kota mencari laki-laki tua itu. Bahkan istri saya sampai keluar masuk kampung-kampung kumuh.

Sepuluh jam lebih kami mencari tanpa henti, tanpa istirahat barang sejenak pun kecuali untuk shalat dzuhur dan ashar. Tahu-tahu hari sudah gelap. Lamat-lamat dari kejauhan terdengar adzan maghrib. Kami kemudian mencari masjid terdekat untuk buka puasa sekaligus shalat maghrib. Selesai shalat istri saya masih ingin terus mencari laki-laki tua itu, tapi saya menolak. Saya bilang pada istri saya bahwa pencarian bisa dilanjutkan besok pagi. Semula istri saya tidak setuju. Tapi ketika kemudian saya ingatkan bahwa di rumah ada seorang gadis cilik, yang tentu saja sedang menunggu kedatangan kami, baru istri saya mau pulang. Gadis cilik itu adalah Putri, buah hati kami satu-satunya.

Benar. Sampai di rumah, Putri memang sedang menunggu kedatangan kami di meja makan. Biasanya Putri akan cemberut atau malah marah-marah menyambut kedatangan kami karena tidak menemaninya buka puasa. Ternyata tidak. Putri tidak cemberut atau marah, sebaliknya justru tersenyum ceria. Wajahnya segar, matanya berbinar-binar.

"Sudah buka puasa, Put?" tanya istri saya sambil mendorong kursi roda saya.
"Sudah, tapi baru sedikit," jawab Putri malu-malu.
"Kenapa baru sedikit?"
"Habis makanan Putri tadi sudah Putri berikan sama Pak tua."
"Pak tua? Pak tua siapa?" saya penasaran.

Putri kemudian cerita bahwa sore tadi ketika sedang buka puasa mendengar suara ribut-ribut dari rumah sebelah. Iseng-iseng Putri keluar mengintip lewat lubang pagar. Di halaman rumah sebelah ia melihat seorang laki-laki tua berpakaian kumal, compang-camping, mengenakan kopiah hitam yang sudah pudar warnanya, dibentak-bentak dan dicaci-maki oleh pemilik rumah sebelah saat laki-laki tua itu minta segelas air putih.

Dan, ketika laki-laki tua itu melintas di depan rumah kami, Putri memanggilnya. Putri kemudian memberinya segelas susu miliknya berikut sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauk. "Kata ustadz memberi buka puasa pada orang lain pahalanya besar. Seperti pahala orang berpuasa," kata Putri saat mengakhiri ceritanya.

Saya dan istri mengangguk-angguk. Hati saya tiba-tiba bergetar hebat. Ciri-ciri laki-laki tua yang diceritakan Putri persis dengan laki-laki tua yang pernah saya jumpai di traffic light beberapa waktu lalu. Saya benar-benar terharu. Diam-diam saya bangga pada Putri.

Larut malam, entah jam berapa, saya dibangunkan oleh suara tangis keras dari rumah sebelah. Semula saya tidak ingin keluar karena badan saya capek sekali. Tapi setelah mendengar suara tangis yang semakin lama semakin bertambah keras disertai jerit histeris susul menyusul itu, akhirnya saya turun juga dari ranjang, lari keluar. Sampai di luar saya melihat tetangga kanan-kiri sudah berdatangan ke rumah sebelah.

"Ada apa, Pak?" tanya saya pada Pak Imron yang baru saja pulang dari rumah sebelah.
"Baru saja Pak Kosim kecelakan," jawab Pak Imron pelan.
"Mobilnya menabrak pohon. Hancur."

Saya terkejut. Tiba-tiba saya teringat cerita Putri tadi sore.
"Tapi ngomong-ngomong, kapan Pak Anwar sembuh?" tanya Pak Imron tiba-tiba berjalan menghampiri saya.
Saya bingung, meraba-raba tubuh saya. Tapi buru-buru saya sadar ternyata saya sudah bisa berdiri tegak dengan dua kaki saya sendiri. Dan ketika saya menengok ke belakang, ingin memberitahukan kabar gembira ini pada istri saya, saya lihat istri dan Putri sudah bersujud terlebih dulu di lantai ruang tamu.

"Oya, tetangga sebelah meninggal, Pak," lagi ucap Pak Imron mengejutkan.
"Meninggal?" Saya kaget. "Innalillahi wa inna illaihi rojiuun....."
Tiba-tiba mata saya berkaca-kaca. Tapi saya tidak tahu apakah saya sedih atau bahagia. Sebab kini saya sudah bisa berjalan.
Sementara suara tangis dari rumah sebelah kian terdengar histeris...

* Depok, 2006
pernah terbit di Suara Karya, Sabtu, 25 November 2006

2 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda:

http://agama.infogue.com/
http://agama.infogue.com/malam_seribu_bulan

promosikan artikel anda di infogue.com dan jadikan artikel anda yang terbaik dan terpopuler,telah tersedia widget shareGue dan nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!

PuJa mengatakan...

trimaksih banyak atas sarannya saudara... Pengelana

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati