Kamis, 08 Juli 2021

(BER-)KELAKAR

Aprinus Salam
 
Kelakar, atau maksudnya berkelakar, adalah suatu pengertian yang inheren dalam ruang-ruang humor, komedi, anekdot, senda-gurau, lucu-lucuan, dagelan, lawak, jenaka, dan berbagai hal lain yang lebih kurang sama maksudnya. Dalam pengertian-pengertian yang inheren tersebut, ada pengertian yang mengarah pada substansi, ada pula pengertian yang mengarah pada kategori.
 
Hal substansi adalah sesuatu yang bisa terdapat di mana saja (di berbagai kategori). Sementara itu, hal kategori lebih mengarah pada kriteria-kriteria intrinsik atau gaya dan pola, atau spesifikasi-spesifikasi tertentu yang membedakan jenis, sifat, dan bentuk kelakar.
 
Secara substansial hal dimaksud dengan (ber)kelakar adalah terdapatnya (atau upaya penghadiran) kode-kode, lambang-lambang, tanda-tanda, atau simbol-simbol tertentu yang dimaksudkan untuk mendatangkan rasa senang, terhibur, gembira, dengan implikasi hadirnya senyum atau bahkan hingga tertawa.
 
Hal kode-kode, lambang-lambang, tanda-tanda, atau simbol-simbol tersebut dapat dalam bentuk verbal, visual, atau audio, atau gabungan dari hal tersebut. Sebagai kelanjutannya, kelakar hadir sebagai sebagai sesuatu yang diresepsi dan dimaknai (ditafsirkan)  sebagai sesuatu yang tidak biasa (tidak lumrah), sesuatu yang asing dan aneh, bisa juga dalam bentuk penghadiran kejadian yang janggal.
                                                                                                                          
Selain itu, kelakar bisa juga sebagai sesuatu yang lumrah ditempatkan secara tidak lumrah, atau sebaliknya, hal tidak lumrah ditempatkan dalam kelumrahan. Kemungkinan lain adalah adanya permainan logika, logika di bolak-balik sehingga penerima kelakar dapat terkejut (secara spontan) untuk berimplikasi pada adanya hal “baru” yang berbeda dan mendatangkan rasa gembira atau tidak biasanya.
 
Hal subjek (manusia), dalam konteks penerimaan kelakar, memang berbeda. Ada teori yang mengatakan bahwa dalam tubuh manusia dipengaruhi empat cairan yang saling terintegrasi dalam satu komposisi yang unik. Cairan tersebut adalah cairan darah merah yang menyebabkan kegembiraan (sanguine), lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic),empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic).
 
Dalam praktiknya, berkelakar merupakan praktik yang berorientasi baik (dalam pengertian positif dan menyenangkan), sebagai hal yang mengandung kejanggalan (hal tidak lumrah) dalam konteks kesetaraan. Namun, terdapat pula sesuatu yang bernuansa “miring” karena terdapat olok-olok, sindiran, ngenyek, yang efeknya juga mendatangkan rasa geli, senang, atau hiburan.
 
Artinya, dalam praktik berkelakar terdapat dalam ruang-ruang yang berbeda, dalam ruang yang strukturnya hierarkis dan formal; dalam ruang yang akrab, informal dan ramah; dalam ruang publik atau privat; atau bahkan dalam ruang-ruang khusus yang bersifat sektoral, seperti ruang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
 
Itulah sebabnya, kemudian, kita begitu banyak mengenal sifat, bentuk, dan jenis kelakar. Pembedaan bisa saja berdasarkan media dan sarananya, sehingga dikenal kelakar-kelar yang bersifat verbal, visual, atau audio, atau gabungannya. Kelakar  formal dan tidak formal, atau bahkan dalam pengertian kelakar politik, sosial, sejarah, seksual, gender, dan berbagai kategori yang memehis syarat untuk disebut sebagai genre kelakar.
 
Beberapa contoh yang menarik, yang bisa dinilai secara berbeda dan dalam kategori yang berbeda adalah kisah-kisah Abunawas, Nasruddin, Charlie Chaplin, atau yang tidak kalah terkenalnya kelakar ala Mr. Bean. Kita tahu bahwa di berbagai daerah di Indonesia tentu sangat banyak kelakar-kelakar yang khas daerahnya masing-masing.
 
Dalam praktik ketika kelakar dikomunikasikan, akan terjadi banyak hal yang bersifat subjektif dan individual. Hal itu dimaksudkan tidak semua kode-kode, lambang-lembang, atau simbol-simbol yang pada awalnya dimaksudkan sebagai sesuatu untuk maksud melucu dipastikan diterima dalam kode-kode, lambang-lambang, dan simbol-simbol yang lucu. Latar belakang seseorang dalam menerima hal tersebut menentukan bagaimana sesuatu diterima sebagak kelakar atau tidak.
 
Berkelakar tidak lepas dari konteks. Hal yang dimaksud dengan konteks meliputi suasana formal atau tidak formal, latar belakang kejadian berlangsungnya kelakar, relasi-relasi yang terdapat dalam peristiwa berkelakar, dimensi ruang dan waktu, objek yang menjadi bahan kelakar, dan berbagai aspek lain yang melengkapi sebuah peristiwa kelakar.
 
Peristiwa Perang Dunia ke-2 merupakan peristwa kelam yang sangat disesalkan. Kini, aktor utamanya, Hitler, banyak direproduksi ulang dengan cara-cara tertentu yang sering menimbulkan rasa geli atau tertawaan. Mungkin tidak semua orang tertawa melihat reproduksi aktor tersebut. Hal yang penting adalah bagaimana tokoh sangar dan keren tersebut ditampilkan tidak sesuai aslinya.
 
Dalam naskah-naskah lama/klasik di Indonesia, tidak cukup dijumpai kitab yang secara khusus mempersoalkan kelakar atau lelucon. Dalam naskah Jawa terdapat sedikit tokoh sebagai pelawak atau penghibur, yakni sebagai penghibur Raja. Namun, budaya Jawa (dan beberapa daerah lain yang terkait) memiliki narasi perwayangan yang di dalamnya terdapat episode gara-gara, yang menghadirkan kehadiran tokoh-tokoh seperti Semar, Bagong, Gareng, dan Petruk.
 
Ruang gara-gara menjadi ruang “perantara” dan biasanya akan ada hal-hal dipersoalkan (masalah-masalah kehidupan; mulai dari masalah negara hingga masalah-masalah percintaan) yang dijawab dengan cara yang lucu-lucu dan berkelakar, bahkan kadang terasa tidak lumrah, tetapi sekaligus arif dan bijaksana.
 
Di beberapa daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua punya tradisi lisan berupa folklore-folkrle yang  dapat dikateogirkan sebagai mitos, legenda, dan berbagai cerita rakyat yang sebagian mengandung cerita yang lucu-lucu. Artinya, setiap lokus (atau katakanlah lokal) budaya tertentu memiliki tradisi kelakarnya masing-masing.
 
Setiap agama diperkirakan, atau berharap, agar para pemeluknya hidup dalam kebahagiaan, kesenangan, dan kegembiraan. Dalam tradisi Islam, dikisahkan ada sahabat Rasul Muhammad, bernama Nu’aiman yang sering membuat Rasul tersenyum gembira (bahkan di beberapa kisah diceritakan jika Rasul Muhammad tertawa)  jika sedang bersama Nu’aiman.
 
Dalam berbagai dakwah agama, terdapat hal yang disebut pengajian. Ada pengajian yang serius dan formal, tetapi sangat banyak yang suka jika pengajian tersebut dikondisikan secara bersenda-gurau atau secara berkelakar. Dalam tradisi Kiyai dan ulama Nahdlatul Ulama di Indonesia, sebagian kiyainya memperlihatkan hal-hal yang lucu dan menghibur. Beragama menjadi menyenangkan bahkan menghibur.
 
Namun, sekali lagi, kelakar bisa diterima dalam cara yang sangat berbeda. Ada pihak yang mengatakan narasi atau representasi  tertentu lucu, tetapi pihak yang berbeda justru mengatakan sebagai peristiwa kesedihan. Dengan demikian, tidak ada juga jaminan bawa kode-kode, lambang-lambang, tanda-tanda, dan terutama hal simbolik sebagai sesuatu yang dapat diterima secara luas.
 
Perbedaan pengalaman sejarah dan budaya, perbedaan bahasa (bahasa Ibu) yang terkait dengan nilai rasa berbahasa, perbedaan pengalaman globa dan nasional ikut mengkonstruksi substansi dan kategori kelakar. Pengalaman  kedaerahan dan norma-norma atau nilai-nilai sosial yang dialami orang per orang akan menbedakan konteks dan rasa berkelakar itu sendiri.
 
Saat ini, kita tahu bahwa banyak hal yang menyebabkan kehidupan kita berlangsung tegang di satu sisi, dan kecemasan di sisi yang lain. Pandemi juga mengondisikan kita untuk memperkuat imunitas dengan cara meningkatkan kegembiraan. Penempatan kelakar pada konteks dan tujuan tertentu yang sesuai diharapkan dapat menjadi celah strategis dalam melepaskan atau keluar dari berbagai ketegangan sosial, politik, ekonomi, atau budaya.
 
Hal yang berbahaya adalah ketika kelakar masuk ke ruang yang tegang dan penuh semangat bersaing sehingga kelakar dan berkelakar kehilangan daya lucunya. Kelakar kehilangan daya senda-gurau yang menghibur dan menggembirakan. Jangan-jangan hal ini sudah terjadi.
 
Itulah sebabnya, kita perlu memperkuat kembali keberadaan kelakar, sehingga berkelakar dan bersenda-gurau bisa menjadi salah satu cara hidup, bisa menjadi salah satu alternatif dalam mengganggu suasana yang tegang dan penuh kecemasan. Untuk itu mari kita memperkuat kembali keberadaan kelakar. Mari menghimpun diri dalam komunitas Pencinta Kelakar (Pakar).
***

*) Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010). Alamat website https://aprinussalam.com/ http://sastra-indonesia.com/2021/07/ber-kelakar/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati