Kamis, 08 Juli 2021

Melihat Surabaya dan Malang Melalui Kacamata Historis

R.N. Bayu Aji *
oase.kompas.com
 
Problematika perkotaan sangat menarik apabila dikaji melalui pendekatan historis. Mulai Hindia Belanda hingga kemerdekaan, sebuah kota merupakan penggerak penting, baik dalam industrialisasi maupun pertukaran barang dan jasa. Saat ini, studi mengenai kota merupakan suatu kajian tersendiri sebagai dampak dari perubahan desa yang semakin maju seiring perkembangan zaman.
 
Peter J.M. Nas membagi pertumbuhan kota-kota di Indonesia menjadi tiga fase yakni kota pada periode awal, kota periode kolonial, dan periode modern. Seiring dengan pembagian fase tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa peran pemerintah kolonial Belanda banyak memberikan pembaharuan kota-kota di Indonesia, baik secara fisik dan non-fisik.
 
Pembangunan tersebut tidak bisa terlepas dari berbagai kebijakan yang dirancang oleh pemerintah kolonial. Wilayah-wilayah perkotaan mendapatkan perhatian intens sehingga perkembangan perekonomian dan industrialisasi daerah semakin dinamis. Secara umum kota-kota yang berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 didesain sedemikian rupa hingga menjadi kota yang bercirikan dan berfungsi sebagai kota kolonial.
 
Menurut Lehman, kota-kota di Indonesia pada masa kolonial juga dapat dikarakterisasikan sebagai kota-kota tripartit karena melibatkan tiga pihak terkait, yaitu unsur pribumi yang terdiri dari kraton dan kampung-kampung, unsur Cina dengan rumah-rumah tokonya, dan unsur Barat dengan benteng dan rumah kolonialnya. Ketiga unsur pembentuk kota tersebut secara bersama-sama membentuk sebuah konfigurasi sebagai ciri khas kota kolonial di Indonesia.
 
Buku yang berjudul Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Zaman Kolonial sampai Kemerdekaan karya Purnawan Basundoro ini membahas bagaimana perkembangan dua kota tersebut melalui pendekatan historis dengan alat bantu ilmu sosiologi serta ekonomi-politik. Surabaya dan Malang melalui buku ini dapat kita ketahui perannya ketika era kolonial, Jepang, dan setelah kemerdekaan Indonesia.
 
Sejak awal Surabaya disiapkan oleh pemerintah kolonial Belanda menjadi kota industri yang berkedudukan di Jawa bagian timur sebagai penyeimbang Batavia yang berada di Jawa bagian barat. Sebagai kota industri, Surabaya memiliki persoalan yang lebih kompleks. Problematita Surabaya dari dulu hingga sekarang tidak terlepas dari tata ruang kota, industrialisasi serta persoalan sosial.
 
Sedangkan Malang yang secara geografis terletak di ketinggian dan perbukitan begitu nyaman untuk tempat peristirahatan dan untuk hunian. Pemerintah kolonial Belanda dengan tepat mengembangkan Malang sebagai kota hunian yang nyaman dan teratur untuk warga Eropa. Perlakuan yang cukup istimewa dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan dilibatkannya para perancang kota dalam pembangunannya.
 
Oleh sebab itu, kita dapat melihat perbedaan yang cukup signifikan antara kedua kota tersebut pada saat ini. Surabaya berkembang menjadi kota metropolitan yang tidak terkendali dan semrawut, sementara Malang masih menyisakan citra sebuah kota yang teratur, tertib dan terarah.
 
Perbedaan itu terkait erat dengan dua hal yakni aspek geografis dan berbagai keputusan politik tentang kota. Di Asia Tenggara sebuah kota dapat diklasifikasikan menurut letak geografisnya sebagai kota pedalaman (the inland city) serta kota pesisir (the coastal city) yang memiliki keterkaitan erat dengan tipologi kerajaan pedalaman (the inland kingdom) dan kerajaan pesisir atau kerajaan maritim (the maritime kingdom).
 
Dalam kategori ini, kota Surabaya dapat dikategorikan sebagai the coastal city, sedangkan kota Malang termasuk sebagai the inland city. Sisa-sisa keteraturan kota Malang pada saat ini dapat dilihat di kawasan sekitar Alun-alun Bunder (balaikota) serta kawasan Jalan Ijen (hal. 38).
 
Selanjutnya, Purnawan melalui buku ini menjelaskan bagaimana relasi antara tanah dengan kekuasaan beserta simbolisasinya. Tanah di wilayah perkotaan sering kali dipandang sebagai penyebab kontradiksi-kontradiksi sosial serta konflik-konflik yang menyertainya.
 
Hal itu semakin lengkap apabila ditambah dengan campur tangan pemerintah dan turut bertindak seirama dengan hubungan antara kekuatan-kekuatan golongan serta kelompok-kelompok sosial dominan. Ditinjau dari sudut sosial-ekonomi dan sosial-politik, masalah pertanahan di Indonesia bisa menjadi sumber pokok keresahan sosial, secara terselubung atau terbuka, jika tidak ditangani secara tuntas.
 
Sebagai contoh di Surabaya banyak sekali tanah partikelir (Particuliere Landerijen) bermunculan sebagai akibat dari penjualan daerah tertentu oleh VOC kepada orang asing, baik Eropa maupun orang Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) untuk menutup kebutuhan keuangannya yang mendesak. Selanjutnya, pemilik tanah partikelir memiliki kekuasaan untuk memungut penghasilan dan pelayanan jasa dari penduduk yang tinggal di wilayahnya.
 
Sedangkan untuk kota Malang, sejarah membuktikan bahwa keberadaan tata kota memiliki simbol kekuasaan. Alun-alun kota Malang dan alun-alun Bunder ternyata bukan hanya ruang kosong yang bisa diisi dengan berbagai aktifitas profan. Alun-alun pada periode sejarah tertentu adalah simbol yang sarat makna, atau simbol yang sering dimaknai dengan makna tertentu yang sangat kuat.
 
Alun-alun Bunder secara konsisten diposisikan sebagai kawasan resmi yang tertutup, baik secara fisik maupun secara simbolik. Sementara itu, alun-alun kota Malang berkembang menjadi kawasan ruang publik (public space) yang bisa diakses oleh siapa saja. Alun-alun kota Malang akhirnya berfungsi sebagai kawasan terbuka umum yang bisa diinterpretasikan dan diakses secara bebas oleh siapapun.
 
Permasalahan kota Surabaya dan Malang juga dapat dilihat melalui berbagai hal. Kedua kota yang lahir dari Undang-Undang Desentralisasi Tahun 1903 (Decentralisatie Wet) ini juga menyisakan masalah urbanisasi yang belum terselesaikan, prostitusi, serta proses industrialisasi yang setengah hati.
 
Secara historis buku ini menghasilkan suatu tinjauan kritis yang unik terhadap masalah perkotaan. Tentu saja tinjauan kritis ini sejalan dengan kajian yang mengedepankan interdispliner sebagai ujung tombaknya. Buku ini begitu bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa ilmu sejarah, ekonomi, peneliti serta siapa saja yang tertarik menekuni permasalahan perkotaan.
 
Judul Buku : Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Zaman Kolonial sampai Kemerdekaan
Penulis : Purnawan Basundoro
Penerbit : Penerbit Ombak
Cetakan : Pertama, 2009
Tebal : xxii + 297

*) Alumni Departemen Ilmu Sejarah Unair Peneliti HISTra (History Institute for Society Transformation). Alamat : Manyar Sabrangan 135, Surabaya. http://sastra-indonesia.com/2010/01/melihat-surabaya-dan-malang-melalui-kacamata-historis/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati