Minggu, 22 Agustus 2021

Kontemplasi dalam Bunyi Puisi

Umar Fauzi Ballah
Riau Pos, 5 Feb 2012
 
APABILA kita sudah terbiasa membaca puisi, barangkali bunyi adalah faktor yang paling kita maklumi. Tradisi ini adalah kondisi lahir batin kesusasteran Indonesia. Barangkali, kita bisa membayangkan bahwa musikalitas bunyi dalam puisi Indonesia adalah bagian dari khasanah puisi lama sebagaimana diajarkan di sekolah-sekolah, yaitu puisi yang terikat oleh bentuk dan rima. Namun, bunyi dalam puisi terus berkelanjutan sampai saat ini.
 
Jika kita menyimak puisi Indonesia modern, belum sepenuhnya lepas dari tradisi tersebut. Katakanlah puisi-puisi Chairil Anwar, sang pendobrak tradisi puisi lama, unsur bunyi masih terasa sebagai tipikal puisi lama karena puisi Chairil pada beberapa bagian masih menggunakan corak pembaitan puisi lama.
 
Lain lagi dengan Sutardji Calzoum Bachri, bunyi begitu dikultuskan dan menjadi kredo puisinya. Walaupun begitu, tidak sedikit puisi Indonesia yang berupaya lepas dari hegemoni bunyi dalam puisinya, katakanlah puisi-puisi Afrizal Malna, sekadar menyebut contoh.
 
Bunyi bagaimanapun tidak dapat dipisahkan dari puisi Indonesia bahkan sampai saat ini. Ia terus berdiaspora dalam tubuh puisi. Karena khasanah dunia saat ini hampir-hampir tidak ditemukan penemuan baru, penyair sebenarnya hanya mengolah yang sudah ada dengan upaya untuk tidak menjadi klise.
 
Salah satu penyair muda yang begitu gemar dengan bunyi saat ini di antaranya adalah A Muttaqin. Secara umum, perkembangan puisi (di) Jawa Timur saat ini menemukan arah menggembirakan melalui kelahiran penyair berbakat A Muttaqin. Puisinya begitu khusyuk dengan olah bunyi dan dalam beberapa puisinya begitu rindang oleh aneka tanaman dan hewan, rimbun oleh berbagai simbol, dan tenang dengan permenungan.
 
Barangkali inilah yang membuat ia menjadi begitu fenomenal. Berusaha berbeda dengan puisi-puisi pendahulunya di Jatim yang terkenal dengan puisi gelap. Selain itu, keperajinan mengolah tata bunyi dalam puisinya telah menjadi karakternya.
 
Beberapa puisinya adalah puisi dengan rapatan bunyi. Bunyi yang hadir dalam puisi-puisi Muttaqin, bukan hanya dalam ketukan suku kata misal 812 suku kata sebagaimana puisi lama tetapi Muttaqin begitu rajin menyandingkan dua kata atau lebih dalam satu frasa yang berima sama. Bacalah beberapa petikan frasa dalam puisi Muttaqin berikut: Kepada gerimis yang meniris pelipis. Aku tak ingin menangis dan mengiris kupingku tipis-tipis. Anggur-anggur tak lagi manis. Dan gadis-gadis mencopot mawar dari tempiknya tanpa tangis. (‘’Surat Katak’’); Senangnya hati melihat tikus mampus. Tak sudi kuuluk innalillahi dan tak pantas belas bagi ras culas ini. (‘’Pengotor’’); dan serangkai kaki halus merangkak tak putus-putus mengantarmu ke arah lurus lalu dengan penciuman cukup bagus jalan-jalan kuendus-teramat tulus hingga tak tertembus sebangsa anjing lebus dan marga tikus yang kerap menghalangimu ke jalan kudus beserta dua kaki gatalmu ke gronjal batu atau malah kugelincirkan ke jalur kabut paling ribut mirip pincuk mulut: kitaran kecut yang becus cas cis cus bila satu dari satunya diringkus. (‘’Pertimbangan’’)
 
Cara Muttaqin menghadirkan diksi berima tersebut, bukan semata mengejar efek musikalitas (kosongan) semata, bukan pula sekadar keriangan yang tidak mendukung kesatuan energi puitiknya, tetapi susunan itu telah sedemikian rupa disusun untuk memperlihatkan bagaimana puisi memiliki gagasan cemerlang.
 
Bait terakhir puisi ‘’Pertimbangan’’, misalnya, memilih diksi dari bahasa Jawa, pincuk (wadah dari daun) dan apelativa gronjal (jalan rusak dan berlubang) yang dilengkapi dengan cas cis cus untuk menimbulkan efek kecerewetan yang terkandung dari diksi ribut dan mulut.
 
Wawasan penyusunan diksi dan bunyi ini begitu dikhidmati oleh Muttaqin. Hasilnya, puisinya menjadi pawai bahasa. Sesekali kita dibuat geli olehnya. Sesuatu yang seolah dihadirkan sebagai atribut belaka ternyata menjadi kesatuan yang menarik. Simak juga puisi berjudul ‘’Kuda Cahaya’’: Kau, yang lebih tinggi dari mimpi, lebih senyap dari sepi, lebih rinai dari bunyi. Dan dengan semua yang berakhir /i/ yang tak kunjung sampai di watas wiru ini.
 
Kalau kita mau menebak, apakah maksud vokal /i/ dalam puisi tersebut? Barangkali itu nabi atau sufi, mungkin juga ilahi rabbi. Dalam bahasa Arab, akhiran /i/ adalah pembentuk kata sifat yang digunakan juga dalam banyak imbuhan bahasa Indonesia. Kita juga bisa bertanya siapakah yang lebih tinggi dari mimpi?
 
Puisi ‘’Kuda Cahaya’’ secara keseluruhan menceritakan tentang perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad. Muttaqin telah berhasil menangkap itu dengan metafor yang indah dalam puisi tersebut.
 
Beberapa kutipan puisi tersebut terdapat dalam buku puisi Pembuangan Phoenix. Buku ini termasuk lima besar dalam penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2011. Secara khusus, tema yang dihadirkan adalah kelahiran, kematian, kefanaan hidup, dan kepasrahan pada Tuhan. Muttaqin mengambil banyak khasanah, bukan hanya pada adopsi bahasa, tetapi juga kisah para nabi yang menjadi bahan dasar penciptaan ulang puisi-puisi dalam buku ini.
 
Lahir di Gresik, penyair ini sesungguhnya tercerabut dari tradisi lokalitasnya, kecuali khasanah keislaman Gresik sebagai kota santri. Pilihan simbol, seperti Munajat Apel Merah, Makrifat Mawar, Gerimis di Kulit Manggis dan rimbun tumbuhan sungguh asing dengan Gresik sebagai kota industri.
 
Phoenix, misalnya yang menjadi judul buku ini, adalah mitologi Mesir sebagaimana dapat kita baca dalam kata pengantar buku puisinya. Begitu juga puisi ‘’Perjamuan’’ yang tak lain adalah sosok Yesus yang dalam puisi itu dipanggil bindere: Di meja ini kita bersembilan, Bindere. Anda tahu, bindere adalah bahasa Madura yang artinya adalah anak kiai atau di Jawa disebut Gus.
 
Persilangan budaya, campur kode/alih kode yang banyak terjumpai dalam buku puisi ini tidak lain adalah sebuah karnaval puitik. Sebagai karnaval, ia menjadi parodi dari sekian lanturan bunyi. Sebagai penutup tulisan ini, alangkah indahnya saya hadirkan sebuah pantulan estetik yang mungkin sering kita jumpai, tetapi abai kita renungi. Akan tetapi, bagi Muttaqin itu adalah bahan yang indah:
 
Dan dengan senapan Canon kurus, akan kuhapus mereka dari malam kudus. Di aspal halus, kudapati usus dan dalamannya terburai, daging dan tulangnya remuk menanti, tapi hanya lalat yang melayati. Tikus dan lalat memang sahabat. Konon dari tai sepasang anak surga mereka dahulunya sama terbuat. (‘’Pengotor’’)
***

*) Umar Fauzi Ballah, penyair dan tinggal di Sampang. http://sastra-indonesia.com/2012/02/kontemplasi-dalam-bunyi-puisi/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati