Jumat, 22 Agustus 2008

PENGORBANAN CINTA

Zahrotun Nafila

Suasana kampus sangat ramai, karena besok hari Minggu. Sekampus akan mengadakan liburan ke Malang. Hati Mawar saat itu sangat senang karena dia ingin menyegarkan pikirannya dengan berlibur. Sepulangnya dari kampus, Mawar menceritakan kepada orang tuanya, kalau dia ingin mengikuti liburan ke Malang. Orang tuanya mengizinkan kalau sahabatnya Elis juga ikut.

Pagi itu Mawar dan Elis bersiap-siap untuk berpamitan kepada orang tuanya masing-masing. Mereka berdua berangkat bersama untuk pergi ke kampus. Setibanya di kampus, semua anak-anak sudah masuk ke dalam bus hanya tinggal menunggu Mawar dan Elis. Saat Mawar dan Elis masuk ke dalam bus. Mereka sudah tak dapat tempat duduk. Untung ada cowok yang udah nyiapin tempat duduk untuk mereka. Elis duduk di belakang Mawar. Sedangkan Mawar duduk di samping cowok itu. Saat Mawar duduk di samping dia, hati Mawar merasa deg-degan.

“Hai nama kamu siapa? Kenalan dong!” ujar Terry dengan mengulurkan tangannya.
“Namaku Mawar. Kalau di belakang aku itu sahabatku. Namanya Elis. Kalau nama kamu siapa?” ucap Mawar dengan gerogi.
“Namaku Terry. Oh ya Mawar, ruangan kamu ada di sebelah mana sih? Kok aku nggak pernah ketemu ama kamu?” Terry berbicara sambil menatap kedua mata Mawar.
“Ruangan aku ada di depan ruangan kamu. Kamu itukan anak baru yang direbutin satu ruangan aku. Kata mereka, kamu itu paling tampan satu kampus.” Mawar sangat malu dalam bercandanya.
“Masak sih? Bukannya kamu sendiri yang naksir sama aku?” Terry berbicara yang sebenarnya karena dia juga lagi jatuh cinta sama Mawar.

Setiba di Malang, Mawar dan Elis memesan hotel bersama. Setelah itu mereka membersihkan kamar tidurnya. Tiba-tiba mereka mendengar ketukan pintu. Tok…tok… Saat Mawar membuka pintu, dia sangat tersentak. Ternyata yang datang adalah Tery. Dia tidak menyangka kalau Tery begitu perhatian dengannya. Tery memberikan makanan kepadanya. Setelah itu Tery pergi. Beberapa saat kemudian, Mawar membawa makanan itu masuk. Dan memakannya bersama Elis. Karena hari sudah malam, setelah selesai makan Mawar dan Elis pun langsung beranjak ke kamar. Mereka tidur.
Bangun dari tidur, Mawar menemukan surat di atas meja. Mawar langsung membuka dan membacanya.

Untuk Mawar
“Aku tunggu kamu di taman depan hotel kamu. Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu. Cepat datang ya..!”
Terry

Setelah menerima surat itu Mawar meminta pendapat dari Elis. Apakah dia harus datang apa tidak. Elis menyuruh Mawar untuk datang, karena dia sangat kasihan sama Tery. Nanti dia nunggunya terlalu lama.

Setelah tiba di taman, Mawar menghampiri Tery.
“Tery, kamu mau ngomong apa kok kayaknya serius banget?” tanya Mawar dengan heran.
“Aku cinta sama kamu Mawar. Apa kamu mau jadi pacar aku?” Tery menatap mata Mawar. Dan memegang kedua tangan Mawar. Mawar sangat tersentak karena secepat itu Tery langsung mengutarakan isi hatinya. Tapi Mawar tidak bisa menolak karena dia juga sangat mencintai Tery dari pandangan pertama.
“Iya, aku mau jadi pacar kamu.” Mawar mengambil keputusan sendiri dari perasaannya. Selesai bercanda, mereka melanjutkan perjalanan ke hotel.

Setibanya di hotel, Mawar menceritakan hubungannya dengan Tery kepada sahabatnya. Elis. Setelah mendengar cerita Mawar, Elis sangat senang karena sahabatnya sudah mempunyai pendamping hidupnya.

“Tok….tok….Mawar!”
“ Iya, sebentar. Elis tolong bukakan pintunya.” pinta Mawar kepada Elis. Elis pun beranjak dari tempat duduknya. Dan membuka pintu itu.
“Oh ya, ada apa Pak ?” sapa Elis dengan membuka pintu.
”Besok pagi kalian harus siap-siap, karena besok kita akan pulang” ucap Pak Guru sembari memberi peringatan.
“Iya Pak!!!” jawab Elis dan Mawar dengan serentak. Mendengar perintah dari pak guru, mereka langsung tidur karena besok harus bangun pagi-pagi.

Pagi itu Mawar dan Elis sibuk untuk mengemasi barang-barangnya. Setelah selesai, mereka menuju ke dalam bus. Saat duduk di dekat Tery, Mawar sangat senang. Dan waktu itu juga, Tery memberikan sebuah cincin dan memasukkan ke dalam jari manis Mawar. Mawar sangat cantik memakai cincin itu.

Setibanya di rumah, Mawar menggerakkan tangannya untuk menelpon Tery.
“Kring….kring….” bunyi telepon berdering.
“Hallo ini siapa ya?”
“Tery, ini aku, Mawar. Gimana, apa kamu udah nyampek rumah atau belum?”
“Udah kok. Aku udah nyampek. Kalau kamu gimana?”
“Aku juga udah nyampek. Oh ya Ter, kamu udah cerita belum sama orang tua kamu tentang hubungan kita?”
“Udah, orang tuaku ngrestuin hubungan kita. Dan besok malam aku akan ngelamar kamu.”
“Udah ya Ter, aku tutup dulu teleponnya. Soalnya mama dan papa lagi nunggu makan malam.”
Mawar menutup teleponnya. Setelah itu beranjak untuk menutup pintu rumahnya. Dengan hati yang sangat senang, Mawar menceritakan kepada kedua orang tuanya. Ia bilang kalau besok malam Tery dan keluarganya akan melamarnya.

Keesokan malamnya, Mawar kelihatan sangat cantik. Dan Tery kelihatan sangat tampan. Saat duduk berdua, mereka seperti seorang Pangeran dan Cinderella. Mama Mawar menyuruh Mawar untuk mengambilkan minuman buat Tery dan keluarganya. Sebelum minuman itu sampai di meja tamu, Mawar mendengarkan pembicaraan tentang asal usul Mawar. Mama Mawar bilang bahwa Mawar bukanlah anak kandung mereka. Tetapi anak angkat yang dititipkan kepada mereka dan ditinggal ibunya menikah lagi. Saat Mawar mendengar pembicaraan Mamanya itu, ia sedang berada di depan pintu. Dan minuman yang dibawa Mawar jatuh seketika. Mawar pun berlari dengan sekencang-kecangnya. Saaat itu Tery mencoba mengejar dan menenangkan pikiran Mawar. Sesudah itu, Mawar memutuskan kalau besok dia akan pergi mencari ibu kandungnya.

Pagi yang membawa angin itu membuat hati Mawar sangat hancur. Saat Mawar memberi tahu kepada sahabatnya, Elis hanya menggelengkan kepalanya. Pertanda bahwa dia tidak bisa membantu. Tetapi ia hanya bisa berdoa. Pagi itu Mawar pergi ke rumah ibu kandungnya sendiri. Rumah itu berada di luar kota. Mawar pergi ke luar kota diantar kedua orang tua angkatnya.

Setibanya di tempat tujuan, ibu kandungnya hanya bisa menganggap dia sebagai sepupu. Mendengar ucapan ibu kandungnya itu, mawar sangat sedih. Mawar takut jika ibu kandungnya melupakan Mawar sebab dia telah mendapatkan keluarga yang baru. Ibunya mempunyai anak satu yang bernama Melati. Saat mereka makan malam bersama, kasih sayang ibu Melati telah tertumpah pada Mawar. Saat Melati melihat kelakukan ibunya, seketika itu ia tidak jadi makan. Dan mengurung diri di kamar. Begitu selesai makan, ayah melati memarahi mamanya. Ayah Melati kesal karena tidak seperti biasanya istrinya berperangai seperti itu kepada Melati. Ayah Melati berfikir kalau Mawar bukan sepupunya. Namun anak kandungnya sendiri.

Sudah 1 minggu Mawar pergi meninggalkan Tery. Waktu itu Tery melamun di pinggir kolam renangnya dengan mengenang masa lalunya bersama Mawar. Tiba-tiba ibunya menyapa dari belakang. Ibunya tidak tega melihat Tery melamun terus menerus. Akhirnya Tery di izinkan ibunya pergi untuk menjemput Mawar kembali.

Di tengah jalan, Tery melihat seorang perempuan di pinggir sungai sedang mengejar kupu-kupu. Dan saat Tery menyapanya, cewek itu jatuh ke sungai. Waktu itu Tery sangat bingung, karena cewek itu jatuh kecebur dan tidak bisa berenang. Lalu Tery menolongnya dengan ikhlas. Setelah itu perempuan tadi mengajak Tery pergi ke rumahnya.

Setibanya di rumah, Trey dan Melati itu berkenalan. Dan Melati mengenalkan Tery kepada keluarganya. Melati memohon kepada ayahnya supaya Tery diberi pekerjaan.karena dia sangat membutuhkan pekerjaan. Ayahnya mengizinkan Tery untuk bekerja di kebun teh. Namun ayah Melati tidak mengizinkan tinggal satu rumah dengan dia. Dia hanya diberi kos-kosan di samping rumahnya saja. 1 jam kemudian Mawar pulang dari kampus. Saat itu juga Mawar dan Tery bertemu. Tetapi Mawar pura-pura tidak mengenal Tery, karena dia tidak mau rahasianya terbongkar hanya karena Tery datang ke rumahnya. Setelah itu Tery kembali ke tempat kosnya.

Pada saat Tery ganti baju, Mawar datang menemui Tery. Mawar menjelaskan kalau dia tidak akan meminta restu kepada orang tuanya sebelum dia mendapatkan kasih sayang seorang ibu.

Pagi yang penuh cerah itu, hati Melati sangat berbunga-bunga sejak ia berkenalan dengan Tery. Sepertinya dia sedang jatuh cinta dengan sorang laki-laki idamannya. Pagi itu Melati pergi ke kebun teh bersama Tery. Tery mengatakan kepada Melati bahwa dia mencintai seorang perempuan yang ada di dekatnya. Perasaan Melati mengatakan kalau yang dimaksud perempuan itu adalah Melati. Waktu itu Tery mengajak Melati jalan-jalan dan bercanda.

Setibanya di rumah, Melati menceritakan kepada Mawar kalau dia sangat mencintai Tery. Namun apakah dia mau mencintai seorang perempuan yang penyakitan seperti dia. Wawar sangat shok mendengar ucapan Melati, karena dia mempunyai penyakit. Mawar tidak tahu, apa penyakit Melati. Saat mawar megambil air minum di dapur, Mawar mendengar gelagat Melati kalau dia sedang sakit, Mawar langsung berlari dan membawa Melati ke rumah sakit. Setelah mendengarkan pemeriksaan Dokter bahwa Melati adiknya menderita penyakit KANGKER OTAK STADIUM 4, hati Mawar sangat sedih. Ternyata selama ini hidup Melati telah terancam dengan maut.

“Kak Mawar, aku sakit apa Kak?’ Melati bertanya kepada Mawar dengan wajah sangat pucat.
“Ka….. kam… kamu sa….. sa….. sakit kepala” Mawar menjelaskan dengan mengeluarkan deraian air mata.
“Terus kenapa Kak Mawar sedih? Aku kan cuma sakit kepala. Jadi besok aku boleh pulang dong?”
“Iya besok kamu boleh pulang. Syaratnya kamu harus minum obat.” Mawar mencoba untuk menghibur Melati dengan kasih sayang yang sepenuhnya. Meskipun Melati belum pernah tahu, kalau Mawar adalah kakak kandungnya, namun sudah menganggap kalau Mawar adalah kakak iparnya.

Pulang dari rumah sakit keadaan Melati sudah cukup membaik. Malam itu Mawar dan Tery menghibur Melati dengan nyanyian yang penuh dengan syair dan kata-kata manis.
Matahari terbit, kupu-kupu bertebaran untuk menghisap madu bunga. Pagi yang penuh dengan syair telah membawa Mawar ke dunia cinta. Mawar dan Tery, mereka saling mengobati rasa rindunya. Waktu Mawar dan Tery sedang bermesraan, tiba-tiba Melati memergokinya. Mawar mau menjelaskan bahwa ini hanyalah salah paham. Tadinya Tery ingin berterus terang. Namun sikap Mawar yang tidak mengizinkan. Akhirnya Mawar pergi meninggalkan mereka.

Malam itu Melati menceritakan kepada ayahnya, kalau Mawar telah merebut Tery dari tangannya. Mendengar cerita dari anaknya, dia langsung marah dan ingin mengusirnya dari rumah. Ayah Melati menggerakkan kaki untuk pergi ke ruang kos yang Tery diami. Ia ingin mengajak Tery untuk pergi jalan-jalan. Dia ingin hubungan Melati dengan Tery bisa menjadi kenyataan. 2 jam kemudian, Mawar membuatkan kopi untuk ayahnya, namun kopi itu disiramkan ke muka Mawar. Semenjak itu ayah angkat Mawar berubah menjadi jahat kepadanya. Mawar tidak tahu apa penyebab semua ini.

Pagi itu keluarga Melati sibuk untuk menyiapkan makanan yang akan di bawa piknik. Selesai bersiap-siap, mereka langsung naik mobil dan berangkat piknik.
Setibanya di tempat piknik, Melati sering berpegangan tangan dengan Tery. Hati Mawar sangat hancur melihat mereka yang sangat mesra. Mawar pun bercerita kepada ibu kandungnya.
“Bu Mawar ingin ngorbanin cinta buat Melati.” Mawar bercerita dengan meneteskan air mata.

“Maksud kamu apa Nak?”
“Bu, Mawar sangat mencintai Tery. Tapi Melati telah merebut Tery dari aku. Padahal dulu kita hampir menikah. Namun karena aku mendengar bahwa aku adalah anak angkat dari Mama Lia dan Papa Indra, akhirnya aku tunda dulu pernikahan itu. Dan aku putusin cari orang tua kandung aku.”
“Maafkan Ibu ya Nak! Gara-gara Ibu, kamu tidak jadi nikah sama Tery.” Mawar dan ibunya saat itu sangat sedih karena mereka mempunyai kebohongan-kebohongan di balik kebahagiaannya. Setelah itu Melati mengajak pulang untuk istirahat.

Setelah sampai di rumah, Mawar dan Ibunya saling berpelukan. Dan Ibunya telah memberikan sebuah kalung sebagai ucapan minta maaf karena selama ini dia telah menelantarkan anaknya sendiri. Tiba-tiba Ayah Melati datang dan menampar Ibunya. Mawar mencoba untuk memisahkan mereka. Tapi malah Mawar yang ditampar oleh ayah Melati. Waktu itu Melati tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya, karena dia bersenang-senang dengan Tery.

Pagi itu ayah Melati telah mengusir istrinya dengan Mawar.
“Om jangan usir ibu. Biar Mawar aja yang pergi dari rumah ini.” Melati menjerit dan menangis, karena dia kasihan dengan ibunya yang ditarik-tarik dan di tampar. Saat Mawar membela ibunya, Mawar pingsan tak sadarkan diri sebab tamparan yang datang bertubi-tubi. Setelah Mawar sadar, Melati datang dan berteriak histeris.
“Mama, kak Mawar, ada apa ini Pa…? Mengapa ayah nyakitin mereka dan mengusir dari rumah?” tanya melati sambil menangis.
“Kamu tanya aja dengan Mama kamu! Kesalahan apa yang dia perbuat sehingga Papa tidak memaafkan dia.” ucap Papa Melati dengan tak peduli kepada istrinya dan Mawar.
“Ma…Ma…ini ada apa Ma?”
“Melati Maafkan Mama, Nak! Dulu Mama pernah nikah sebelum nikah sama Papa kamu. Dan Mama sudah mempunyai anak pertama yaitu Mawar. Jadi Mawar ini kakak kamu Nak. Mama minta maaf!”

Selesai mendengar ucapan dari mamanya melati pingsan lalu di bawa ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Mawar menelepon Tery agar Tery pergi ke rumah sakit Kasih Bunda sekarang. Tiba di rumah sakit, Mawar mengajak Tery untuk berbicara berdua.
“ Ter, apa kamu mau menikah dengan adikku, Melati ?”
“Apa? Kamu nyuruh aku menikah dengan Melati? Enggak, enggak, aku enggak mau nikah sama Melati. Aku mau nikah sama kamu, Mawar !”
“Aku tahu kamu sangat mencintai aku. Tapi kamu ingin kan ngliat aku bahagia. Dan kebahagiaanku satu-satunya saat ini adalah melihat kamu nikah sama Melati”. Setelah itu Mawar pergi meninggalkan Tery.

Pagi itu Tery memberikan bunga untuk Melati dan jalan-jalan di depan rumah sakit. Saat mereka jalan-jalan, Mawar menyapa dengan lemah lembut.
“Melati kamu kok keluar sih? Bukanya masih sakit?”
“Aku bosan Kak di kamar! Kayaknya kata Kakak benar deh. Aku harus ngelawan penyakit aku, kerana aku ingin hidup 100 tahun lagi. Agar aku bisa nikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu.” Mawar memeluk Melati dengan kasih sayang seutuhnya. Dengan memeluk Melati, Mawar melihat ke jari manisnya yang ada cincin saat diberi Tery. Lalu Mawar melepas cincin itu dan diberikan kapada Tery, supaya ia masukkan ke jari manis Melati.

“Melati, kayaknya Tery mau ngasih sesuatu buat kamu.” ucap Mawar dengan lancang.
“Ngasih apa Ter? Aku jadi penasaran!”
“Melati, apa kamu mau menikah dengan aku?”
“Apa? Kamu ngajak aku nikah? Apa aku nggak salah dengar?”
“Kamu nggak salah dengar kok! Nanti malam aku dan keluargaku akan melamarmu!”
Mendengar ucapan itu, Melati langsung memeluk Tery dengan senang hati. Melihat mereka berdua, hati Mawar sangat hancur, karena kekasihnya telah ia korbankan untuk adiknya.

Malam telah tiba, Tery dan keluarganya datang ke rumah Melati untuk melamarnya. Lamaran itu diterima dari keluarga Melati. Dan pernikahan itu akan dilaksanakan besok pagi. Mendengar kabar itu, Tery memberi tahu sahabat Mawar, yaitu Elis.

“Elis, besok aku akan menikah dengan Melati adiknya Mawar, kamu datang ya! Dan aku ingin kamu bisa menghibur hati Mawar yang sangat sedih” (Tery)

Setelah membaca SMS dari Tery, Elis langsung membalasnya dengan sadis.
“Apa? kamu udah gila Ter, Mawar itu sangat mencintai kamu, dia juga pengen nikah ama kamu, tapi kenapa kamu yang ngianatin cintanya, dasar laki-laki Plaboy, aku ngak bakal datang kepernikahan kamu, karena kamu udah nyakitin perasaan sahabatku” (Elis)

Membaca SMS Elis perasaan Tery sangat sedih. Dia merasa sangat bersalah kepada Mawar.
“Maafkan aku Mawar. Aku lakukan semua ini agar kamu bahagia. Kamu ingin adik kamu senang, bukan?” guman Tery di dalam hati.

Pagi yang cerah telah menghiasi hati Melati. Di depan kaca, ia selalu merias wajah dengan senyuman. Meskipun ia sakit, tapi dia harus melawan penyakitnya. Demi kebahagiaannya sendiri.

“Kak, Melati cantik nggak?” tanya Melati dengan senyum.
“Kamu cantik sekali!” jawab Mawar dengan menahan air matanya keluar. Tiba-tiba mama memanggil.
“Melati, kamu sudah siap Nak dandannya? Sudah banyak lho yang nungguin di bawah!”
“Iya Ma…. Melati udah selesai! Kak, aku keluar dulu ya!” Mawar menganggukkan kepala dengan mengeluarkan air mata.

Waktu Mawar di kamar Melati, ibu Tery datang menghampirinya. “Mawar kamu kenapa nangis?” ucap Ibu Tery dan memeluk Mawar.
“Aku nggak apa-apa kok Tante! Aku cuma sedih aja. Orang yang aku cintai harus nikah dengan orang yang aku sayangi!” Mawar menangis dan merasa hatinya hancur. Saat Melati turun dari tangga, Melati merasa kalau ada yang ketinggalan di kamarnya. Lalu Melati pamit pada mamanya untuk mengambil jepit yang ketinggalan. Saat ada di depan pintu kamarnya, Melati melihat mertuanya sedang berbicara dengan Mawar. Melati tidak jadi masuk. Tapi dia mendengarkan pembicaraannya.
“Mawar, apa kamu yakin dengan keputusanmu, kalau kamu korbankan cintamu hanya untuk adikmu?”

“Aku yakin Tante dengan keputusanku. Karena Melati hanya bahagia hidup dengan Tery!”
“Ya sudah kalau begitu. Tante keluar dulu ya!”
Selesai mendengarkan pembicaraan mereka, Melati menangis dan berlari ke bawah. Saat ijab kabul dimulai, wajah Melati berkeringat dan pucat. Sepertinya penyakit Melati kambuh lagi. Ijab kabul dibacakan Pak Moden. Bersamaan dengan itu, Melati pingsan di pangkuan Tery.
“Melati…..Melati……Melati bangun! Jangan tinggalkan Kakak, Melati!” teriak Mawar sambil menagis.

“Kak…Kakak kenapa bohongin Melati, kalau Kakak sangat mencintai Tery? Ter…. kamu juga kenapa nggak terus terang sama aku, kalau kamu juga cinta sama Kak Mawar?” ucap Melati dengan menangis tersedu-sedu.
“Melati kamu jangan salahkan Tery. Ini semua salah Kakak, karena Kakak yang merencanakan semua ini.”

“Udahlah Kak, Kakak jangan salahin diri sendiri. Ter… Ter... Tery, tolong jagain Kak Mawar samapai maut menjemutnya!” Melati mempersatukan tangan Mawar dan Tery. Melati menyerahkan Mawar kepada Tery. Setelah hati Melati terasa tenang, maut telah menjemputnya. Mawar dan Tery berteriak. Menderaikan air mata. Kegembiraan telah berselimutkan duka. Karena orang yang dia sayangi telah tiada.**

Lamongan, 2008

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati