Zahrotun Nafila
Suasana kampus sangat ramai, karena besok hari Minggu. Sekampus akan mengadakan liburan ke Malang. Hati Mawar saat itu sangat senang karena dia ingin menyegarkan pikirannya dengan berlibur. Sepulangnya dari kampus, Mawar menceritakan kepada orang tuanya, kalau dia ingin mengikuti liburan ke Malang. Orang tuanya mengizinkan kalau sahabatnya Elis juga ikut.
Pagi itu Mawar dan Elis bersiap-siap untuk berpamitan kepada orang tuanya masing-masing. Mereka berdua berangkat bersama untuk pergi ke kampus. Setibanya di kampus, semua anak-anak sudah masuk ke dalam bus hanya tinggal menunggu Mawar dan Elis. Saat Mawar dan Elis masuk ke dalam bus. Mereka sudah tak dapat tempat duduk. Untung ada cowok yang udah nyiapin tempat duduk untuk mereka. Elis duduk di belakang Mawar. Sedangkan Mawar duduk di samping cowok itu. Saat Mawar duduk di samping dia, hati Mawar merasa deg-degan.
“Hai nama kamu siapa? Kenalan dong!” ujar Terry dengan mengulurkan tangannya.
“Namaku Mawar. Kalau di belakang aku itu sahabatku. Namanya Elis. Kalau nama kamu siapa?” ucap Mawar dengan gerogi.
“Namaku Terry. Oh ya Mawar, ruangan kamu ada di sebelah mana sih? Kok aku nggak pernah ketemu ama kamu?” Terry berbicara sambil menatap kedua mata Mawar.
“Ruangan aku ada di depan ruangan kamu. Kamu itukan anak baru yang direbutin satu ruangan aku. Kata mereka, kamu itu paling tampan satu kampus.” Mawar sangat malu dalam bercandanya.
“Masak sih? Bukannya kamu sendiri yang naksir sama aku?” Terry berbicara yang sebenarnya karena dia juga lagi jatuh cinta sama Mawar.
Setiba di Malang, Mawar dan Elis memesan hotel bersama. Setelah itu mereka membersihkan kamar tidurnya. Tiba-tiba mereka mendengar ketukan pintu. Tok…tok… Saat Mawar membuka pintu, dia sangat tersentak. Ternyata yang datang adalah Tery. Dia tidak menyangka kalau Tery begitu perhatian dengannya. Tery memberikan makanan kepadanya. Setelah itu Tery pergi. Beberapa saat kemudian, Mawar membawa makanan itu masuk. Dan memakannya bersama Elis. Karena hari sudah malam, setelah selesai makan Mawar dan Elis pun langsung beranjak ke kamar. Mereka tidur.
Bangun dari tidur, Mawar menemukan surat di atas meja. Mawar langsung membuka dan membacanya.
Untuk Mawar
“Aku tunggu kamu di taman depan hotel kamu. Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu. Cepat datang ya..!”
Terry
Setelah menerima surat itu Mawar meminta pendapat dari Elis. Apakah dia harus datang apa tidak. Elis menyuruh Mawar untuk datang, karena dia sangat kasihan sama Tery. Nanti dia nunggunya terlalu lama.
Setelah tiba di taman, Mawar menghampiri Tery.
“Tery, kamu mau ngomong apa kok kayaknya serius banget?” tanya Mawar dengan heran.
“Aku cinta sama kamu Mawar. Apa kamu mau jadi pacar aku?” Tery menatap mata Mawar. Dan memegang kedua tangan Mawar. Mawar sangat tersentak karena secepat itu Tery langsung mengutarakan isi hatinya. Tapi Mawar tidak bisa menolak karena dia juga sangat mencintai Tery dari pandangan pertama.
“Iya, aku mau jadi pacar kamu.” Mawar mengambil keputusan sendiri dari perasaannya. Selesai bercanda, mereka melanjutkan perjalanan ke hotel.
Setibanya di hotel, Mawar menceritakan hubungannya dengan Tery kepada sahabatnya. Elis. Setelah mendengar cerita Mawar, Elis sangat senang karena sahabatnya sudah mempunyai pendamping hidupnya.
“Tok….tok….Mawar!”
“ Iya, sebentar. Elis tolong bukakan pintunya.” pinta Mawar kepada Elis. Elis pun beranjak dari tempat duduknya. Dan membuka pintu itu.
“Oh ya, ada apa Pak ?” sapa Elis dengan membuka pintu.
”Besok pagi kalian harus siap-siap, karena besok kita akan pulang” ucap Pak Guru sembari memberi peringatan.
“Iya Pak!!!” jawab Elis dan Mawar dengan serentak. Mendengar perintah dari pak guru, mereka langsung tidur karena besok harus bangun pagi-pagi.
Pagi itu Mawar dan Elis sibuk untuk mengemasi barang-barangnya. Setelah selesai, mereka menuju ke dalam bus. Saat duduk di dekat Tery, Mawar sangat senang. Dan waktu itu juga, Tery memberikan sebuah cincin dan memasukkan ke dalam jari manis Mawar. Mawar sangat cantik memakai cincin itu.
Setibanya di rumah, Mawar menggerakkan tangannya untuk menelpon Tery.
“Kring….kring….” bunyi telepon berdering.
“Hallo ini siapa ya?”
“Tery, ini aku, Mawar. Gimana, apa kamu udah nyampek rumah atau belum?”
“Udah kok. Aku udah nyampek. Kalau kamu gimana?”
“Aku juga udah nyampek. Oh ya Ter, kamu udah cerita belum sama orang tua kamu tentang hubungan kita?”
“Udah, orang tuaku ngrestuin hubungan kita. Dan besok malam aku akan ngelamar kamu.”
“Udah ya Ter, aku tutup dulu teleponnya. Soalnya mama dan papa lagi nunggu makan malam.”
Mawar menutup teleponnya. Setelah itu beranjak untuk menutup pintu rumahnya. Dengan hati yang sangat senang, Mawar menceritakan kepada kedua orang tuanya. Ia bilang kalau besok malam Tery dan keluarganya akan melamarnya.
Keesokan malamnya, Mawar kelihatan sangat cantik. Dan Tery kelihatan sangat tampan. Saat duduk berdua, mereka seperti seorang Pangeran dan Cinderella. Mama Mawar menyuruh Mawar untuk mengambilkan minuman buat Tery dan keluarganya. Sebelum minuman itu sampai di meja tamu, Mawar mendengarkan pembicaraan tentang asal usul Mawar. Mama Mawar bilang bahwa Mawar bukanlah anak kandung mereka. Tetapi anak angkat yang dititipkan kepada mereka dan ditinggal ibunya menikah lagi. Saat Mawar mendengar pembicaraan Mamanya itu, ia sedang berada di depan pintu. Dan minuman yang dibawa Mawar jatuh seketika. Mawar pun berlari dengan sekencang-kecangnya. Saaat itu Tery mencoba mengejar dan menenangkan pikiran Mawar. Sesudah itu, Mawar memutuskan kalau besok dia akan pergi mencari ibu kandungnya.
Pagi yang membawa angin itu membuat hati Mawar sangat hancur. Saat Mawar memberi tahu kepada sahabatnya, Elis hanya menggelengkan kepalanya. Pertanda bahwa dia tidak bisa membantu. Tetapi ia hanya bisa berdoa. Pagi itu Mawar pergi ke rumah ibu kandungnya sendiri. Rumah itu berada di luar kota. Mawar pergi ke luar kota diantar kedua orang tua angkatnya.
Setibanya di tempat tujuan, ibu kandungnya hanya bisa menganggap dia sebagai sepupu. Mendengar ucapan ibu kandungnya itu, mawar sangat sedih. Mawar takut jika ibu kandungnya melupakan Mawar sebab dia telah mendapatkan keluarga yang baru. Ibunya mempunyai anak satu yang bernama Melati. Saat mereka makan malam bersama, kasih sayang ibu Melati telah tertumpah pada Mawar. Saat Melati melihat kelakukan ibunya, seketika itu ia tidak jadi makan. Dan mengurung diri di kamar. Begitu selesai makan, ayah melati memarahi mamanya. Ayah Melati kesal karena tidak seperti biasanya istrinya berperangai seperti itu kepada Melati. Ayah Melati berfikir kalau Mawar bukan sepupunya. Namun anak kandungnya sendiri.
Sudah 1 minggu Mawar pergi meninggalkan Tery. Waktu itu Tery melamun di pinggir kolam renangnya dengan mengenang masa lalunya bersama Mawar. Tiba-tiba ibunya menyapa dari belakang. Ibunya tidak tega melihat Tery melamun terus menerus. Akhirnya Tery di izinkan ibunya pergi untuk menjemput Mawar kembali.
Di tengah jalan, Tery melihat seorang perempuan di pinggir sungai sedang mengejar kupu-kupu. Dan saat Tery menyapanya, cewek itu jatuh ke sungai. Waktu itu Tery sangat bingung, karena cewek itu jatuh kecebur dan tidak bisa berenang. Lalu Tery menolongnya dengan ikhlas. Setelah itu perempuan tadi mengajak Tery pergi ke rumahnya.
Setibanya di rumah, Trey dan Melati itu berkenalan. Dan Melati mengenalkan Tery kepada keluarganya. Melati memohon kepada ayahnya supaya Tery diberi pekerjaan.karena dia sangat membutuhkan pekerjaan. Ayahnya mengizinkan Tery untuk bekerja di kebun teh. Namun ayah Melati tidak mengizinkan tinggal satu rumah dengan dia. Dia hanya diberi kos-kosan di samping rumahnya saja. 1 jam kemudian Mawar pulang dari kampus. Saat itu juga Mawar dan Tery bertemu. Tetapi Mawar pura-pura tidak mengenal Tery, karena dia tidak mau rahasianya terbongkar hanya karena Tery datang ke rumahnya. Setelah itu Tery kembali ke tempat kosnya.
Pada saat Tery ganti baju, Mawar datang menemui Tery. Mawar menjelaskan kalau dia tidak akan meminta restu kepada orang tuanya sebelum dia mendapatkan kasih sayang seorang ibu.
Pagi yang penuh cerah itu, hati Melati sangat berbunga-bunga sejak ia berkenalan dengan Tery. Sepertinya dia sedang jatuh cinta dengan sorang laki-laki idamannya. Pagi itu Melati pergi ke kebun teh bersama Tery. Tery mengatakan kepada Melati bahwa dia mencintai seorang perempuan yang ada di dekatnya. Perasaan Melati mengatakan kalau yang dimaksud perempuan itu adalah Melati. Waktu itu Tery mengajak Melati jalan-jalan dan bercanda.
Setibanya di rumah, Melati menceritakan kepada Mawar kalau dia sangat mencintai Tery. Namun apakah dia mau mencintai seorang perempuan yang penyakitan seperti dia. Wawar sangat shok mendengar ucapan Melati, karena dia mempunyai penyakit. Mawar tidak tahu, apa penyakit Melati. Saat mawar megambil air minum di dapur, Mawar mendengar gelagat Melati kalau dia sedang sakit, Mawar langsung berlari dan membawa Melati ke rumah sakit. Setelah mendengarkan pemeriksaan Dokter bahwa Melati adiknya menderita penyakit KANGKER OTAK STADIUM 4, hati Mawar sangat sedih. Ternyata selama ini hidup Melati telah terancam dengan maut.
“Kak Mawar, aku sakit apa Kak?’ Melati bertanya kepada Mawar dengan wajah sangat pucat.
“Ka….. kam… kamu sa….. sa….. sakit kepala” Mawar menjelaskan dengan mengeluarkan deraian air mata.
“Terus kenapa Kak Mawar sedih? Aku kan cuma sakit kepala. Jadi besok aku boleh pulang dong?”
“Iya besok kamu boleh pulang. Syaratnya kamu harus minum obat.” Mawar mencoba untuk menghibur Melati dengan kasih sayang yang sepenuhnya. Meskipun Melati belum pernah tahu, kalau Mawar adalah kakak kandungnya, namun sudah menganggap kalau Mawar adalah kakak iparnya.
Pulang dari rumah sakit keadaan Melati sudah cukup membaik. Malam itu Mawar dan Tery menghibur Melati dengan nyanyian yang penuh dengan syair dan kata-kata manis.
Matahari terbit, kupu-kupu bertebaran untuk menghisap madu bunga. Pagi yang penuh dengan syair telah membawa Mawar ke dunia cinta. Mawar dan Tery, mereka saling mengobati rasa rindunya. Waktu Mawar dan Tery sedang bermesraan, tiba-tiba Melati memergokinya. Mawar mau menjelaskan bahwa ini hanyalah salah paham. Tadinya Tery ingin berterus terang. Namun sikap Mawar yang tidak mengizinkan. Akhirnya Mawar pergi meninggalkan mereka.
Malam itu Melati menceritakan kepada ayahnya, kalau Mawar telah merebut Tery dari tangannya. Mendengar cerita dari anaknya, dia langsung marah dan ingin mengusirnya dari rumah. Ayah Melati menggerakkan kaki untuk pergi ke ruang kos yang Tery diami. Ia ingin mengajak Tery untuk pergi jalan-jalan. Dia ingin hubungan Melati dengan Tery bisa menjadi kenyataan. 2 jam kemudian, Mawar membuatkan kopi untuk ayahnya, namun kopi itu disiramkan ke muka Mawar. Semenjak itu ayah angkat Mawar berubah menjadi jahat kepadanya. Mawar tidak tahu apa penyebab semua ini.
Pagi itu keluarga Melati sibuk untuk menyiapkan makanan yang akan di bawa piknik. Selesai bersiap-siap, mereka langsung naik mobil dan berangkat piknik.
Setibanya di tempat piknik, Melati sering berpegangan tangan dengan Tery. Hati Mawar sangat hancur melihat mereka yang sangat mesra. Mawar pun bercerita kepada ibu kandungnya.
“Bu Mawar ingin ngorbanin cinta buat Melati.” Mawar bercerita dengan meneteskan air mata.
“Maksud kamu apa Nak?”
“Bu, Mawar sangat mencintai Tery. Tapi Melati telah merebut Tery dari aku. Padahal dulu kita hampir menikah. Namun karena aku mendengar bahwa aku adalah anak angkat dari Mama Lia dan Papa Indra, akhirnya aku tunda dulu pernikahan itu. Dan aku putusin cari orang tua kandung aku.”
“Maafkan Ibu ya Nak! Gara-gara Ibu, kamu tidak jadi nikah sama Tery.” Mawar dan ibunya saat itu sangat sedih karena mereka mempunyai kebohongan-kebohongan di balik kebahagiaannya. Setelah itu Melati mengajak pulang untuk istirahat.
Setelah sampai di rumah, Mawar dan Ibunya saling berpelukan. Dan Ibunya telah memberikan sebuah kalung sebagai ucapan minta maaf karena selama ini dia telah menelantarkan anaknya sendiri. Tiba-tiba Ayah Melati datang dan menampar Ibunya. Mawar mencoba untuk memisahkan mereka. Tapi malah Mawar yang ditampar oleh ayah Melati. Waktu itu Melati tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya, karena dia bersenang-senang dengan Tery.
Pagi itu ayah Melati telah mengusir istrinya dengan Mawar.
“Om jangan usir ibu. Biar Mawar aja yang pergi dari rumah ini.” Melati menjerit dan menangis, karena dia kasihan dengan ibunya yang ditarik-tarik dan di tampar. Saat Mawar membela ibunya, Mawar pingsan tak sadarkan diri sebab tamparan yang datang bertubi-tubi. Setelah Mawar sadar, Melati datang dan berteriak histeris.
“Mama, kak Mawar, ada apa ini Pa…? Mengapa ayah nyakitin mereka dan mengusir dari rumah?” tanya melati sambil menangis.
“Kamu tanya aja dengan Mama kamu! Kesalahan apa yang dia perbuat sehingga Papa tidak memaafkan dia.” ucap Papa Melati dengan tak peduli kepada istrinya dan Mawar.
“Ma…Ma…ini ada apa Ma?”
“Melati Maafkan Mama, Nak! Dulu Mama pernah nikah sebelum nikah sama Papa kamu. Dan Mama sudah mempunyai anak pertama yaitu Mawar. Jadi Mawar ini kakak kamu Nak. Mama minta maaf!”
Selesai mendengar ucapan dari mamanya melati pingsan lalu di bawa ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Mawar menelepon Tery agar Tery pergi ke rumah sakit Kasih Bunda sekarang. Tiba di rumah sakit, Mawar mengajak Tery untuk berbicara berdua.
“ Ter, apa kamu mau menikah dengan adikku, Melati ?”
“Apa? Kamu nyuruh aku menikah dengan Melati? Enggak, enggak, aku enggak mau nikah sama Melati. Aku mau nikah sama kamu, Mawar !”
“Aku tahu kamu sangat mencintai aku. Tapi kamu ingin kan ngliat aku bahagia. Dan kebahagiaanku satu-satunya saat ini adalah melihat kamu nikah sama Melati”. Setelah itu Mawar pergi meninggalkan Tery.
Pagi itu Tery memberikan bunga untuk Melati dan jalan-jalan di depan rumah sakit. Saat mereka jalan-jalan, Mawar menyapa dengan lemah lembut.
“Melati kamu kok keluar sih? Bukanya masih sakit?”
“Aku bosan Kak di kamar! Kayaknya kata Kakak benar deh. Aku harus ngelawan penyakit aku, kerana aku ingin hidup 100 tahun lagi. Agar aku bisa nikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu.” Mawar memeluk Melati dengan kasih sayang seutuhnya. Dengan memeluk Melati, Mawar melihat ke jari manisnya yang ada cincin saat diberi Tery. Lalu Mawar melepas cincin itu dan diberikan kapada Tery, supaya ia masukkan ke jari manis Melati.
“Melati, kayaknya Tery mau ngasih sesuatu buat kamu.” ucap Mawar dengan lancang.
“Ngasih apa Ter? Aku jadi penasaran!”
“Melati, apa kamu mau menikah dengan aku?”
“Apa? Kamu ngajak aku nikah? Apa aku nggak salah dengar?”
“Kamu nggak salah dengar kok! Nanti malam aku dan keluargaku akan melamarmu!”
Mendengar ucapan itu, Melati langsung memeluk Tery dengan senang hati. Melihat mereka berdua, hati Mawar sangat hancur, karena kekasihnya telah ia korbankan untuk adiknya.
Malam telah tiba, Tery dan keluarganya datang ke rumah Melati untuk melamarnya. Lamaran itu diterima dari keluarga Melati. Dan pernikahan itu akan dilaksanakan besok pagi. Mendengar kabar itu, Tery memberi tahu sahabat Mawar, yaitu Elis.
“Elis, besok aku akan menikah dengan Melati adiknya Mawar, kamu datang ya! Dan aku ingin kamu bisa menghibur hati Mawar yang sangat sedih” (Tery)
Setelah membaca SMS dari Tery, Elis langsung membalasnya dengan sadis.
“Apa? kamu udah gila Ter, Mawar itu sangat mencintai kamu, dia juga pengen nikah ama kamu, tapi kenapa kamu yang ngianatin cintanya, dasar laki-laki Plaboy, aku ngak bakal datang kepernikahan kamu, karena kamu udah nyakitin perasaan sahabatku” (Elis)
Membaca SMS Elis perasaan Tery sangat sedih. Dia merasa sangat bersalah kepada Mawar.
“Maafkan aku Mawar. Aku lakukan semua ini agar kamu bahagia. Kamu ingin adik kamu senang, bukan?” guman Tery di dalam hati.
Pagi yang cerah telah menghiasi hati Melati. Di depan kaca, ia selalu merias wajah dengan senyuman. Meskipun ia sakit, tapi dia harus melawan penyakitnya. Demi kebahagiaannya sendiri.
“Kak, Melati cantik nggak?” tanya Melati dengan senyum.
“Kamu cantik sekali!” jawab Mawar dengan menahan air matanya keluar. Tiba-tiba mama memanggil.
“Melati, kamu sudah siap Nak dandannya? Sudah banyak lho yang nungguin di bawah!”
“Iya Ma…. Melati udah selesai! Kak, aku keluar dulu ya!” Mawar menganggukkan kepala dengan mengeluarkan air mata.
Waktu Mawar di kamar Melati, ibu Tery datang menghampirinya. “Mawar kamu kenapa nangis?” ucap Ibu Tery dan memeluk Mawar.
“Aku nggak apa-apa kok Tante! Aku cuma sedih aja. Orang yang aku cintai harus nikah dengan orang yang aku sayangi!” Mawar menangis dan merasa hatinya hancur. Saat Melati turun dari tangga, Melati merasa kalau ada yang ketinggalan di kamarnya. Lalu Melati pamit pada mamanya untuk mengambil jepit yang ketinggalan. Saat ada di depan pintu kamarnya, Melati melihat mertuanya sedang berbicara dengan Mawar. Melati tidak jadi masuk. Tapi dia mendengarkan pembicaraannya.
“Mawar, apa kamu yakin dengan keputusanmu, kalau kamu korbankan cintamu hanya untuk adikmu?”
“Aku yakin Tante dengan keputusanku. Karena Melati hanya bahagia hidup dengan Tery!”
“Ya sudah kalau begitu. Tante keluar dulu ya!”
Selesai mendengarkan pembicaraan mereka, Melati menangis dan berlari ke bawah. Saat ijab kabul dimulai, wajah Melati berkeringat dan pucat. Sepertinya penyakit Melati kambuh lagi. Ijab kabul dibacakan Pak Moden. Bersamaan dengan itu, Melati pingsan di pangkuan Tery.
“Melati…..Melati……Melati bangun! Jangan tinggalkan Kakak, Melati!” teriak Mawar sambil menagis.
“Kak…Kakak kenapa bohongin Melati, kalau Kakak sangat mencintai Tery? Ter…. kamu juga kenapa nggak terus terang sama aku, kalau kamu juga cinta sama Kak Mawar?” ucap Melati dengan menangis tersedu-sedu.
“Melati kamu jangan salahkan Tery. Ini semua salah Kakak, karena Kakak yang merencanakan semua ini.”
“Udahlah Kak, Kakak jangan salahin diri sendiri. Ter… Ter... Tery, tolong jagain Kak Mawar samapai maut menjemutnya!” Melati mempersatukan tangan Mawar dan Tery. Melati menyerahkan Mawar kepada Tery. Setelah hati Melati terasa tenang, maut telah menjemputnya. Mawar dan Tery berteriak. Menderaikan air mata. Kegembiraan telah berselimutkan duka. Karena orang yang dia sayangi telah tiada.**
Lamongan, 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 22 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar