Senin, 01 September 2008

Ramadan Ayah

Teguh Winarsho AS

RAMADAN selalu membuat kampung kami bergairah. Orang-orang seperti berlomba memperbanyak ibadah. Bahkan, banyak di antara mereka yang sebelumnya tak pernah datang ke masjid, tiba-tiba di Bulan Ramadan ini rajin ke masjid. Tapi sayang, Ayah, laki-laki tua yang suka mendengus dan meludah, tetap tidak berubah. Setiap malam Ayah masih suka begadang di gardu ronda dekat pasar, sibuk memelototi kartu ceki dan sedikit minum alkohol; mabuk. Pulang jam lima pagi dengan langkah gontai dan mata merah, berpapasan dengan orang-orang yang baru pulang dari masjid.

Kami, anak-anaknya, sebenarnya malu melihat tingkah laku Ayah. Tapi kami tak berani memperingatkannya. Kecuali kami siap mendapat tamparan di pipi atau tendangan di pantat. Dan begitulah, kami, aku dan kedua adikku, tumbuh sebagai anak-anak yang terkesan pendiam dan patuh pada orang tua. Meski kepatuhan kami terutama pada Ayah karena terpaksa. Tapi, itu tidak masalah. Karena bagi kami, yang terpenting adalah menghindari tamparan dan caci maki Ayah yang sering mengundang perhatian tetangga kanan kiri. Dan itu artinya kami tidak menyakiti perasaan Ibu. Sebab, di antara kami, Ibulah yang paling banyak menanggung malu jika Ayah marah-marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar dan jorok.

Ibu adalah kesejukan embun di pagi hari. Tatapan matanya menentramkan hati kami. Menyegarkan kekeringan jiwa kami. Ibu laksana batu karang yang berdiri kokoh di tengah empasan gelombang. Ibu tak pernah marah meski perlakuan Ayah demikian menyakitkan. Ibu tertunduk diam, dan paling-paling hanya menangis sesenggukan ketika Ayah memarahi, membentak-bentak, bahkan menamparnya. Mungkin bagi Ibu, kepatuhan pada suami merupakan nilai ibadah tersendiri. Entahlah.

Sayang, orang yang sangat kami sayangi itu lebih cepat pulang ke pangkuan-Nya. Ramadan tahun lalu, Ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya ketika sesungguhnya kami masih sangat membutuhkan kehadirannya. Dan mungkin itulah awal petaka yang menimpa keluarga kami. Ayah semakin jarang berada di rumah. Selain menghambur-hamburkan uang di meja judi, Ayah juga mulai berani main perempuan. Bahkan, beberapa kali Ayah sempat membawa perempuan menginap di rumah. Kami sangat tersiksa melihat kelakuan Ayah. Tetangga kanan kiri sepertinya juga jijik melihat keluarga kami.

Sedikit demi sedikit perabotan rumah tangga dijual Ayah. Kami tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menatap hampa ketika Ayah dan beberapa temannya datang dengan membawa truk lalu mengangkut meja, kursi, almari, dan barang-barang berharga lain. Seorang teman Ayah bilang pada saya, bahwa Ayah kalah judi jutaan rupiah sehingga barang-barang tersebut harus disita.

Dulu saya mengira Ayah akan berubah menjadi baik sepeninggalnya Ibu. Saya masih ingat bagaimana pesan terakhir Ibu pada Ayah, hanya beberapa menit sebelum ajal menjemput. Ketika itu, kami anak-anaknya dan juga Ayah ada di samping Ibu yang terbaring lemah di atas ranjang. Dengan terputus-putus Ibu bilang pada Ayah, agar mau menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Ayah diam tak berkutik. Dan baru kali itu saya lihat Ayah yang biasanya garang dan angker mendadak berubah lembut. Sorot matanya redup seperti menyiratkan kesedihan dan penyesalan.
Ternyata kesedihan Ayah tak berlangsung lama. Hanya tiga minggu setelah Lebaran, Ayah mulai pada kebiasaan lamanya. Bahkan semakin bertambah parah.**

TAK tahan mendengar gunjingan tetangga kanan kiri, saya memberanikan diri mengingatkan Ayah agar mau melaksanakan pesan terakhir Ibu, setidaknya bersikap baik di Bulan Ramadan ini. Tapi Ayah justru tertawa, katanya, "Kamu pikir kalau aku puasa lantas kita akan jadi kaya, heh? Kamu rajin puasa, bahkan puasa Senin-Kamis, tapi apa Tuhan terus ngasih duit sama kamu? Kamu masih tetap miskin. Sudahlah, aku nggak mau ngomong lagi soal itu. Aku mau puasa atau tidak, itu urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur!"

Lain kali pernah juga saya bilang pada Ayah bahwa puasa itu tujuannya bukan untuk mencari rezeki, bukan agar bisa kaya raya, tapi semata-mata untuk mendekatkan diri pada Allah karena dengan begitu akan terhindar dari perbuatan tidak terpuji. Tapi Ayah justru marah-marah. Sambil menggebrak meja, Ayah bilang, "Anak kemarin sore, tahu apa kamu tentang hidup! Hidup itu makan. Dan makan itu perlu duit!"

Sejak itu saya tak pernah bercakap-cakap dengan Ayah. Saya benar-benar muak melihat kelakuannya. Apalagi kalau dia membawa perempuan yang entah dari mana asalnya menginap beberapa hari di rumah. Meski kami masih sering bertatap muka, tapi kami sudah seperti orang asing saja. Dan saya juga tahu ada sorot kebencian di mata Ayah ketika sedang menatap saya. Tapi saya tak acuh, cuek.

Berbeda dengan saya, kepada dua orang adik saya, Ayah bersikap biasa-biasa saja. Apalagi kepada Fiz adik bungsu. Saya sering melihat mereka bertiga asyik ngobrol di teras rumah. Saya tidak tahu dan memang tidak ingin mencari tahu apa yang sedang mereka obrolkan. Karena tiba-tiba saya juga benci pada dua orang adik saya itu. Di mata saya, Fiz dan Burhan yang lugu, polos, dan masih bersih itu, telah berkomplot dengan Ayah. Berkomplot dengan segala kebejatan moral Ayah. Saya benci mereka!
Jadilah saya tak punya orang dekat lagi di rumah.**

SUATU pagi, saat pulang kerja lembur, saya terkejut mendapati suasana rumah yang lain dari biasanya. Dari pintu depan tiba-tiba Faiz berlari menyongsong saya dan sambil terisak-isak ia bilang bahwa Ayah meninggal dunia. Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya ada dalam benak saya, sebab sedikit pun saya tidak terkejut mendengar kabar itu. Saya juga tidak merasa sedih kehilangan Ayah. Biasa-biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Saya kemudian masuk ke dalam rumah. Tapi sepi. Tidak seperti layaknya kalau ada kematian. Hanya ada beberapa tetangga dan teman-teman dekat Ayah yang sering mangkal di gardu ronda. Saya maklum, orang-orang tentu banyak yang tidak menyukai Ayah. Karenanya wajar jika ketika meninggal pun mereka enggan datang ke rumah kami.

Jenazah Ayah sudah dimasukkan ke dalam peti. Sedikit pun saya tak ingin melihatnya. "Untuk apa?" jawab saya enteng, sekenanya, yang langsung disambut tatapan aneh beberapa orang di sekitar saya.

Dan entah, tiba-tiba saya merasakan ada seseorang merenggut lengan saya, kuat, ditarik masuk ke dalam kamar.

"Huss! Jangan bikin malu! Ayahmu tertabrak truk ketika sedang menyeberang jalan, mau salat Subuh! Dua hari sebelumnya Ayahmu bilang padaku kalau dirinya sudah tobat!" ucap Haji Biran sampai di dalam kamar.

Salat Subuh? tanya saya dalam hati, kaget, tak percaya. Sementara Haji Biran keluar meninggalkan saya, saya masih terpaku di tempat. Saya bingung, gelisah, sedih, kecewa, dan entah apalagi perasaan yang menyesak dalam benak saya.

Sampai tiba upacara pemberangkatan jenazah, rumah saya masih sepi. Yang hadir hanya itu-itu saja, tidak lebih enam belas orang. Itu pun lebih banyak bekas teman-teman main judi Ayah. Wajah mereka tampak sedih. Entah kesedihan yang bagaimana. Tapi, saya masih sempat mendengar bisik-bisik di antara mereka, "Untuk menghormati Wongso, si mati, tak ada salahnya nanti malam ketika orang-orang tarawih di masjid, kita main kartu di sini!" "Ide bagus!"
Yang lain mengangguk-angguk.

Sumber : Pikiran Rakyat Online

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati