Teguh Winarsho AS
RAMADAN selalu membuat kampung kami bergairah. Orang-orang seperti berlomba memperbanyak ibadah. Bahkan, banyak di antara mereka yang sebelumnya tak pernah datang ke masjid, tiba-tiba di Bulan Ramadan ini rajin ke masjid. Tapi sayang, Ayah, laki-laki tua yang suka mendengus dan meludah, tetap tidak berubah. Setiap malam Ayah masih suka begadang di gardu ronda dekat pasar, sibuk memelototi kartu ceki dan sedikit minum alkohol; mabuk. Pulang jam lima pagi dengan langkah gontai dan mata merah, berpapasan dengan orang-orang yang baru pulang dari masjid.
Kami, anak-anaknya, sebenarnya malu melihat tingkah laku Ayah. Tapi kami tak berani memperingatkannya. Kecuali kami siap mendapat tamparan di pipi atau tendangan di pantat. Dan begitulah, kami, aku dan kedua adikku, tumbuh sebagai anak-anak yang terkesan pendiam dan patuh pada orang tua. Meski kepatuhan kami terutama pada Ayah karena terpaksa. Tapi, itu tidak masalah. Karena bagi kami, yang terpenting adalah menghindari tamparan dan caci maki Ayah yang sering mengundang perhatian tetangga kanan kiri. Dan itu artinya kami tidak menyakiti perasaan Ibu. Sebab, di antara kami, Ibulah yang paling banyak menanggung malu jika Ayah marah-marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar dan jorok.
Ibu adalah kesejukan embun di pagi hari. Tatapan matanya menentramkan hati kami. Menyegarkan kekeringan jiwa kami. Ibu laksana batu karang yang berdiri kokoh di tengah empasan gelombang. Ibu tak pernah marah meski perlakuan Ayah demikian menyakitkan. Ibu tertunduk diam, dan paling-paling hanya menangis sesenggukan ketika Ayah memarahi, membentak-bentak, bahkan menamparnya. Mungkin bagi Ibu, kepatuhan pada suami merupakan nilai ibadah tersendiri. Entahlah.
Sayang, orang yang sangat kami sayangi itu lebih cepat pulang ke pangkuan-Nya. Ramadan tahun lalu, Ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya ketika sesungguhnya kami masih sangat membutuhkan kehadirannya. Dan mungkin itulah awal petaka yang menimpa keluarga kami. Ayah semakin jarang berada di rumah. Selain menghambur-hamburkan uang di meja judi, Ayah juga mulai berani main perempuan. Bahkan, beberapa kali Ayah sempat membawa perempuan menginap di rumah. Kami sangat tersiksa melihat kelakuan Ayah. Tetangga kanan kiri sepertinya juga jijik melihat keluarga kami.
Sedikit demi sedikit perabotan rumah tangga dijual Ayah. Kami tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menatap hampa ketika Ayah dan beberapa temannya datang dengan membawa truk lalu mengangkut meja, kursi, almari, dan barang-barang berharga lain. Seorang teman Ayah bilang pada saya, bahwa Ayah kalah judi jutaan rupiah sehingga barang-barang tersebut harus disita.
Dulu saya mengira Ayah akan berubah menjadi baik sepeninggalnya Ibu. Saya masih ingat bagaimana pesan terakhir Ibu pada Ayah, hanya beberapa menit sebelum ajal menjemput. Ketika itu, kami anak-anaknya dan juga Ayah ada di samping Ibu yang terbaring lemah di atas ranjang. Dengan terputus-putus Ibu bilang pada Ayah, agar mau menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Ayah diam tak berkutik. Dan baru kali itu saya lihat Ayah yang biasanya garang dan angker mendadak berubah lembut. Sorot matanya redup seperti menyiratkan kesedihan dan penyesalan.
Ternyata kesedihan Ayah tak berlangsung lama. Hanya tiga minggu setelah Lebaran, Ayah mulai pada kebiasaan lamanya. Bahkan semakin bertambah parah.**
TAK tahan mendengar gunjingan tetangga kanan kiri, saya memberanikan diri mengingatkan Ayah agar mau melaksanakan pesan terakhir Ibu, setidaknya bersikap baik di Bulan Ramadan ini. Tapi Ayah justru tertawa, katanya, "Kamu pikir kalau aku puasa lantas kita akan jadi kaya, heh? Kamu rajin puasa, bahkan puasa Senin-Kamis, tapi apa Tuhan terus ngasih duit sama kamu? Kamu masih tetap miskin. Sudahlah, aku nggak mau ngomong lagi soal itu. Aku mau puasa atau tidak, itu urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur!"
Lain kali pernah juga saya bilang pada Ayah bahwa puasa itu tujuannya bukan untuk mencari rezeki, bukan agar bisa kaya raya, tapi semata-mata untuk mendekatkan diri pada Allah karena dengan begitu akan terhindar dari perbuatan tidak terpuji. Tapi Ayah justru marah-marah. Sambil menggebrak meja, Ayah bilang, "Anak kemarin sore, tahu apa kamu tentang hidup! Hidup itu makan. Dan makan itu perlu duit!"
Sejak itu saya tak pernah bercakap-cakap dengan Ayah. Saya benar-benar muak melihat kelakuannya. Apalagi kalau dia membawa perempuan yang entah dari mana asalnya menginap beberapa hari di rumah. Meski kami masih sering bertatap muka, tapi kami sudah seperti orang asing saja. Dan saya juga tahu ada sorot kebencian di mata Ayah ketika sedang menatap saya. Tapi saya tak acuh, cuek.
Berbeda dengan saya, kepada dua orang adik saya, Ayah bersikap biasa-biasa saja. Apalagi kepada Fiz adik bungsu. Saya sering melihat mereka bertiga asyik ngobrol di teras rumah. Saya tidak tahu dan memang tidak ingin mencari tahu apa yang sedang mereka obrolkan. Karena tiba-tiba saya juga benci pada dua orang adik saya itu. Di mata saya, Fiz dan Burhan yang lugu, polos, dan masih bersih itu, telah berkomplot dengan Ayah. Berkomplot dengan segala kebejatan moral Ayah. Saya benci mereka!
Jadilah saya tak punya orang dekat lagi di rumah.**
SUATU pagi, saat pulang kerja lembur, saya terkejut mendapati suasana rumah yang lain dari biasanya. Dari pintu depan tiba-tiba Faiz berlari menyongsong saya dan sambil terisak-isak ia bilang bahwa Ayah meninggal dunia. Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya ada dalam benak saya, sebab sedikit pun saya tidak terkejut mendengar kabar itu. Saya juga tidak merasa sedih kehilangan Ayah. Biasa-biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Saya kemudian masuk ke dalam rumah. Tapi sepi. Tidak seperti layaknya kalau ada kematian. Hanya ada beberapa tetangga dan teman-teman dekat Ayah yang sering mangkal di gardu ronda. Saya maklum, orang-orang tentu banyak yang tidak menyukai Ayah. Karenanya wajar jika ketika meninggal pun mereka enggan datang ke rumah kami.
Jenazah Ayah sudah dimasukkan ke dalam peti. Sedikit pun saya tak ingin melihatnya. "Untuk apa?" jawab saya enteng, sekenanya, yang langsung disambut tatapan aneh beberapa orang di sekitar saya.
Dan entah, tiba-tiba saya merasakan ada seseorang merenggut lengan saya, kuat, ditarik masuk ke dalam kamar.
"Huss! Jangan bikin malu! Ayahmu tertabrak truk ketika sedang menyeberang jalan, mau salat Subuh! Dua hari sebelumnya Ayahmu bilang padaku kalau dirinya sudah tobat!" ucap Haji Biran sampai di dalam kamar.
Salat Subuh? tanya saya dalam hati, kaget, tak percaya. Sementara Haji Biran keluar meninggalkan saya, saya masih terpaku di tempat. Saya bingung, gelisah, sedih, kecewa, dan entah apalagi perasaan yang menyesak dalam benak saya.
Sampai tiba upacara pemberangkatan jenazah, rumah saya masih sepi. Yang hadir hanya itu-itu saja, tidak lebih enam belas orang. Itu pun lebih banyak bekas teman-teman main judi Ayah. Wajah mereka tampak sedih. Entah kesedihan yang bagaimana. Tapi, saya masih sempat mendengar bisik-bisik di antara mereka, "Untuk menghormati Wongso, si mati, tak ada salahnya nanti malam ketika orang-orang tarawih di masjid, kita main kartu di sini!" "Ide bagus!"
Yang lain mengangguk-angguk.
Sumber : Pikiran Rakyat Online
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 01 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar