Jumat, 28 November 2008

Rahasia Bahagia

Medy Kurniawan
http://www.lampungpost.com/

MASIH ada segenggam kebahagiaan dalam diriku. Kebahagiaan yang selalu diiringi aliran air mata kerinduan akan hadirnya bidadari-bidadari tercinta dalam peristirahatan yang kekal kelak. Semakin basah hatiku oleh tangisan-tangisan jiwa, pengharapan yang tak pernah lelah akan datangnya cinta.

Dari dalam ruang tengah kudengar suara Maya, istriku, "Adek makannya yang banyak ya. Biar cepet gede dan bisa main dengan umi sama abi. Trus kita belajar ngaji, salat berjemaah, juga nangis bareng-bareng dalam munajat. "Sambil mengelus-elus perut yang semakin membesar, Maya terus saja berceloteh seakan sedang berkomunikasi langsung dengan janin yang dalam hitungan hari lagi akan menghirup udara dunia.

Memperhatikan perilaku Maya, aku hanya bisa tersenyum geli dan tentu saja ada bahagia di sudut hatiku ini. Bukankah sebuah perasaan yang tidak berlebihan karena bagi kami ini adalah sebuah penantian, ujian kesabaran dalam perkawinan yang hampir menginjak tahun ke delapan berupa kehadiran amanah Allah, ananda tercinta. Makhluk sombong manakah yang berani menolak kehadiran buah hati yang dengan keberadaannya kehidupan berumah tangga akan semakin berwarna. Warna-warni dalam kanvas kehidupan dalam bingkai takwa.

Betapa aku teringat hari-hari sebelum kehamilan Maya ini. Waktu yang begitu sepi. Aku yang selalu berada dalam rutinitas pekerjaanku larut dalam kesibukan dalam upaya melepaskan diri dari tekanan-tekanan opini negatif, baik dari keluarga besar ataupun dari tetangga. Apalagi Maya yang berkutat di rumah sembari menekuni bisnis rumahan, membayangkan pun aku tak sanggup bagaimana beban perasaannya ketika selalu ditanyakan perihal anak.

Bila pada tahun-tahun pertama pernikahan kami mungkin belum terlalu menjadi masalah, tapi ketika tahun ke tiga, ke empat, ke lima bahkan ke enam penantian itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan kehadiran bayi kecil kami, hal yang sangat manusiawi kalau akhirnya kesedihanlah yang melanda.

Aku dan Maya hanya bisa berpasrah dan memiliki persepsi positif kepada Sang Maha Memberi. Mungkin kami adalah makhluk yang dipilih untuk menjalankan cobaan ini karena dinilai mampu untuk melewatinya. Oleh sebab itu, kami tidak pernah lelah menanti, mengadukan dan memohon dalam doa-doa di atas sajadah kami yang selalu basah oleh bulir-bulir bening dari mata kami tiap malamnya. Ini juga yang selalu menguatkan dan memberikan pancaran semangat batin yang luar biasa serta bentuk ketabahan untuk tidak egois dalam menyikapi alunan lirik-lirik kehidupan yang terus berputar walaupun tetap saja sebagai manusia biasa kesedihan itu tidak bisa sirna sepenuhnya.

"Umi lucu ya, dek. Masa adek lagi tidur diomelin," suaraku mengagetkan Maya.
"Ih, Abi itu yang lucu, belum lahir juga udah diajak ngobrol!" Maya menimpali.

Serentak kami terpingkal memecah keheningan malam. Tawa bahagia yang sudah lama tidak hadir di tengah-tengah kami.

02.30 dini hari.
"Bi, salat yuk. Bangun dong, nanti ga dapet doanya malaikat loh. Adek, bangunin abi gih. Abi-Abi, bangun dong." Maya menirukan suara anak-anak sembari memegangkan tanganku pada perut besarnya.

"Adek mau salat juga?" tanyaku dengan suara manja.
"Ih. Abi! Bangun dong!" Maya sok galak.
"Iya, iya. Abi bangun nih."

Dengan langkah berat kuayunkan kakiku ke kamar mandi. Saat kubasuh setiap mili anggota tubuh ini, kurasakan sejuknya air yang seakan-akan melunturkan kotoran-kotoran dosa yang turut mengalir bersama air wudu.

Rakaat kedua baru saja selesai. Sepintas kuamati wajah Maya yang terbungkus rapi dengan mukena. Sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Wajahnya teduh dan meneduhkan siapa saja yang menatapnya, tanda penyerahan jiwa yang tulus. Sebuah bentuk kesadaran pada kesalahan yang tak perlu terulang. Keanggunannya terbias mengalahkan senyum Monalisa dalam lukisan yang melegenda itu.

Kami lalui rakaat demi rakaat dalam kekhusyukan yang berteman dingin malam. Hingga tak terasa subuh sudah mengintip dari lorong sang waktu. Aku pamit untuk salat subuh di masjid sebelum sempat terdengar suara azan.

"Zikirnya jangan lama-lama ya, Bi. Umi merasa ini sudah waktunya."
"Insya Allah." Kutinggalkan Maya sendiri yang dengan matanya terus mengikuti langkahku sampai kejauhan.

10.05
Semakin gelisah aku memandangi waktu yang terus berlari di pergelangan tanganku. Seorang bapak di sampingku hanya tersenyum tipis melihat kegelisahanku ini. Aku sudah mengalaminya beberapa kali, mungkin demikian kata hati sang bapak kepada diriku. Tiga orang anak di sampingnya. Yang tertua kurang lebih usia siswa SMA, sedangkan yang kedua dan ketiga masih umur anak SD kelas V dan III. Beberapa menit yang lalu kami terlibat dalam percakapan yang cukup akrab, tapi belakangan ia membiarkanku larut dalam pikiran dan gelisahku sendiri. Ingin rasanya menemani Maya dalam kesakitannya, menguatkan hatinya. Tapi wajah yang pasrah itu memohon kepadaku untuk menunggu di luar karena ia tidak ingin membuatku ikut merasakan derita. Hampir lupa, aku belum duha.

Setelah berpamitan dengan si bapak, aku melangkahkan kaki ke musala rumah sakit ini. Aku harus membantu Maya dengan cara yang lain, yang mungkin justru kekuatannya lebih kuat daripada kehadiranku di sisinya, doa.

Kupasrahkan diriku tunduk kepada-Nya dalam setiap rakaat. Kurasakan zikir alam semesta yang juga tak kuasa untuk melakukan prosesi sembah. Kurasakan sinar matahari di pagi hari, bulan yang setia mengiringi bumi, siang dan malam dengan rutinitasnya, kekayaan bumi, keluasan langit. Dan tak kutemukan satupun alasan untuk berbuat ingkar kepada Yang Mahatinggi. Semakin terlarut dalam semua itu, semakin aku merasa kecil sebagai seorang makhluk dan semakin berpasrah juga akan apa pun yang akan terjadi pada istri dan anakku.

"Ya Allah, hamba menyerahkan segala urusan hanya pada-Mu. Hidup mati kami, keselamatan istri dan anakku berada di tanganmu sepenuhnya. Tiada kuasaku sedikit pun untuk berpaling dari keputusan-Mu. Namun kiranya hamba memohon suatu kebahagian yang lengkap, mohon agar Engkau memberikan kami kesempatan untuk berkumpul sejenak di dunia-Mu dalam rangka saling membagi kasih sayang dan cinta dalam koridor keridaan-Mu. Kalaupun Engkau berkehendak lain, hamba rela apabila kami hanya bisa berkumpul di alam-Mu yang kekal kelak, amin." Kututup doaku dengan mengusap linangan air mata yang membasahi pipiku sedari tadi. Aku harus membasuh wajahku sebelum bertemu Maya di ruang persalinannya agar terlihat tegar.

Bismillahirrohmaanirrohiim. Kutinggalkan musala untuk kembali ke ruang persalinan. Kulihat bapak teman ngobrol tadi masih dengan ketiga anaknya. Serta-merta ia menyambutku dengan berita gembira darinya. "Alhamdulillah, Pak, anak dan istri saya selamat," katanya. Aku mengangguk dan memberikan seyumku yang tidak direkayasa.

"Mohon doanya untuk keselamatan istri dan anak saya juga, ya Pak."
"Insya Allah."

Kukeluarkan MP3 player dari sakuku. Headset kupasang di telinga. On, select menu, select folder Alquran, select file Q.S. 55 (Ar-Rahmaan), play. Mulai terdengar suara merdu Syekh Abdullah Al Mathroed melantunkan ayat-ayat suci. Sejuk hatiku menyimak ayat per ayat. Belum sampai ayat ke sepuluh, terdengar suara seseorang memanggil namaku.

"Suami dari ibu Maya?" suara tersebut terdengar lagi.
"Saya suster," aku mengacungkan tangan cepat-cepat seperti waktu SMP dulu ketika berebut pertanyaan dari guru biologi.

"Benar Anda suami dari Ibu Maya?" perawat wanita berseragam putih-putih itu mengulangi pertanyaannya.
"Benar saya, Sus. Bagaimana keadaan istri dan anak saya Suster?" hatiku diliputi penasaran.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Maaf, Pak, kami sudah berusaha dengan keras, tapi takdir Allah berkehendak agar sang ibu mendahului bapak dan kita semua. Anak bapak perempuan, sehat, dan lahir dengan normal."

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," tak kuasa air mataku langsung tumpah.
"Silakan kalau bapak mau masuk ke dalam," suster itu menutup percakapan kami.

Berat langkahku menuju ke tubuh Maya yang jiwanya telah menunaikan janji untuk kembali kepada Rabbnya. Tubuh dan jiwa yang belum lama terpisah itu telah menorehkan berjuta memori dalam kehidupanku. Tubuh dan jiwa yang selama ini menjadi penopangku, penghapus kerinduanku, tempat berbagi kesenangan dan kasih sayang, juga mencurahkan segala duka yang menimpa.

Pandanganku makin kabur oleh air mata ketika jarak kami kurang dari satu meter. Beginikah merasakan sebuah kehilangan atau lebih tepatnya terpisah dari yang selama ini kita rasakan sebagai milik kita? Buru-buru aku beristigfar, bukankah Allah yang lebih berhak mengambil yang memang milik-Nya? Kita tidak memiliki hak sedikit pun untuk menolaknya! Bukankah lafal innalillahi wa inna ilaihi rojiun yang tadi keluar dari bibirku merupakan manifestasi dari kesadaran ini! Bukankah isi doaku tadi adalah bentuk kepasrahan atas apa pun keputusan-Nya! Begitulah pertanyaan-pertanyaan itu timbul begitu saja yang membuat lisanku semakin memperbanyak memohonkan tobat atas kekeliruanku beberapa detik yang lalu.

Kupandangi wajah Maya lekat, dadaku semakin bergemuruh. Potongan-potongan mozaik memori tentang Maya tiba-tiba berkeliaran di atas kepalaku. Lalu ada suara yang hanya terdengar oleh telingaku yang mengingatkan bahwa aku tidak boleh larut dalam suasana kesedihan ini karena hanya akan memberatkan jiwa yang baru saja dicabut Izroil ini. Hatiku kemudian melakukan monolognya dalam diam, aku ikhlas ya Rabb.

Kemudian doaku mengalir, "Ya Allah, terimalah dia di sisi-Mu sebagai hamba yang berserah diri, sebagai istri yang tidak pernah membangkang pada suaminya, sebagai ibu yang mengorbankan jiwanya untuk anaknya, sebagai syahidah yang akan menjadi bidadariku di surga-Mu kelak. Kumpulkanlah kami kembali bersama orang-orang yang kami cintai, bersama rasul-Mu, bersama orang-orang yang takwa kepada-Mu. Kabulkanlah ya Rabb, amin."

Kuedarkan pandanganku ke penjuru ruangan ini. Ada, itu dia bayiku! Kudekati baby box dengan hati yang tetap basah. Subhanallah-subhanallah-subhanallah tak berhenti aku menyucikan nama-Mu. Wajah cilik ini, matanya, hidungnya, bibirnya, tidak ada yang berbeda dengan milik Maya, ibunya! Lihat, dia tersenyum padaku! Allahu akbar! Senyum inilah yang bagiku mengalahkan monalisa dalam lukisan yang melegenda itu! Sangat identik! Inikah rencana-Mu ya Allah...

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati