Medy Kurniawan
http://www.lampungpost.com/
MASIH ada segenggam kebahagiaan dalam diriku. Kebahagiaan yang selalu diiringi aliran air mata kerinduan akan hadirnya bidadari-bidadari tercinta dalam peristirahatan yang kekal kelak. Semakin basah hatiku oleh tangisan-tangisan jiwa, pengharapan yang tak pernah lelah akan datangnya cinta.
Dari dalam ruang tengah kudengar suara Maya, istriku, "Adek makannya yang banyak ya. Biar cepet gede dan bisa main dengan umi sama abi. Trus kita belajar ngaji, salat berjemaah, juga nangis bareng-bareng dalam munajat. "Sambil mengelus-elus perut yang semakin membesar, Maya terus saja berceloteh seakan sedang berkomunikasi langsung dengan janin yang dalam hitungan hari lagi akan menghirup udara dunia.
Memperhatikan perilaku Maya, aku hanya bisa tersenyum geli dan tentu saja ada bahagia di sudut hatiku ini. Bukankah sebuah perasaan yang tidak berlebihan karena bagi kami ini adalah sebuah penantian, ujian kesabaran dalam perkawinan yang hampir menginjak tahun ke delapan berupa kehadiran amanah Allah, ananda tercinta. Makhluk sombong manakah yang berani menolak kehadiran buah hati yang dengan keberadaannya kehidupan berumah tangga akan semakin berwarna. Warna-warni dalam kanvas kehidupan dalam bingkai takwa.
Betapa aku teringat hari-hari sebelum kehamilan Maya ini. Waktu yang begitu sepi. Aku yang selalu berada dalam rutinitas pekerjaanku larut dalam kesibukan dalam upaya melepaskan diri dari tekanan-tekanan opini negatif, baik dari keluarga besar ataupun dari tetangga. Apalagi Maya yang berkutat di rumah sembari menekuni bisnis rumahan, membayangkan pun aku tak sanggup bagaimana beban perasaannya ketika selalu ditanyakan perihal anak.
Bila pada tahun-tahun pertama pernikahan kami mungkin belum terlalu menjadi masalah, tapi ketika tahun ke tiga, ke empat, ke lima bahkan ke enam penantian itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan kehadiran bayi kecil kami, hal yang sangat manusiawi kalau akhirnya kesedihanlah yang melanda.
Aku dan Maya hanya bisa berpasrah dan memiliki persepsi positif kepada Sang Maha Memberi. Mungkin kami adalah makhluk yang dipilih untuk menjalankan cobaan ini karena dinilai mampu untuk melewatinya. Oleh sebab itu, kami tidak pernah lelah menanti, mengadukan dan memohon dalam doa-doa di atas sajadah kami yang selalu basah oleh bulir-bulir bening dari mata kami tiap malamnya. Ini juga yang selalu menguatkan dan memberikan pancaran semangat batin yang luar biasa serta bentuk ketabahan untuk tidak egois dalam menyikapi alunan lirik-lirik kehidupan yang terus berputar walaupun tetap saja sebagai manusia biasa kesedihan itu tidak bisa sirna sepenuhnya.
"Umi lucu ya, dek. Masa adek lagi tidur diomelin," suaraku mengagetkan Maya.
"Ih, Abi itu yang lucu, belum lahir juga udah diajak ngobrol!" Maya menimpali.
Serentak kami terpingkal memecah keheningan malam. Tawa bahagia yang sudah lama tidak hadir di tengah-tengah kami.
02.30 dini hari.
"Bi, salat yuk. Bangun dong, nanti ga dapet doanya malaikat loh. Adek, bangunin abi gih. Abi-Abi, bangun dong." Maya menirukan suara anak-anak sembari memegangkan tanganku pada perut besarnya.
"Adek mau salat juga?" tanyaku dengan suara manja.
"Ih. Abi! Bangun dong!" Maya sok galak.
"Iya, iya. Abi bangun nih."
Dengan langkah berat kuayunkan kakiku ke kamar mandi. Saat kubasuh setiap mili anggota tubuh ini, kurasakan sejuknya air yang seakan-akan melunturkan kotoran-kotoran dosa yang turut mengalir bersama air wudu.
Rakaat kedua baru saja selesai. Sepintas kuamati wajah Maya yang terbungkus rapi dengan mukena. Sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Wajahnya teduh dan meneduhkan siapa saja yang menatapnya, tanda penyerahan jiwa yang tulus. Sebuah bentuk kesadaran pada kesalahan yang tak perlu terulang. Keanggunannya terbias mengalahkan senyum Monalisa dalam lukisan yang melegenda itu.
Kami lalui rakaat demi rakaat dalam kekhusyukan yang berteman dingin malam. Hingga tak terasa subuh sudah mengintip dari lorong sang waktu. Aku pamit untuk salat subuh di masjid sebelum sempat terdengar suara azan.
"Zikirnya jangan lama-lama ya, Bi. Umi merasa ini sudah waktunya."
"Insya Allah." Kutinggalkan Maya sendiri yang dengan matanya terus mengikuti langkahku sampai kejauhan.
10.05
Semakin gelisah aku memandangi waktu yang terus berlari di pergelangan tanganku. Seorang bapak di sampingku hanya tersenyum tipis melihat kegelisahanku ini. Aku sudah mengalaminya beberapa kali, mungkin demikian kata hati sang bapak kepada diriku. Tiga orang anak di sampingnya. Yang tertua kurang lebih usia siswa SMA, sedangkan yang kedua dan ketiga masih umur anak SD kelas V dan III. Beberapa menit yang lalu kami terlibat dalam percakapan yang cukup akrab, tapi belakangan ia membiarkanku larut dalam pikiran dan gelisahku sendiri. Ingin rasanya menemani Maya dalam kesakitannya, menguatkan hatinya. Tapi wajah yang pasrah itu memohon kepadaku untuk menunggu di luar karena ia tidak ingin membuatku ikut merasakan derita. Hampir lupa, aku belum duha.
Setelah berpamitan dengan si bapak, aku melangkahkan kaki ke musala rumah sakit ini. Aku harus membantu Maya dengan cara yang lain, yang mungkin justru kekuatannya lebih kuat daripada kehadiranku di sisinya, doa.
Kupasrahkan diriku tunduk kepada-Nya dalam setiap rakaat. Kurasakan zikir alam semesta yang juga tak kuasa untuk melakukan prosesi sembah. Kurasakan sinar matahari di pagi hari, bulan yang setia mengiringi bumi, siang dan malam dengan rutinitasnya, kekayaan bumi, keluasan langit. Dan tak kutemukan satupun alasan untuk berbuat ingkar kepada Yang Mahatinggi. Semakin terlarut dalam semua itu, semakin aku merasa kecil sebagai seorang makhluk dan semakin berpasrah juga akan apa pun yang akan terjadi pada istri dan anakku.
"Ya Allah, hamba menyerahkan segala urusan hanya pada-Mu. Hidup mati kami, keselamatan istri dan anakku berada di tanganmu sepenuhnya. Tiada kuasaku sedikit pun untuk berpaling dari keputusan-Mu. Namun kiranya hamba memohon suatu kebahagian yang lengkap, mohon agar Engkau memberikan kami kesempatan untuk berkumpul sejenak di dunia-Mu dalam rangka saling membagi kasih sayang dan cinta dalam koridor keridaan-Mu. Kalaupun Engkau berkehendak lain, hamba rela apabila kami hanya bisa berkumpul di alam-Mu yang kekal kelak, amin." Kututup doaku dengan mengusap linangan air mata yang membasahi pipiku sedari tadi. Aku harus membasuh wajahku sebelum bertemu Maya di ruang persalinannya agar terlihat tegar.
Bismillahirrohmaanirrohiim. Kutinggalkan musala untuk kembali ke ruang persalinan. Kulihat bapak teman ngobrol tadi masih dengan ketiga anaknya. Serta-merta ia menyambutku dengan berita gembira darinya. "Alhamdulillah, Pak, anak dan istri saya selamat," katanya. Aku mengangguk dan memberikan seyumku yang tidak direkayasa.
"Mohon doanya untuk keselamatan istri dan anak saya juga, ya Pak."
"Insya Allah."
Kukeluarkan MP3 player dari sakuku. Headset kupasang di telinga. On, select menu, select folder Alquran, select file Q.S. 55 (Ar-Rahmaan), play. Mulai terdengar suara merdu Syekh Abdullah Al Mathroed melantunkan ayat-ayat suci. Sejuk hatiku menyimak ayat per ayat. Belum sampai ayat ke sepuluh, terdengar suara seseorang memanggil namaku.
"Suami dari ibu Maya?" suara tersebut terdengar lagi.
"Saya suster," aku mengacungkan tangan cepat-cepat seperti waktu SMP dulu ketika berebut pertanyaan dari guru biologi.
"Benar Anda suami dari Ibu Maya?" perawat wanita berseragam putih-putih itu mengulangi pertanyaannya.
"Benar saya, Sus. Bagaimana keadaan istri dan anak saya Suster?" hatiku diliputi penasaran.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Maaf, Pak, kami sudah berusaha dengan keras, tapi takdir Allah berkehendak agar sang ibu mendahului bapak dan kita semua. Anak bapak perempuan, sehat, dan lahir dengan normal."
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," tak kuasa air mataku langsung tumpah.
"Silakan kalau bapak mau masuk ke dalam," suster itu menutup percakapan kami.
Berat langkahku menuju ke tubuh Maya yang jiwanya telah menunaikan janji untuk kembali kepada Rabbnya. Tubuh dan jiwa yang belum lama terpisah itu telah menorehkan berjuta memori dalam kehidupanku. Tubuh dan jiwa yang selama ini menjadi penopangku, penghapus kerinduanku, tempat berbagi kesenangan dan kasih sayang, juga mencurahkan segala duka yang menimpa.
Pandanganku makin kabur oleh air mata ketika jarak kami kurang dari satu meter. Beginikah merasakan sebuah kehilangan atau lebih tepatnya terpisah dari yang selama ini kita rasakan sebagai milik kita? Buru-buru aku beristigfar, bukankah Allah yang lebih berhak mengambil yang memang milik-Nya? Kita tidak memiliki hak sedikit pun untuk menolaknya! Bukankah lafal innalillahi wa inna ilaihi rojiun yang tadi keluar dari bibirku merupakan manifestasi dari kesadaran ini! Bukankah isi doaku tadi adalah bentuk kepasrahan atas apa pun keputusan-Nya! Begitulah pertanyaan-pertanyaan itu timbul begitu saja yang membuat lisanku semakin memperbanyak memohonkan tobat atas kekeliruanku beberapa detik yang lalu.
Kupandangi wajah Maya lekat, dadaku semakin bergemuruh. Potongan-potongan mozaik memori tentang Maya tiba-tiba berkeliaran di atas kepalaku. Lalu ada suara yang hanya terdengar oleh telingaku yang mengingatkan bahwa aku tidak boleh larut dalam suasana kesedihan ini karena hanya akan memberatkan jiwa yang baru saja dicabut Izroil ini. Hatiku kemudian melakukan monolognya dalam diam, aku ikhlas ya Rabb.
Kemudian doaku mengalir, "Ya Allah, terimalah dia di sisi-Mu sebagai hamba yang berserah diri, sebagai istri yang tidak pernah membangkang pada suaminya, sebagai ibu yang mengorbankan jiwanya untuk anaknya, sebagai syahidah yang akan menjadi bidadariku di surga-Mu kelak. Kumpulkanlah kami kembali bersama orang-orang yang kami cintai, bersama rasul-Mu, bersama orang-orang yang takwa kepada-Mu. Kabulkanlah ya Rabb, amin."
Kuedarkan pandanganku ke penjuru ruangan ini. Ada, itu dia bayiku! Kudekati baby box dengan hati yang tetap basah. Subhanallah-subhanallah-subhanallah tak berhenti aku menyucikan nama-Mu. Wajah cilik ini, matanya, hidungnya, bibirnya, tidak ada yang berbeda dengan milik Maya, ibunya! Lihat, dia tersenyum padaku! Allahu akbar! Senyum inilah yang bagiku mengalahkan monalisa dalam lukisan yang melegenda itu! Sangat identik! Inikah rencana-Mu ya Allah...
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 28 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar