A Rodhi Murtadho
http://rodhi-murtadho.blogspot.com/
Sampah? Sudah melebihi jajaran pegunungan, bahkan sudah punya keinginnan untuk membentuk galaksi. Mengalahkan Bima Sakti. Entah mulai kapan keinginan itu mulai tercipta. Yang pasti sejak mereka mampu membentuk planet sampah lengkap dengan satelitnya.
Aku tak tahu bagaimana mereka berkomunikasi. Keakraban muncul. Berkembang biak tanpa perkawinan yang berarti. Yang aku tahu keinginan mereka, dalam kacamata mereka, baik dan tulus dari hati nurani. Menggalang persatuan demi mewujudkan cita-cita mereka.
“Bagaimana kita bisa berkembang biak cepat di bumi ya?” ucap salah satu sampah yang menyerupai botol, “padahal manusia sangat punya keinginan memusnahkan kita.”
“Itu gampang,” kata salah satu sampah yang hancur, tak berbentuk, tak menyerupai apapun, “kita bisikkan pada industri untuk membuat kemasan yang tidak bisa didaur ulang dan tidak mudah terurai oleh bakteri. Seperti diriku yang kian hari makin hancur oleh bakteri sialan ini. Bentukku sungguh menyedihkan.”
“Ya…ya. Boleh juga. Lantas bagaimana tentang rencana kita untuk menyingkirkan manusia dari bumi.”
“Tentu saja akan kita lakukan. Semua koloni seantero jagad juga sudah siap. Tinggal mengatur strategi saja.”
Aku bahkan tidak percaya, langkah mereka sudah sedemikian jauhnya. Bahkan manusia yang menciptakan mereka, ingin mereka singkirkan. Apalagi dengan rencana mereka yang ingin berkembang biak besar-besaran. Makin membuatku khawatir.
Manusia memang hanya mampu berpikir tanpa bisa mewujudkan pikiran itu. Sementara mereka, sampah, bisa mewujudkan keinginan mereka dengan setiap tidakan yang dilakukan manusia. Layaknya dapat dikatakan bahwa mereka sudah memiliki setiap diri mereka sendiri. Sedangkan manusia hanya memiliki sampah dari dirinya.
Bahkan pikiran yang seharusnya menjadi kelebihan dan kebanggan manusia, sekarang, menjadi sampah. Pikiran sampah. Tak pernah terdengar, tercampakkan yang pasti, kegemilangan dari kecerdasan pikiran. Semua hanya mampu menciptakan sampah baru.
Kuberanikan diriku menghadap pada jutaan sampah. Dalam keadaan sedang diskusi dan menyiapkan strategi. Dengan sedikit risih yang muncul. Kulihat di jajaran sampah pemandangan yang tak lulus sensor. Tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Tak juga kaget dengan kedatanganku.
Leleran cairan hasil hubungan mereka pun tercecer tak tertampung. Cairan yang seharusnya berada dalam rahim. Menjadi calon orok. Kupahami itu karena aku tahu kalau mereka hanya memiliki kelamin tanpa rahim. Sungguh pemandangan yang luar biasa biadabnya menurut orang-orang suci.
“Hai sampah! Jangan kau terlalu berani pada manusia. Manusia juga punya rencana menghancurkan kalian,” ucapku, “bukan hanya menyerahkan kalian pada bakteri saja, tapi lebih dari itu kalian tidak akan bisa berkembang biak karena akan kuciptakan sendiri kemasan atau benda yang bisa dipakai lagi dan tidak akan dibuang.”
“Bagaimana kau akan melakukan?” jawab salah satu sampah yang hampir tidak berbentuk, yang tadi bercakap dengan botol sampah, “kami tahu itu akan hanya ada dalam pikiranmu. Atau paling tidak, jika terwujud hanya akan ada padamu saja. Kami akan tetap berkembang biak melalui pikiran dari manusia lainnya bukan kau tentunya.”
“Kau akan kubakar!”
“Dengan apa kau akan membakarku? Kalau kau membakarku tentu dengan mudah aku menjadi sampah baru. Sampah udara. Dengan mudah aku dapat berkembang biak. Membuat sampah baru lagi. Sampah manusia.”
“Bagaimana caranya? Kau hanya sampah dan bagaimana kau bisa menjadikan manusia sebagai sampah. Bukankah sampah tetap menjadi sampah dan manusialah yang menghasilkanmu.”
“Aku hidup. Ya, karena aku hidup sekarang. Dengan bentukku sekarang, kusengat penciuman manusia. Dan kalau kau bakar aku, aku dengan mudah dapat masuk ke paru-paru manusia, aliran darah, jantung, otak, bahkan setiap lubuk hati manusia. Manusia akan lumpuh, tak punya perasaan lagi. Yang akan menjadi sampah kami berupa tubuh yang sudah ditinggalkan rohnya. Atau tubuh yang sudah ditinggalkan otak dan pemikiran tentang kami.”
Tumpukan-tumpukan sampah berloncatan di hadapanku. Memperlihatkan diri kalau mereka hidup. Sempat aku terheran. Bagaimana mereka hidup? Sementara mereka hanya barang mati tak berharga. Bentuk mereka pun tak pantas dikatakan sebagai makhluk hidup. Siapa yang memberi mereka nyawa? Atau mereka hidup dari baterai atau semacamnya tapi tak kulihat itu pada diri mereka.
“Hai sampah,bagaimana kau hidup?” tanyaku.
“Aku hidup dari pikiran manusia, nyawa kami dari hasil pemikiran yang dituangkan pada diri kami.”
“Lantas, semangatmu?”
“Kami dapat semangat juga dari pemikiran manusia. Selain dari perasaan senasib kami, sesama sampah, bertemu dengan saudara-saudara yang lain di tempat manusia mempertemukan kami.”
Semakin terperangah aku dibuatnya. Bagaimana mungkin sampah mempunyai perasaan. Punya semangat juang. Sementara manusia saja kadang-kadang tidak mempunyai perasaan. Tidak punya semangat juang untuk membasmi sampah-sampah ini.
Aku merasa semakin terpojok dengan sampah-sampah ini. Tak heran kalau mereka sudah bisa membentuk gunung. Planet dan satelitnya. Lantas bagaimana jika mereka menyerangku? Apa yang bisa kulakukan? Untuk lari pun tak mungkin. Karena setiap memandang hanya kutemukan sampah. Tanah yang kuinjak layaknya berubah menjadi lautan sampah.
“Ehmmm…,Tuan Sampah, bagaimana kalau manusia dan sampah saling berdamai? Hidup berdampingan, saling membantu, dan bertenggang rasa.”
“Tidak bisa. Manusia sudah memperlakukan kami tidak sewajarnya.”
“Maksud, Tuan?”
“Kau lihat sendiri, kami dibuang ke angkasa luar setelah bumi tak mampu lagi menampungnya. Untungnya kami bisa membentuk jajaran planet. Jadi kami bisa hidup. Enak saja mau damai! Kami akan menumpas habis manusia, mengusirnya dari bumi.”
“Ke mana Tuan akan mengirim kami?”
“Jelas ke angkasa luar. Sama seperti mereka mengirim saudara-saudara kami. Biar merasakan betapa tidak enaknya hidup di luar orbit.”
Gundukan-gundukan sampah mulai berdiri. Mengelilingiku. Nyalang mata mereka penuh emosi. Kepalan tangan mereka memaksaku memperbesar rasa takutku yang ada.
Aku mulai berpikir kalau mereka ada dan hidup seperti saat ini. Atau keinginan mereka untuk menyingkirkan manusia itu benar adanya. Barisan mereka yang kuat semata-mata disebabkan kelalaian kami. Menganggap remeh sampah. Aku teringat ketika koloni mereka tak begiu banyak. Mereka tak punya kekuatan. Tapi tata ruang tempat tinggal kami memberi peluang mereka berkembang pesat. Kebiasaan kami, membuang mereka sembarangan, sering dimanfaatkan mereka.
“Eh…, begini,” tubuhku mulai bergetar, “Tuan Sampah bagaimana kalau Tuan kami pergunakan lagi.”
“Manusia? Menggunakan sampah? Untuk apa? Dan mana mungkin? Kami tahu kebiadaban manusia. Penginkaran-pengingkaran yang mereka lakukan. Bahkan sesama manusia. Menciptakan lingkungan tanpa kami katanya. Mana buktinya? Semuanya hanya omong kosong. Apalagi janjimu seorang diri. Bagaimana kami bisa percaya?”
“Lantas mau Tuan apa?”
“Manusia harus menjadi budak kami!”
“Mana mungkin Tuan. Kami sebenarnya yang diciptakan Tuhan untuk lebih berakal. Bukan sampah. Itu tak mungkin terjadi karena derajat kami sebenarnya lebih tinggi dari sampah.”
Gundukan-gundukan sampah mulai menghantamku. Memegang erat tubuhku. Bahkan ada yang sempat masuk ke dalam tubuhku melalui rongga hidung, mulut, telinga, anus. Aku mersakan otakku diremas sampai pecah. Darahku pun mulai muncrat keluar. Jantungku mereka keluarkan. Bahkan seluruh isi perut sampai terburai keluar. Hatiku pun mereka sayat-sayat menjadi potongan kecil-kecil. Sampai kudapati diriku sudah menjadi sampah.
Gresik, 17 April 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 26 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar