Sobirin Zaini
http://www.riaupos.com/
Bukan dua tiga kali kejadian hamil di luar nikah terjadi di kampung itu. Kalau dihitung-hitung, sudah berkali-kali pula. Simaklah, sejak Inah anak Wak Kajan, yang tiba-tiba perutnya berisi sepulangnya dari Batam. Begitu juga Ani anak Wak Salman, perutnya buncit setelah sepulangnya Inah.
Dua tahun belakangan ini sudah jadi musim anak-anak muda kampung itu pergi mencari kerja ke pulau sejumput itu. Karena memang kondisi ekonomi sangat memrihatinkan. Setamat SMA, mereka hijrah beramai-ramai setelah ada satu anak perempuan kampung itu yang nampaknya berhasil bekerja di sana. Pulang saat lebaran dengan berbagai hiasan di leher dan tangan. Dan bukan hanya anak-anak perempuan, anak-anak lelaki juga. Mereka biasanya bekerja di sebuah pabrik elektronik, atau di perusahaan galangan kapal yang gajinya memang cukup menggiurkan. Kalau sudah begitu, anak-anak lelaki yang bekerja di sana biasanya pulang dengan motor baru.
Tapi itu pula masalahnya. Karena kondisi lingkungan di kota industri itu cukup tak terkendali, mereka terjebak dengan pergaulan yang tak ada batas. Yang pulang dari sana bukan hanya berhasil membawa perhiasan dan motor baru, tapi juga penduduk kampung yang baru. Yang tak menarik lagi, “jantan” yang membuat ulah itu bukanlah orang lain, orang sekampung juga. Karena kabarnya, mereka memang bekerja dan tinggal di lingkungan yang sama.
Bawa aranglah mereka ke kampung itu untuk dibubuhkan ke wajah orang tuanya. Bukan sekali dua, setelah itu, kejadian serupa terjadi lagi. Alahmak, tak cukup sekali rupanya orang-orang kampung itu merasakan arang hinggap di wajah mereka. Simak saja runtutan kejadian setelah itu, Eci hamil karena Jaki, Intan hamil karena Antan, Suri karena Mali dan terakhir Jamilah anak Wak Timin sendiri, penghulu kampung yang selama ini disegani juga mengalami kejadian serupa. Astaghfirullah!
***
Kabar itu akhirnya sampai juga di telinga Alung. Sore tadi, saat baru saja ia menginjakkan kaki di teras rumahnya sepulang mengajar, tiba-tiba ponselnya berdering. Abahnya, Wak Haji Leman dari kampung menelepon dan meminta ia segera pulang.
“Kalau menurut Abah, kau memang harus balek, Lung. Dah kacau betul nampaknya kampung kita ni. Kau masih ingat kan? Tak sampai rasanya sebulan lalu Abah cerita pada kau tentang kejadian itu, ha, sekarang dah terjadi lagi. Beruntun pula,” ucap Abahnya lewat telepon sore itu. Abahnya memang tampak emosional, itu dapat ditangkap Alung dari suara dengan logat Melayu-nya yang kental itu. Meninggi dan terasa menghentak-hentak di telinga Alung.
“Ya, ya, Abah. Aku akan segera balek. Dan seperti biasa aku berikan ceramah dan nasihat itu. Tapi abah tahulah sendiri bagaimana kerjaku di sini. Sekarang orang sedang aktifnya kuliah. Tak mungkin rasanya aku tinggalkan mahasiswa itu. Tugas berceramah di sana-sini pun lagi banyak. Tapi beginilah, aku pikir, kalau setakat sehari dua, mungkin aku dapat minta izin. Sekarang hari apa, Bah?” Ucap Alung tegas menanggapi aduan abahnya itu dan bertanya hari kepada abahnya.
“Ini hari Rabu,” jawab abahnya singkat.
“Okelah, Bah. Besok pagi aku segera balek, setelah aku ke kampus dulu dan menyelesaikan beberapa administrasi untuk izin itu. Karena besok hari Kamis, Abah siapkan segala sesuatu di sana untuk malam Jumatnya. Masih ada kan baca yasin bersama setiap malam Jumat di surau tu, Bah?” Ujar Alung lagi dan bertanya kepada oang tua di seberang itu.
“Masih. Ya, masih, Lung,” jawab abahnya.
“Ya, jadi acara ceramah itu kita adakan setelah baca yasin bersama. Bagaimana, Bah? Suai?” Sambut Alung minta persetujuan. Abahnya setuju. Percakapan dua anak-beranak itu pun tampak selesai di situ. Alung segera masuk ke dalam rumah. Sepatunya yang tadi belum sempat ia buka kini dibuka dan diletakkan di rak yang ada di sebelah pintu.
***
Sudah hampir menjadi kebiasaan memang. Saat ada masalah yang agak ganjil di kampung itu, Alung anak Wak Haji Leman selalu diundang untuk pulang dan memberi ceramah kepada orang-orang kampung. Wajarlah pula, tak banyak orang-orang muda kampung yang seperti Alung. Bahkan mungkin dapat dikatakan hanya dia satu-satunya.
Alung anak Wak Haji Leman itu, belum sampai umur 30 tahun telah menyandang gelar doktor di bidangnya. Ia lulusan jurusan dakwah di sebuah perguruan tinggi Islam di Pekanbaru. S1-nya hanya butuh dua tahun setengah ia selesaikan. Setelah itu langsung ia lanjutkan pendidikan S2 di perguruan tinggi yang sama. S2 ini dapat ia selesaikan tepat waktu dengan predikat memuaskan. Sampailah ia kuliah S3 di luar negeri, tepatnya di Universitas Alazhar Kairo, Mesir. Karena prestasi di jenjang pendidikannya itu, setamat kuliah, dia langsung direkrut menjadi tenaga pengajar di almamaternya. Lengkaplah. Ya, lengkaplah Alung sebagai anak muda satu-satunya di kampung itu yang dikatakan berhasil dan dapat menjadi contoh anak muda yang lain. Bahkan kini Alung tak hanya dikenal sebagai dosen termuda yang ada di salah satu perguruan tinggi Islam kota itu, dia juga dikenal luas masyarakat sebagai penceramah agama yang menarik dan memikat.
Ah, tentu saja, bagi orang-orang kampungnya sendiri, orang seperti Alung dianggap langka dan selalu dibanggakan. Karena memang tak banyak pula penceramah di kampung itu, yang rasanya ilmu dan cara penyampaiannya seperti Alung. Penceramah sebelum ini yang diundang memang orang-orang yang sudah lama berkecimpung di dunianya. Hanya saja mereka rata-rata lulusan S1 dan berasal dari kampung sebelah. Maka, pikir-pikir, seperti yang pernah disampaikan abahnya setelah berbual-bual di surau beberapa waktu lalu, kenapa harus mengundang orang luar kalau ada anak kampung sendiri yang tak kalah kurangnya? Sejak itulah, Alung selalu memberikan ceramah di surau kampung, baik saat ia pulang lebaran, ketika sesekali pulang karena rindu dengan abah, emak dan adik-adiknya, atau memang sengaja diundang ketika ada masalah pelik seperti ini.
***
Senja itu, suasana di kampung tampak lengang. Hanya satu dua orang melintas di jalan berdebu yang diapit dua parit itu. Alung baru saja dari kamar mandi. Ia mandi dan berwudhu setelah sampai dari Pekanbaru. Setelah sebelumnya sempat berbual panjang melepas rindu dengan abah dan emaknya.
Sesuai runding Alung dan abahnya lewat telepon saat ia masih di Pekanbaru, rencana memberikan ceramah di surau ingin segera dilaksanakan. Karena waktu azan maghrib juga sudah hampir tiba. Abahnya nampak bersiap-siap dengan baju kurung dan kopiahnya di ruang tengah. Jarak dari rumahnya ke surau kampung itu memang tak jauh sangat. Hanya butuh beberapa langkah saja. Alung juga sudah bersiap, sementara abahnya menunggu di teras rumah. Mereka pun segera berangkat.
Tapi, seperti ada yang tak biasa di surau petang itu. Abahnya sempat membatin dan coba mengingat-ingat, kenapa hanya Wak Hasan imam surau dan Wak Jumin saja yang nampak dalam surau itu? Padahal pagi tadi dia sudah sampaikan kepada Wak Hasan bahwa hari ini Alung balek dan memberikan ceramah setelah baca yasin bersama. Tapi kenapa sampai azan maghrib, orang-orang kampung yang biasa datang tak nampak batang hidungnya? Pasti ada yang tak kena, pikir Wak Haji Leman. Ditengoknya sekilas wajah Alung di sebelahnya, ternyata anaknya itu juga tak bersenyum dan heran. Apalagi, dua orang tua yang ada dalam surau itu tak seperti biasa. Tak ada uluran salam dan menanyakan kabar pada Alung yang baru datang dari Pekanbaru itu.
“Ada apa ni Wak. Mana jamaah kita yang lain?” Sergah Wak Leman pada Wak Hasan sesampainya ke dalam surau. Wak Jumin yang ada disampingnya malah seperti tak dengar dengan pertanyaan Wak Leman. Sementara Wak Hasan sendiri tampak bersalah dan kesusahan menjawab pertanyaan itu.
“Itulah, Wak. Sebenarnya tadi sudah saya sampaikan pada sebagian jamaah yang ada di pesta pernikahan anak penghulu kampung tu. Tapi entah kenapa pula tak ada yang datang malam ni,” jawab Wak Hasan tampak segan dengan Alung yang berdiri di samping Wak Haji Leman. Semula Alung diam saja, tapi lama-lama dia ingin menyampuk juga.
“O, jadi tadi ada pesta pernikahan ya, Wak? Siapa yang nikah? Kalau anak penghulu kampung berarti Jamilah itu. Hai, anak baru seumur jagung?” tanya Alung kemudian terkesan menyelidik pada Wak Hasan imam surau itu.
“Ya, Lung. Jamilah tulah, siapa lagi. Dah terlanjur bunting, Lung!” jawab Wak Hasan santai meski nampak agak kesal.
Aduh, gumam Alung kemudian setelah mendengar jawaban itu. Tiba-tiba nyeri di ulu hatinya terasa lagi. Bukan hanya berita itu yang dari awal sudah membuat ia prihatin, tapi lebih dari itu, karena orang-orang tua yang menjadi jamaah baca yasin di surau itu pun tak datang. Alung tahu, semua ini pasti karena mereka sudah kelelahan setelah menggelar pesta pernikahan ‘pengantin hamil’ yang lama-lama dianggap biasa di kampung itu. Dan memang benarlah, setelah azan dikumandangkan dan mereka berempat sholat maghrib berjamaah, suasana di surau itu masih juga tampak lengang. Lengang.***
Pekanbaru, Akhir 2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 31 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar