Kamis, 01 Januari 2009

Jawa Timur dalam Konstelasi Peta Teater Indonesia

Rakhmat Giryadi*
http://teaterapakah.blogspot.com/

Dalam peta teater Indonesia, Jawa Timur selalu mendapatkan peran yang kurang menonjol. Kenyataan ini barangkali benar. Tetapi meski demikian, kalau kita melihat-lihat sejarah, Jawa Timur memiliki andil terhadap perkembangan teater Indonesia. Catatan yang saya kumpulkan dari data yang berserak ini barang kali bisa dijadikan bayangan keberadaan teater Jawa Timur dalam peta teater Indonesia hingga tahun 1980-an. Sehingga pertanyaan tentang jejak teater Jawa Timur bisa terjawabkan.

Memang benar yang dikatakan Faishal dalam tulisannya di Jawa Pos Minggu 12 Desember 2004, bahwa pada masa kejayaan kelompok sandiwara Orion, di Sidoarjo pada tanggal 21 Juni 1926 berdiri kelompok sandiwara Dardanella. Sandiwara yang didirikan oleh Willy Klimanoff alias A. Piedro ini bertujuan menyaingi kepopuleran Orion. Kalau Orion menjadi terkenal karena bintang panggungnya Miss Riboet, maka di Dardanella yang terkenal adalah Tan Tjeng Bok. Tan Tjeng Bok dikenal sebagai pemain pedang yang tangguh, sehingga banyak digemari penonton. Dia sangat dikenal sebagai pengejawantahan bintang film Amerika, Dauglas Fairbank. Memang, dalam pertunjukan Dardanella selalu didahuli dengan reportoar film-film barat (Amerika) dan film-film roman yang banyak mengetengahkan adegan permainan pedang.

Dua kelompok ini bersaing secara ketat. Mereka melakukan ‘perang teater’ melalui promosi besar-besaran lewat poster-poster yang dipasang di surat-surat kabar, majalah, dan propaganda di jalan-jalan. Dalam persaingan ini Orion harus menyerah pada Dardanella. Bahkan pada perkembangan selanjutnya, Nyoo Cheong Seng penulis naskah Orion bersama istrinya, menyeberang ke Dardanella.

Mengapa Dardanella lebih bisa bertahan dari Orion? Kelompok Dardanela boleh dikatakan pembaharuan dari Orion. Dardanella berani memasukan cerita-cerita yang problimatik dan pendukung-pendukungnya rata-rata para kum terpelajar. Masa kejayaan kelompok Dardanella selama 10 tahun. Setelah mereka berhasil keliling ke Cina, Siam, Burma, India, Tibet, dan Eropa, kelompok ini pecah. Kelompok yang telah bekerja secara professional ini berakhir sampai masa penjajahan Jepang.

Di luar grup profesional seperti Dardanella, kaum terpelajar di Surabaya memiliki kelompok teater amatir ‘Bintang Surabaya’. Bintang Surabaya pada jaman Jepang ini lebih mementingkan aspek estetik teater modern. Bintang Surabaya banyak belajar pada konsep pertunjukan teater modern yang berkembang di Eropa. Inilah yang membedakan Dardanella yang cenderung ngepop bila di bandingkan dengan Bintang Surabaya yang lebih menekankan pada estetika pertunjukan.

Sejak masa itu kegiatan teater di Jawa Timur tidak surut. Ini terbukti pada masa pusat pemerintahan Indonesia berpindah ke Yogyakarta 1946, dalam catatan buku Kepingan Riwayat Teater Kontemporer di Yogyakarta 1950-1990 seniman teater kontemporer aktif menjalin komunikasi dengan seniman teater di Surabaya salah satunya bernama Djamaludin. Bahkan pada sekitar tahun 1952-1954, di Surabaya berlangsung Festival Seni Drama Surabaya. Festival yang berifat amatur ini dikritik oleh Sukarno Hardian dengan mengatakan bahwa para pemain drama amatir belum paham tentang teknik bermain drama. Kritik ini didasarkan pada kekuatan naskah yang dibuat oleh kelompoknya sendiri. Festival ini dinilai olehnya telah merusak apresiasi penonton.

Meski dimikian perkembangan teater modern mau tidak mau terus berkembang ditangan kaum terpelajar. Dalam konggres kebudayaan I di Magelang tahun 1950, para peserta konggres bersepakat untuk membentuk pendidikan khusus teater dan film. Maka terbentuklah Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI) di Yogyakarta pada tahun 1954. Akademi ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi teater modern di Indonesia.

Sejak munculnya akademi ini, perkembangan teater Indonesia mengalami kemajuan. Pada masa itu, Indonesia mengalami zaman kemasan teater I. Penulis-penulis naskah bermunculan, di Surabaya sendiri Suparta Brata telah menjadi salah seorang penulis yang berhasil menjadi pemenang sayembara penulisan naskah di Jogjakarta 1958 dengan naskah berjudul Cinta dan Penghargaannya.

Dalam catatan-catatan yang saya miliki, beberapa tokoh teater di Jawa Timur pada masa tahun 1960-1970an telah dikenal dilingkungan para teatrawan di Jogjakarta yang pada masa itu dikenal gudangnya tokoh teater Indonesia. Tokoh Jawa Timur yang terkenal waktu itu, Sunarto Timur yang pernah memainkan Suara-Suara Mati (Dode Klanken) karya Manuel Van Logem dengan para pemain Deddy Sutomo, Neny Kusumawardani, dan Suparto Prajitno. Pementasan itu diselenggarakan oleh Lingkar Drama Mahasiswa UGM. Selain Sunarto Timur dalam acara itu WS. Rendra memainkan Kereta Kencana yang diadaptasi dari karangan Ionesco.

Dalam catatan buku itu, pada tahun 60-an Surabaya sudah memiliki Paguyuban Teater 60-Surabaya. Ini artinya pada masa itu di Surabaya –meski masih amatir- sudah banyak terdapat kelompok teater. Pada tahun 1976, ketika masa jayanya Bengkel Teater Rendra, sempat memainkan naskah Tuan Kondektur karya Emil Sanosa (penulis Malang) di Auditorium IKIP Malang. Bahkan ditahun yang sama, tanggal 20 Agustus, dramawan muda Yogyakarta, Untung Basuki, Yoyok, dan Merit Hendra yang hendak memainkan naskah Bui karya Akhudiat (dramawan Surabaya), dicekal polisi dengan alasan yang tidak jelas.

Pada tahun 1977, Sanggar Bambu Yogyakarta mengadakan ‘Duel Teater’ dua kota Yogyakarta dan Surabaya, di Senisono dengan mengangkat naskah yang sama, Bui karya Akhudiat. Yogyakarta diwakili Untung Basuki, Yoyok, dan Merit Hendra dan Surabaya diwakili oleh teater Merdeka Surabaya dengan sutradara Anang Hanani.

Pada Pertemuan Teater 80 di Jakarta, Akhudiat bersama teater Bengkel Muda Surabaya (BMS) mementaskan Syair, Bunga, dan Koran karya Akhudiat. Catatan ini menegaskan, bahwa sampai pada dasawarsa 80-an teater di Surabaya masih memiliki peran yang cukup berarti di peta teater Indonesia. Catatan selanjutnya pada masa 90-an, sudah banyak diketahui, teater Surabaya sedikit demi sedikit menghilang dari peta perteateran Indonesia. Sementara para generasi sebelumnya tidak sempat memikirkan regenerasi. Catatan yang barang kali tidak penting ini, hendaklah bisa menjadi bayangan betapa pada masa sebelumnya, Surabaya (Jawa Timur) telah memiliki tokoh dan kelompok teater yang tangguh. Lalu bagaimana generasi 90-an. Mampukah kita meneruskan catatan ini?

*) Penggiat teater tinggal di Sidoarjo

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati