Senin, 05 Januari 2009

MULUT

Weli Meinindartato

Mobil telah melaju meninggalkan daerah pegunungan tempat peristirahatan menuju jalur lalu lintas kota. Aku berada di dalamnya. Terdengar suara-suara yang terdengar jelas di telingaku. Bisikan yang aku sendiri tak tahu datang dari mana. Sepertinya menempel erat di telingaku. Hei kau! Siapa kau ini!

“Kesehatan menjadi sebuah berkah yang tak terkira, dan ketika sakit tak lagi dipandang hina. Sungguh kesakitan ini menjadi sangat berarti.”
Kemarin, sebelum aku sakit.

Aku telah terkapar dalam dunia yang penuh manusia binasa. Kuminum air liur mayat-mayat yang terbunuh oleh racun serangga. Air liurnya sedap .… gurih …. sungguh sesuatu yang menimbulkan ektase berlebihan yang sangat kubutuhkan. Ahhhh .... nikmat.

Tapi mulutku masih terngaga
Tak bisa mengecapnya
Lusanya.

Aku berniat memberi talak tiga bagi istri ketigaku yang baru saja melahirkan anak ketiga. Ia merayu dengan segala upaya agar aku urungkan niat untuk menceraikannya. Baru saja menginjak hari yang ketiga ia aku setubuhi dalam tiga menit lebih tiga detik. Tapi itu tidak menggoyahkanku untuk terus memberinya talak tiga istri ketigaku guna mempersunting janda berusia tiga belas tahun yang sedang kosong tiga bulan.

Aku sungguh perkasa
Kemarinnya lagi.

Seorang anak terlihat menjilati mangkok bubur nasi. Serasa ingin mengecap kaldu yang masih menempel. Kini, tersisa tinggal mangkok, sendok dan garpu beserta air liur dan endusannya.

Aku tertawa
Hah ….ha…….ha..
Tiga puluh menit setelah yang kemarinnya lagi.

Aku masih tertawa, Tak berhenti, Tak ingin berhenti, Mulutku ternganga. Aku gembira menertawakan. Mulutku terasa pegal.

Aku ingin berhenti tertawa. Tapi masih terasa lucu.
Aku tertawa.

Tak bisa berhenti tertawa.
Hah .... ha .… ha .…
Sebelum kemarinnya lagi,
Seekor babi yang memangsa anjing telah aku makan hanya dengan sekali telan. Aku bangga, telah kubalas dendam ini.

Kucing kurus mandi di dipan
Mandi di dipan
Mandi kucing di dipan!!
Istriku yang keempat mandi kucing di dipan
Di depanku ia mandi kucing
Di dipan !!

Dipan yang kubeli dari toko barang antik tiga belas tahun yang lalu, menjadi tempat mereka berdua mandi kucing. Kucing garong itu telah berani masuk ke rumahku.
Menyusuri jalan utama kota yang padat aktivitas. Berhenti di “rumah makan”. Aku hanya sekadar bersinggah, hanya sebentar. Lalu ku tinggalkan memori bercinta pada mereka-mereka yang menjadikanku seorang pecinta ulung.

Segalanya kejar setoran.
Demi harta dan kekayaan
Di sana tempat bagi orang-orang yang bisa makan apa saja. Tempat yang bisa sekali singgah semua bisa didapatkan. Bisa dapat apa saja, bisa makan apa saja. Sekali lagi, sungguh bisa makan apa saja.

Ketika masuk ke sana, akan didapati selembar keset lantai di ujung pintu bertuliskan “Silahkan Makan” dan berjarak setapak telah teronggok kepala orang pesakitan yang ditanam vertikal hingga leher, di jidatnya yang lusuh tertulis “Injak dan Makan”.
Setelah itu terdapat banyak meja makan besar, yang besarnya hampir memenuhi ruangan utama. Terlihat seakan meja makan besar itu telah melahap seisi ruangan utama. Di setiap meja makan besar itu, di atasnya tampak seonggok daging mentah yang dikelilingi beraneka ragam hidangan pesta para bangsawan. Seonggok daging mentah itu meleok-leok tak beraturan, menggeliat lambat dengan sedikit erangan. Daging mentah yang rupawan memikatku, mata ini tak berpejam sedetikpun.
Setelah itu hanya merah yang ada di mataku.

Merah yang ambigu.
Keluar dari rumah makan.
Aku masih tergiur dengan rumah makan yang satunya. Berjejer tepat di samping rumah makan yang tadi. Rasanya belum pegal pinggang ini dan masih ingin bergoyang. Lalu timbul rasa lapar, rasanya masih ingin memakan.
Makan apa saja yang ada di kaki.

Hah…..ha…….ha…..
Aku kuasa.
Setelah keluar dari rumah makan yang satunya, pandang jauh ke muka, tampak olehku papan reklame yang tadinya iklan sebuah rokok yang menjadi sponsor balap mobil dengan gambar orang berkuda telah hilang dan berganti dengan kata “makan”.
Lalu ku lihat ke samping, kanan dan kiri. Semua papan reklame dari berbagai produk telah bertulis “makan”.

Makan…..makan…….makan.
Plang-plang di pinggir jalan yang menunjukkan keberadaan perusahaan, kantor pemerintah, rumah sakit dan segalanya, semua bertulis “makan”
Aku berlari .

kucapai ujung jalan.
hingga sampai perempatan yang paling akhir.
tapi ku lihat tempat ibadah dan rumah-rumah penduduk telah berubah menjadi serangkaian huruf M – A – K – A – N.
Semua berubah di mataku
Semua menjadi santapan di mataku
Semua menjadi kesempatan di mataku

Tak habis-habisnya rasa lapar ini
Sebentar kenyang
Sebentar lapar
Pantatku tersumbat
Sedangkan perutku terus mengempis
Sebentar saja, beri jeda sesaat
Lihat perutku yang mengempis
Lucu bukan?
Aku ingin tertawa
Hah…ha…..ha….
Lebar sekali mulutku terngaga.

Lima jam setelah lusanya,
Sesosok tubuh gemuk dengan kepala yang menundul langit-langit telah berada tepat di hadapanku. Berkomat-kamit mengucapkan mantra yang diajarkan nenek moyangnya. Tersiar kabar bahwa dengan orang pintar seperti dialah dapat menyelesaikan masalah tanpa datang lagi masalah baru akibat penuntasan masalah yang lalu. Bila dia melempar santet ke orang yang dituju pastilah tepat mengenainya dan tidak akan kembali ke pengirimnya. Saat ini aku tidak berkeinginan menyatet orang, lagi pula kegemaranku menyantap orang dan sekarang waktunya untuk berkonsultasi mengenai penyakitku.

Di antara kami ada dupa dan kemenyan terbakar, bau asapnya menyebar ke seluruh ruangan gelap nan sempit seukuran WC umum terminal kota. Paru-paruku telah penuh dengan asap yang masuk melewati rongga hidungku. Sedikit batuk mungkin dapat melonggarkan nafas yang sesak ini, pikirku.

Aku berkata: “Bapak ini memang hebat. Bla……..bla….bla……”. Pujian-pujian telah keluar dari mulutku yang terngaga. Semakin tinggi pujian makin tinggi pula kepalanya hingga menyapu langit-langit, yang aku lihat hanya dagunya, lehernya panjang.

Aku tertawa.
Mulutku terngaga.
Kemudian aku ceriterakan masalahku. Lalu ia mengangguk-angguk perlahan selayak nyiur melambai tertiup angin di pinggir pantai.
Disuruhnya aku mencari nafas yang terakhir lalu menghirupnya dengan mulutku sendiri dan menjilati air liurnya. Dan mulut ini pun terngaga sehabis mendengarnya.

Sebelum hari ini,
Tepatnya setelah kemarin
Mungkin perbatasan dari keduanya
Ah. Sudahlah.
Yang penting saat ini aku dengan mulut terngaga
Kemarin pun ternganga
Apalagi lusanya.

Di ruang kerjaku. Kepalaku tertunduk layu bersandar pada ujung meja dengan ditopang oleh lenganku. Kemudian suara-suara itu datang lagi. Kali ini lebih keras dan penuh dengan tekanan kuat pada suatu kata yang terus diulang setiap kalimatnya.

“Biarkan saja mMulut-mMulut datang mengucapkan mantra-mantra
Biarkan saja mMulut-mMulut membaca ayat-ayat yang mereka sendiri tak mengerti maksudnya
Biarkan saja mMulut-mMulut lapar yang tak ada habis-habisnya
Tanggalkan saja mMulutmu yang kau sendiri tak sanggup mengelolanya”
Aku tersentak berdiri, isi kepalaku serasa berputar-putar. Berteriak:
Diam kau!!!
Kali ini kau musti diam!!
Atau ku hentikan dengan tanganku!!!!
Tapi bisikan itu semakin keras kata-katanya dan mengulang kembali kalimat yang tadi. Kali ini dengan hentakan.

Sakit di kepala tak tertahan lagi. Kututup telinga, malah semakin keras terdengar.
Mulutku masih terbuka lebar menganga dengan lidah yang julur keluar. Lidahku bergerak sendiri berucap pada kalimat seruan yang sama, kuperhatikan dengan seksama. Rupanya benar lidahku, seakan tak dapat dikontrol dan berucap diluar dari keinginanku. Jadi selama ini suara-suara itu datang dari lidahku sendiri. Tunggu! Tunggu! Akan benar benar kuhentikan suara-suara itu dengan tanganku. Berniat untuk ku gigit bibirku, tapi teramat sulit sebab mulutku masih mengaga terbuka. Sekarang tangan kiriku telah memegang erat ujung lidahku dan tangan kananku telah masuk ke mulut menjangkau pangkal lidah. Kutarik kasar lidahku. Krakkkk .... suara tulang dari lidahku telah terurai dan lidahku semakin panjang. Rasa sakit sudah tak dirasa, amarah telah berkecamuk. Hanya satu keinginan untuk mencabut lidahku sendiri, itu harus. Masih belum puas dengan keadaan yang tadi, lalu kugapai pangkal lidahku dengan tangan kanan dan tangan kiri sudah siap pada posisinya di ujung bibir, genggam erat dan tarrrriiikk.

Darah mengalir deras dari lidah yang terputus. Tangan kanan dan kiriku masih memegangnya. Aku tertawa dan mulutku masih terngaga.


Surakarta, Juli 2004
*) Mahasiswa Jurusan Etnomusikologi. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati