Weli Meinindartato
Mobil telah melaju meninggalkan daerah pegunungan tempat peristirahatan menuju jalur lalu lintas kota. Aku berada di dalamnya. Terdengar suara-suara yang terdengar jelas di telingaku. Bisikan yang aku sendiri tak tahu datang dari mana. Sepertinya menempel erat di telingaku. Hei kau! Siapa kau ini!
“Kesehatan menjadi sebuah berkah yang tak terkira, dan ketika sakit tak lagi dipandang hina. Sungguh kesakitan ini menjadi sangat berarti.”
Kemarin, sebelum aku sakit.
Aku telah terkapar dalam dunia yang penuh manusia binasa. Kuminum air liur mayat-mayat yang terbunuh oleh racun serangga. Air liurnya sedap .… gurih …. sungguh sesuatu yang menimbulkan ektase berlebihan yang sangat kubutuhkan. Ahhhh .... nikmat.
Tapi mulutku masih terngaga
Tak bisa mengecapnya
Lusanya.
Aku berniat memberi talak tiga bagi istri ketigaku yang baru saja melahirkan anak ketiga. Ia merayu dengan segala upaya agar aku urungkan niat untuk menceraikannya. Baru saja menginjak hari yang ketiga ia aku setubuhi dalam tiga menit lebih tiga detik. Tapi itu tidak menggoyahkanku untuk terus memberinya talak tiga istri ketigaku guna mempersunting janda berusia tiga belas tahun yang sedang kosong tiga bulan.
Aku sungguh perkasa
Kemarinnya lagi.
Seorang anak terlihat menjilati mangkok bubur nasi. Serasa ingin mengecap kaldu yang masih menempel. Kini, tersisa tinggal mangkok, sendok dan garpu beserta air liur dan endusannya.
Aku tertawa
Hah ….ha…….ha..
Tiga puluh menit setelah yang kemarinnya lagi.
Aku masih tertawa, Tak berhenti, Tak ingin berhenti, Mulutku ternganga. Aku gembira menertawakan. Mulutku terasa pegal.
Aku ingin berhenti tertawa. Tapi masih terasa lucu.
Aku tertawa.
Tak bisa berhenti tertawa.
Hah .... ha .… ha .…
Sebelum kemarinnya lagi,
Seekor babi yang memangsa anjing telah aku makan hanya dengan sekali telan. Aku bangga, telah kubalas dendam ini.
Kucing kurus mandi di dipan
Mandi di dipan
Mandi kucing di dipan!!
Istriku yang keempat mandi kucing di dipan
Di depanku ia mandi kucing
Di dipan !!
Dipan yang kubeli dari toko barang antik tiga belas tahun yang lalu, menjadi tempat mereka berdua mandi kucing. Kucing garong itu telah berani masuk ke rumahku.
Menyusuri jalan utama kota yang padat aktivitas. Berhenti di “rumah makan”. Aku hanya sekadar bersinggah, hanya sebentar. Lalu ku tinggalkan memori bercinta pada mereka-mereka yang menjadikanku seorang pecinta ulung.
Segalanya kejar setoran.
Demi harta dan kekayaan
Di sana tempat bagi orang-orang yang bisa makan apa saja. Tempat yang bisa sekali singgah semua bisa didapatkan. Bisa dapat apa saja, bisa makan apa saja. Sekali lagi, sungguh bisa makan apa saja.
Ketika masuk ke sana, akan didapati selembar keset lantai di ujung pintu bertuliskan “Silahkan Makan” dan berjarak setapak telah teronggok kepala orang pesakitan yang ditanam vertikal hingga leher, di jidatnya yang lusuh tertulis “Injak dan Makan”.
Setelah itu terdapat banyak meja makan besar, yang besarnya hampir memenuhi ruangan utama. Terlihat seakan meja makan besar itu telah melahap seisi ruangan utama. Di setiap meja makan besar itu, di atasnya tampak seonggok daging mentah yang dikelilingi beraneka ragam hidangan pesta para bangsawan. Seonggok daging mentah itu meleok-leok tak beraturan, menggeliat lambat dengan sedikit erangan. Daging mentah yang rupawan memikatku, mata ini tak berpejam sedetikpun.
Setelah itu hanya merah yang ada di mataku.
Merah yang ambigu.
Keluar dari rumah makan.
Aku masih tergiur dengan rumah makan yang satunya. Berjejer tepat di samping rumah makan yang tadi. Rasanya belum pegal pinggang ini dan masih ingin bergoyang. Lalu timbul rasa lapar, rasanya masih ingin memakan.
Makan apa saja yang ada di kaki.
Hah…..ha…….ha…..
Aku kuasa.
Setelah keluar dari rumah makan yang satunya, pandang jauh ke muka, tampak olehku papan reklame yang tadinya iklan sebuah rokok yang menjadi sponsor balap mobil dengan gambar orang berkuda telah hilang dan berganti dengan kata “makan”.
Lalu ku lihat ke samping, kanan dan kiri. Semua papan reklame dari berbagai produk telah bertulis “makan”.
Makan…..makan…….makan.
Plang-plang di pinggir jalan yang menunjukkan keberadaan perusahaan, kantor pemerintah, rumah sakit dan segalanya, semua bertulis “makan”
Aku berlari .
kucapai ujung jalan.
hingga sampai perempatan yang paling akhir.
tapi ku lihat tempat ibadah dan rumah-rumah penduduk telah berubah menjadi serangkaian huruf M – A – K – A – N.
Semua berubah di mataku
Semua menjadi santapan di mataku
Semua menjadi kesempatan di mataku
Tak habis-habisnya rasa lapar ini
Sebentar kenyang
Sebentar lapar
Pantatku tersumbat
Sedangkan perutku terus mengempis
Sebentar saja, beri jeda sesaat
Lihat perutku yang mengempis
Lucu bukan?
Aku ingin tertawa
Hah…ha…..ha….
Lebar sekali mulutku terngaga.
Lima jam setelah lusanya,
Sesosok tubuh gemuk dengan kepala yang menundul langit-langit telah berada tepat di hadapanku. Berkomat-kamit mengucapkan mantra yang diajarkan nenek moyangnya. Tersiar kabar bahwa dengan orang pintar seperti dialah dapat menyelesaikan masalah tanpa datang lagi masalah baru akibat penuntasan masalah yang lalu. Bila dia melempar santet ke orang yang dituju pastilah tepat mengenainya dan tidak akan kembali ke pengirimnya. Saat ini aku tidak berkeinginan menyatet orang, lagi pula kegemaranku menyantap orang dan sekarang waktunya untuk berkonsultasi mengenai penyakitku.
Di antara kami ada dupa dan kemenyan terbakar, bau asapnya menyebar ke seluruh ruangan gelap nan sempit seukuran WC umum terminal kota. Paru-paruku telah penuh dengan asap yang masuk melewati rongga hidungku. Sedikit batuk mungkin dapat melonggarkan nafas yang sesak ini, pikirku.
Aku berkata: “Bapak ini memang hebat. Bla……..bla….bla……”. Pujian-pujian telah keluar dari mulutku yang terngaga. Semakin tinggi pujian makin tinggi pula kepalanya hingga menyapu langit-langit, yang aku lihat hanya dagunya, lehernya panjang.
Aku tertawa.
Mulutku terngaga.
Kemudian aku ceriterakan masalahku. Lalu ia mengangguk-angguk perlahan selayak nyiur melambai tertiup angin di pinggir pantai.
Disuruhnya aku mencari nafas yang terakhir lalu menghirupnya dengan mulutku sendiri dan menjilati air liurnya. Dan mulut ini pun terngaga sehabis mendengarnya.
Sebelum hari ini,
Tepatnya setelah kemarin
Mungkin perbatasan dari keduanya
Ah. Sudahlah.
Yang penting saat ini aku dengan mulut terngaga
Kemarin pun ternganga
Apalagi lusanya.
Di ruang kerjaku. Kepalaku tertunduk layu bersandar pada ujung meja dengan ditopang oleh lenganku. Kemudian suara-suara itu datang lagi. Kali ini lebih keras dan penuh dengan tekanan kuat pada suatu kata yang terus diulang setiap kalimatnya.
“Biarkan saja mMulut-mMulut datang mengucapkan mantra-mantra
Biarkan saja mMulut-mMulut membaca ayat-ayat yang mereka sendiri tak mengerti maksudnya
Biarkan saja mMulut-mMulut lapar yang tak ada habis-habisnya
Tanggalkan saja mMulutmu yang kau sendiri tak sanggup mengelolanya”
Aku tersentak berdiri, isi kepalaku serasa berputar-putar. Berteriak:
Diam kau!!!
Kali ini kau musti diam!!
Atau ku hentikan dengan tanganku!!!!
Tapi bisikan itu semakin keras kata-katanya dan mengulang kembali kalimat yang tadi. Kali ini dengan hentakan.
Sakit di kepala tak tertahan lagi. Kututup telinga, malah semakin keras terdengar.
Mulutku masih terbuka lebar menganga dengan lidah yang julur keluar. Lidahku bergerak sendiri berucap pada kalimat seruan yang sama, kuperhatikan dengan seksama. Rupanya benar lidahku, seakan tak dapat dikontrol dan berucap diluar dari keinginanku. Jadi selama ini suara-suara itu datang dari lidahku sendiri. Tunggu! Tunggu! Akan benar benar kuhentikan suara-suara itu dengan tanganku. Berniat untuk ku gigit bibirku, tapi teramat sulit sebab mulutku masih mengaga terbuka. Sekarang tangan kiriku telah memegang erat ujung lidahku dan tangan kananku telah masuk ke mulut menjangkau pangkal lidah. Kutarik kasar lidahku. Krakkkk .... suara tulang dari lidahku telah terurai dan lidahku semakin panjang. Rasa sakit sudah tak dirasa, amarah telah berkecamuk. Hanya satu keinginan untuk mencabut lidahku sendiri, itu harus. Masih belum puas dengan keadaan yang tadi, lalu kugapai pangkal lidahku dengan tangan kanan dan tangan kiri sudah siap pada posisinya di ujung bibir, genggam erat dan tarrrriiikk.
Darah mengalir deras dari lidah yang terputus. Tangan kanan dan kiriku masih memegangnya. Aku tertawa dan mulutku masih terngaga.
Surakarta, Juli 2004
*) Mahasiswa Jurusan Etnomusikologi. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 05 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar