Rabu, 16 September 2009

Menjadi Penyair dari Catatan Harian

Dahta Gautama*
http://www.lampungpost.com/

KARENA keintensitasan menulis puisi, kemudian memublikasikan puisi-puisinya di sejumlah media massa atau kemudian membukukan puisi-puisinya, seseorang yang sebelumnya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa tiba-tiba dipredikati sebagai penyair.

Apakah semudah itu untuk menjadi penyair? Tentu tidak. Menjadi penyair, mengambil istilah sastrawan Isbedy Stiawan Z.S., melalui proses panjang yang berdarah-darah.

Kepada saya, Isbedy Stiawan Z.S. pernah mengatakan awalnya ia hobi membaca cerita-cerita silat Kho Ping Ho, ketika menunggu warung rokok milik ibunya. Kemudian ia tertarik dengan permainan kata-kata yang dicipta sedemikian dahsyat dalam novel silat itu. Di lain waktu, ketika ia duduk di bangku SMA, ia mulai menulis beberapa kalimat sederhana.

Hal itu hampir setiap hari ia lakukan, kalau mau dikata, mungkin, semua unek-unek yang ada di hatinya ia tulis. Kemudian jadilah bait-bait puisi. Beberapa tahun kemudian puisi-puisi itu menghantarkannya menjadi penyair.

Hal yang sama juga saya alami. Saya bingung juga menjawab pertanyaan-pertanyaan, peneliti dari Kantor Bahasa Lampung (tiga tahun lalu). Peneliti ini menanyakan bagaimana, kok saya memilih untuk menjadi penyair (sastrawan) dan bagaimana memulai proses kreatif saya sebagai penyair?

Saya bingung harus menjelaskan dengan memulai dari peristiwa yang mana. Yang saya ingat, kali pertama saya tertarik pada puisi ketika saya duduk di bangku kelas dua SMP. Ketika itu, Senin pagi, saya enggan ikut upacara bendera, yang memang rutin dilakukan di setiap sekolah. Saya takut ditunjuk oleh wali kelas menjadi petugas pengerek bendera atau membacakan teks Pancasila.

Perasaan enggan saya pun berasalan, karena saya malu. Sebab sepatu milik saya sudah robek dan butut. Di luar pagar sekolah, di lembar buku tulis agak tebal (buku catatan harian), saya menulis: Seandainya ayah bisa membelikan aku sepatu. Hari ini aku pasti bisa ikut upacara. Tapi, kata ibu, ayah tak punya uang. Oh, matahari.. sampaikan kepada Tuhan, beri ayahku uang.

Baiklah, apa yang saya sampaikan tentang proses kreatif Isbedy Stiawan Z.S. dan saya hanya sebagai instrumentalia saja. Saya menegaskan, bahwa berpuisi (menulis puisi) bisa dimulai dari membuat catatan harian.

Sunyi, kegelisahan, perasaan tertarik dengan teman satu sekolah atau bahkan guru yang galak. Biasanya kerab ditulis para remaja dalam catatan buku hariannya. Saya pernah mencuri membaca buku harian keponakan yang masih duduk di bangku kelas dua SMA. Bila saya kutip, begini bunyinya: Pagi ini gerimis. Entahlah, langit tiba-tiba bocor. Aku ingin berenang bersama embus angin. Dingin. Tapi hatiku sunyi. Hari ini aku tak ke mana-mana. Karena rasa manusiaku seperti terkurung di ruang gelap tak berlampu.

Saya dibuat terkejut-kejut oleh buku harian remaja terkini, yang saya kira cuma kenal popcorn dan mal-mal. Yang ditulis keponakan saya dalam buku hariannya itu mengingatkan saya pada penyair perempuan Jerman, Else Lasker-Schuler. Else lahir pada 1869, keturunan Yahudi. Ia tertarik pada sastra ketika duduk di sekolah menengah pertama. Tetapi yang perlu diketahui, ia pun memulai karier kepenyairannya dari menulis catatan-catatan ringan di buku hariannya yang selalu ia bawa di dalam tas kecilnya.

Salah satu catatan hariannya, yang kemudian menjadi puisi yang membawa namanya menjadi penyair perempuan terkemuka adalah puisi Kiamat. Mari kita simak: Terdengar rintihan di dunia. Seolah tuhan sudah mati. Dan bayangan kelam yang jatuh itu. Menjadi beban berat bagaikan kuburan. Mari, kita bersembunyi rapat. Kehidupan bersandar dalam jiwa kita. Bagaikan dalam peti mati.

Else Lasker menulis catatan harian ini (kemudian menjadi puisi) ketika Hitler merebut kekuasaan di Jerman berikut dengan perangkat kekejamannya. Ia menggambarkan bagaimana suasana hatinya ketika itu, saat Hitler membunuh lawan-lawan politiknya. Ia mengibaratkan hidup di bawah pemerintahan Hitler, bagaikan berada dalam peti mati.

Penyair-penyair terkemuka dari Indonesia memulai kariernya dari catatan harian antara lain Diah Hadaning, Subagio Sastrowardoyo, Sitor Situmorang dan masih banyak lagi. Kita juga mengenal sastrawan dunia Anton Chekhov, Ernest Hemingway, T.S. Eliot, Henrich Boll, Guenter Grass juga sastrawan Karibia peraih nobel sastra Derek Walcott.

Pergulatan dan Ketekunan
Totalitas dalam bersastra semacam meniti jalan panjang yang meletihkan. Seorang penyair terkemuka, tak pernah bisa ujug-ujug menulis puisi kemudian puisinya bisa langsung dimuat di majalah sastra atau koran-koran yang ada lembar budayanya. Pertimbangan seorang redaktur sastra tentunya sangat objektif. Diperlukan ketekunan dan kesabaran. Bakat saja tidak cukup. Karena tentunya, seorang sastrawan (penyair) harus memiliki wawasan yang luas cakupannya. Oleh karena itu harus banyak membaca sebagai referensi yang diperlukan sebagai sarana perbandingan.

Bersastra bukan membuka lahan, melainkan menciptakan dan menggarap dunia baru. Saya kira bagi penulis pemula yang ingin menceburkan diri ke dalam dunia sastra, tidak menjadikan sastra sebagai sarana untuk populer. Kepopuleran adalah imbas dari ketekukan kita. Ketenaran adalah imbas dari pergulatan yang panjang dalam bersastra. Dan ingat kepopuleran dan nama besar tidak pernah bisa diraih, ketika seorang merasa bahwa ia sudah menulis karya sastra bagus. Karena puisi “bagus” sesungguhnya sulit di definisikan. Ketika dihadapkan kepada khalayak sastra terkini, saya kira puisi Kiamat Else Lasker, yang begitu populer di zamannya, menjadi puisi yang sangat sederhana ketika kini kita membacanya kembali.

Dalam tulisan ini saya kembali ingin menegaskan, bahwa berpuisi (menjadi penyair) bisa dimulai dari hal-hal ringan, yakni dari menulis catatan di buku harian. Namun ada hal lain yang saya kira, sama-sama kita setujui, bahwa untuk menjadi penyair (sastrawan terkemuka) tidak mungkin cuma berasyik masyuk dengan tidak melakukan inovasi. Sebab, inovasi dan pembaruan juga berlaku dalam sastra, bukan hanya di dunia iptek. Semisal, karena yang dibaca cuma puisi-puisi Subagio Sastrowardoyo dan kebetulan karena mengidolakannya.

Maka konstruksi bahasa dalam puisi yang ditulis, ya diupayakan dibuat menyerupai puisi Subagio. Tentu teori referensi berlaku bagi semua sastrawan. Bahkan sekelas Chairil Anwar dan Sitor Situmorang. Bahkan kita dibuat bingung ketika membaca puisi-puisi W.S. Rendra, kita serasa membaca puisi-puisi Lorca.

Namun kita pun harus mengakui, dalam puisi-puisi W.S. Rendra memiliki ruh. Berkonstruksi bahasa yang kuat meski kesannya menyerupai puisi-puisi Lorca. Itu karena W.S. Rendra melakukan pembaruan dan inovasi dalam puisi-puisinya.

Pada suatu kesempatan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dalam perhelatan Cakrawala Sastra Indonesia (2005), saya sempat berbincang-bincang dengan cerpenis Ahmad Tohari. Pembicaraan kami, seputar puisi yang ditulis para siswa di lembar Kaki Langit majalah sastra Horison, ketika saya bilang puisi-puisi para siswa sepertinya dimulai dari catatan buku harian. Konstruksi bahasanya sederhana, ngalir dan kadang mengejutkan juga terkesan tiba-tiba meradang.

Ahmad Tohari berkomentar, “Mereka menulis puisi karena gelisah. Dan itu ciri catatan harian. Ungkapan-ungkapan yang ingin mengadu dan berpasrah diri tetapi juga memberontak.”

*) Penyair, tinggal di Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati