Rabu, 30 Juni 2010

Perlawanan dari Tegal

Dahono Fitrianto
http://cetak.kompas.com/

Apa hal pertama yang mampir di kepala saat mendengar nama Kota Tegal? Seorang teman dengan cepat menjawab, warteg dan ”ngapak-ngapak”.

Begitulah, kota di pesisir utara Jawa Tengah ini telanjur diidentikkan dengan dua stereotip: warung tegal alias warteg dan logat bahasa khasnya. Itu juga lebih sering ditampilkan dalam konteks olok- olok, untuk lucu-lucuan, yang secara tidak langsung sebenarnya mengandung sikap agak meremehkan.

Perhatikan dunia pop kita yang selalu menampilkan Tegal sebagai bahan lawakan, mulai dari Cici Tegal, Parto Patrio, hingga terakhir grup musik Warteg Boyz dengan lagunya yang sangat populer, ”Okelah Kalau Begitu”.

Padahal, jika diteliti lebih jauh, banyak yang tidak pas dengan olok-olok soal Tegal tadi. ”Bahkan, bahasa ngapak-ngapak yang dibawakan para pelawak itu sebenarnya bukan bahasa Tegal, tetapi bahasa banyumasan. Bahasa Tegal tidak ngapak-ngapak,” kata Yono Daryono, salah seorang tokoh sastra dan teater, pertengahan Februari lalu di Tegal.

Intens

Banyak orang awam yang tidak paham bahwa masyarakat Tegal sejak dulu sangat intens dan serius dalam berkesenian, terutama di bidang sastra dan teater. Kota ini bahkan melahirkan nama-nama yang cukup dikenal dalam dunia sastra, seperti penyair Angkatan ’66 Piek Ardijanto Soeprijadi (1929-2001), cerpenis SN Ratmana (73), dan penyair Widjati.

Di angkatan yang lebih muda ada nama-nama seperti Yono Daryono, Nurhidayat Poso, Eko Tunas, Lanang Setiawan, M Enthieh Mudakir, dan Dwi Ery Santoso. Bahkan, dua sutradara senior di dunia perfilman Indonesia, yakni Imam Tantowi dan Chaerul Umam, adalah orang- orang yang berasal dari Tegal.

Yono Daryono bersama Teater RSPD-nya pernah menancapkan Tegal di peta perteateran nasional pada era 1980-an dengan karya-karya seperti Roro Mendut (1983), Ronggeng Ronggeng (1986), dan Mandor (1987). Sementara Lanang Setiawan pernah memelopori aktivitas sastra Tegalan dengan menerjemahkan puisi- puisi karya penyair terkenal ke dalam bahasa Tegal pada tahun 1994.

Begitu riuhnya aktivitas sastra di Tegal ini sampai-sampai pada Agustus 1994 majalah sastra Horison menerbitkan sisipan khusus berjudul ”Sastra Tegalan” yang merangkum karya para sastrawan Tegal.

Di bidang seni yang lebih dekat dengan seni tradisional, Tegal juga menelurkan dua dalang unik yang karya-karyanya bahkan sudah dikenal dunia internasional. Ki Enthus Susmono (43) dikenal sebagai dalang ”edan” karena pentas wayangnya suka menerabas pakem-pakem wayang kulit yang biasanya berlaku kaku di Yogyakarta atau Solo.

Ki Slamet Gundono (43) bahkan melangkah lebih jauh lagi dengan membongkar semua konsep ruang pertunjukan wayang dengan wayang suket (wayang dari rumput ilalang)-nya. Gundono mendalang tanpa beber, blencong, dan kedebong pisang seperti lazimnya pertunjukan wayang. Alih-alih, ia memainkan wayang minimalis terbuat dari rumput ilalang kering dengan iringan gitar mandolin kecil, tanpa kehilangan pesona dan makna kisah wayang yang ia mainkan.

Persimpangan

Apa yang membuat kota kecil di jalur pantai utara (pantura) ini menjadi sedemikian unik dan memiliki aktivitas kesenian yang khas seperti ini? Menurut penyair Eko Tunas, salah satu pemicunya adalah posisi geografis Tegal yang terletak di jalur jalan raya utama penghubung pusat- pusat kebudayaan di Jawa, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Solo.

”Sejak tahun 1960-an, Tegal itu menjadi ’tempat kencing’-nya seniman-seniman besar di Indonesia. Setiap mereka dalam perjalanan dari Jakarta ke Yogya, misalnya, selalu mampir ke Tegal,” tutur seniman seangkatan Emha Ainun Nadjib ini.

Sastrawan, seperti Rendra, pada era itu cukup rajin bertandang ke Tegal untuk melihat pentas teater. Beberapa catatan Rendra tentang pentas teater di Tegal ini bisa ditemui dalam buku Catatan-catatan Rendra Tahun 1960-an (penerbit Burung Merak, Jakarta, 2005). ”Informasi dari orang-orang yang ’mampir kencing’ inilah yang membuat orang Tegal terpicu untuk berkesenian,” ungkap Eko.

Hampir senada dengan Eko, Slamet Gundono berpendapat bahwa Tegal beruntung karena terletak di persimpangan pusat- pusat kebudayaan. ”Di barat ada Cirebon dan Indramayu, di selatan ada Banyumas dan Purwokerto, di timur ada Yogya dan Solo sehingga hampir semua kesenian dari daerah-daerah itu bisa ditemui di Tegal,” tutur Gundono.

Karakter masyarakat pesisir yang dinamis, lanjut Gundono, menerima dengan tangan terbuka setiap bentuk kebudayaan yang masuk. Jadi, pada akhirnya, masyarakat Tegal terbiasa menyerap bentuk-bentuk kebudayaan ini, termasuk kesenian.

Hermawan Pancasiwi, sosiolog dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, menambahkan, keunikan Tegal tersebut dipicu oleh sebuah keinginan untuk menunjukkan eksistensi masyarakat yang jauh dari pusat-pusat kebudayaan, dalam hal ini keraton. ”Gejalanya hampir sama seperti Cirebon yang berada di persilangan kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga ingin menunjukkan eksistensi jati dirinya,” papar Hermawan.

Perlawanan orang-orang Tegal terhadap ”dominasi” kebudayaan, terutama bahasa, ditunjukkan secara masif saat daerah itu menggelar Kongres Bahasa Tegal pada tahun 2006. Kongres itu jelas-jelas ingin menegaskan bahwa bahasa Tegal adalah bahasa yang berdiri sendiri dan bukan sekadar dialek Jawa. Bahkan, Lanang Setiawan, penulis dari Tegal, dalam memoarnya mencatat perjalanan para sastrawan Tegal ke Solo pada tahun 1994 sebagai pemberontakan kaum pesisiran.

Menurut Hermawan, karena posisi Tegal yang jauh dari pusat kebudayaan Jawa di keraton-keraton, ekspresi kesenian Tegal pun mengambil bentuk yang berbeda. ”Seperti daerah-daerah pantura yang lain, bentuk-bentuk keseniannya bersifat kerakyatan, berupa hiburan-hiburan merakyat,” lanjutnya.

Ditambah dengan kekhasan dialek Tegal, ekspresi kesenian Tegal pun menjadi semacam ”perlawanan” terhadap unsur- unsur kebudayaan yang sudah mapan di keraton-keraton. ”Mereka ingin mengatakan, ’Kami pun ada dan kami berbeda dengan Anda’,” kata Hermawan.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati