Rabu, 08 September 2010

Kepada Puisi-Puisi (Joko Pinurbo)

Alex R. Nainggolan
http://www.suarakarya-online.com/

Potret perjalanan kepenyairanmu telah dilunaskan dengan terbitnya buku Pacar Senja oleh penerbit Grasindo (2005). Di buku itu, puisi-puisimu coba kembali seksama saya baca. Dan memang masih ada lenguh yang panjang-pendek, pertanyaan terhadap waktu, kenangan, permainan antara logika yang baka di mulut kehidupan. Semua puisi, yang terdiri dari periode lengkap kepenyairanmu membentangkan isyarat yang sama. Sebuah cita-cita untuk menggugat dunia keseharianmu yang sempat, baik itu berupa catatan-catatan kecil yang kau saksikan dalam perjalanan hidup. Nampaknya pula kau tak berhenti di situ saja, puisi-puisi lain, yang berkisah atau sengaja kau kisahkan bagi rekan-rekan penyair, terkadang kau tulis dengan “ujung” yang lain. Seperti juga ketika kau ingin mengerami telur puisimu menjadi puisi yang utuh.

Di kumpulan puisimu, hakikat waktu terus menjadi pertanyaan yang abadi. Perjalanan pulang dalam dunia kesepianmu seperti membungkus etika, ditambah larik-larik yang terkesan main-main, meskipun saya paham kau tak sedang bermain-main di dalam puisi itu. Kekuatan narasi yang ditawarkan dalam puisimu seakan menjebak seluruh permaknaan yang purba. Kau dengan lihainya berlindung ke dalam “celana”, “telepon genggam”, atau kisah-kisah tentang “mandi”. Kau bergerak seperti peluru karet, kenyal, dan menembak seluruh ruang keingintahuan sebagai manusia utuh. Ada sisi filosofi yang hendak ditawarkan, ibarat bidak catur yang melangkah kemana pun kau suka.

Di sinilah, saya justru mengagumi jerit puisimu. Seakan membukakan pintu kesadaran yang lain. Puisi-puisi yang malah mencabik seluruh berkas kehidupan sebagai manusia yang lain. Kau dengan entengnya mengisahkan sebuah tokoh, dengan menghadirkan tokoh tersebut, seakan dekat dengan persoalan kita sehari-hari.

Bentangan kalimat yang sederhana itu pula, kembali mengingatkan saya pada sejumlah puisi yang ditulis Wiji Thukul, Rendra, atau Emha Ainun Nadjib. Kau tidak banyak bermain pada metafor-metafor ganjil, sebagaimana penyair-penyair lain, yang berasik-masuk dalam sayap imajinasi lainnya. Namun sekali kau bermain dengan metafor, dengan segera puisi itu berubah jadi isyarat lengking yang getir. Sebagaimana dalam “Baju Bulan”:

Bulan, aku mau Lebaran. Aku ingin
baju baru,
tapi tak punya uang. Ibuku entah
di mana sekarang,
sedangkan ayahku hanya bisa
kubayangkan.
Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu
barang semalam?
Bulan terharu: kok masih ada yang
membutuhkan
bajunya yang kuno di antara
begitu banyak warna-warni
baju buatan.
Bulan mencopot bajunya yang
keperakan,
mengenakannya pada gadis kecil
yang sering ia
lihat menangis di persimpangan jalan.
Bulan sendiri rela telanjang di langit,
atap paling rindang
bagi yang tak berumah dan tak
bisa pulang.

(2003)

Demikianlah. Bukan hanya sampai di situ semata, kau kemudian bergerak dengan metafor-metafor lainnya, sebagaimana dalam “Mataair”, “Pohon Perempuan”, dan “Bertelur”. Meskipun nampaknya jauh dari keinginanmu untuk bermain-main dengan penggalian makna yang lain. Kau hanya cukup memainkannya dengan kalimat yang sederhana. Tidak nampak ada kecanggihan kalimat di sana, tidak ada rupa-rupa majas yang aneh, tidak ada pergulatan yang aneh seperti dalam agenda puisi-puisi mutakhir. Bagimu, kau hanya berbicara tentang hidup sehari-hari, titik!

Namun justru dari sanalah letak kekuatan yang kaupendam dalam puisimu. Kecengengan yang kau hadirkan dengan diksi kata yang sederhana, memoles tenaga lain yang tersembunyi. Ah, aku bukan sedang bermaksud untuk memujimu. Tapi memang setiap aku membaca puisimu, seluruh ruang kesadaranku dengan seketika jebol. Aku terseret dalam makna kata yang kau hadirkan. Menukik, menerjang, memukul seluruh ruang kesadaranku. Pertama kali, kuanggap ini hanya rasa sentimentalku saja. Tapi setelah kuteruskan membaca, ternyata memang puisi-puisimu memang telah menemukan bahasanya sendiri.

Aku seperti terjebak dalam pusara kata yang tak habis-habisnya. Dan pembicaraan puisi-puisimu bukan sekadar ruang kehidupan sehari-hari, melainkan ia terlontar dengan kenyal layaknya sebuah bola yang ditendang ke sana-kemari. Agaknya, anggapan tentang penyair sebagai penemu bahasa ada benarnya. Puisi yang cerdas membutuhkan kompleksitas yang panjang. Puisi itu meramu seluruh babak kehidupan manusia, menyingkap setiap permenungan yang tumbuh.

Bung Joko Pinurbo, atau layak kupanggil Mas saja? Sebab kutahu engkau kelahiran Sukabumi, seorang Sunda yang gemar merayakan kehalusan bahasanya. Oke, aku tak ingin bertele-tele dengan menulis lebih banyak lagi. Pelbagai ulasan tentang (puisi-puisi)mu telah ramai menghiasi media massa. Sebut saja Nirwan Dewanto (yang katanya saat ini bertindak sebagai juru penentu perkembangan sastra Indonesia mutakhir), Nirwan Ahmad Arsuka, Sapardi Djoko Damono, pun Ayu Utami pada kata penutup kumpulan puisi terbarumu. Semuanya mengakui tertarik pada puisimu, seakan-akan serempak menahbiskan dirimu sebagai penyair yang sederhana, gemar memancing kata, dan akrab dalam realita kesehariaan.

Sebagaimana kau menulis begini:

Penyair kecil itu sangat sibuk
merangkai kata
dan dengan berbagai cara menyusunnya
menjadi
sebuah rumah yang akan
dipersembahkan kepada ibunya
“Kita belum punya rumah kan, Bu. Nah,
Ibu tidur
saja di dalam rumah buatanku.
Aku akan berjaga di teras
semalaman dan semuanya akan
aman-aman saja.

Persoalan penantian memang kerap hadir dalam puisi-puisimu. Penampakan realitas yang dibalut dinding keceriaan, dicampur dengan alur sedih-yang tetap kautulis dengan rasa bahagia. Aku pikir, itulah yang “berbunyi” dalam puisi-puisimu. Kepolosan dalam menampakkan carut-marut hidup menciptakan sebuah bingkai yang kokoh. Kerinduan seseorang terhadap keluarga, efek masa kecil yang terus terkenang (dalam beberapa puisi yang bertema celana), atau perjuangan kemanusiaan yang kaurekam terhadap berbagai kondisi mutakhir. Katakanlah terhadap tragedi Mei di Jakarta, yang mengingatkan kita pada perkosaan massa terhadap sebuah etnis tertentu. Simak saja puisi “Mei”:

MEI
Jakarta, 1998
Tubuhmu yang cantik, Mei
telah kaupersembahkan kepada api.
Kau pamit mandi sore itu.
Kau mandi api.

Api sangat mencintaimu, Mei.
Api mengucup tubuhmu
sampai ke lekuk-lekuk tersembunyi.
Api sangat mencintai tubuhmu
sampai dilumatnya yang cuma warna
yang cuma kulit yang cuma ilusi.

Tubuh yang meronta dan melelh
dalam api, Mei
adalah juga tubuh kami.
Api ingin membersihkan tubuh maya
dan tubuh dusta kami dengan
membakar habis
tubuhmu yang cantik, Mei

Kau sudah selesai mandi, Mei.
Kau sudah mandi api.
Api telah mengungkapkan rahasia
cintanya
ketika tubuhmu hancur dan lebur
dengan tubuh bumi;
ketika tak ada yang mempertanyakan
nama dan warna kulitmu, Mei.

(2002)

Puisi yang sepenuhnya nyentrik. Di sini, gaya khas dirimu bermain dalam menyusun setiap kalimat. Semangat bermain, yang sekali lagi tak bermain-main. Sebagaimana diketahui penyair merupakan anggota masyarakat terbesar juga. Dalam kesehariannya penyair bergulat dengan kehidupan sehari-hari. Ia tentulah menghadirkan upaya-upaya baru dengan membalut sejarah (fakta) menjadi tak begitu kentara. Lebih menyortir sisi batin kehidupan manusia. Sebagai penyaksi zaman, seperti yang diungkap Ronggowarsito-semestinya kita tak turut edan juga dalam menyikapinya.

*) Dilahirkan di Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi di FE Unila jurusan Manajemen. Tulisan berupa cerpen, puisi, esai, tinjauan buku dimuat di Majalah Sastra Horison, Jurnal Puisi, Kompas, Republika, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Sabili, Annida, Matabaca, Surabaya News, Lampung Post, Sriwijaya Post, Riau Pos, Suara Karya, Bangka Pos, NOVA, dll. ***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati