Selasa, 28 September 2010

LELATU DALAM TUNGKU

KRT. Suryanto Sastroatmodjo
http://www.sastra-indonesia.com/

Andaikata bapak benar, siapakah yang rela disekap di balik jeruji, karena membisikkan hasil-lamunan yang seronok? Oh, aku banyak sekali menyandang kemualan, kendatipun yang kukejar adalah kemuliaan. Aku banyak sekali tertikam runtuk-lantak, walaupun sedari muda, selalu berkeinginan untuk merangkum pesan nan khusus.

Sriatun ananda sayang.
Sekali lagi, bapaklah yang paling pantas dituding dalam peristiwa ini, nak. Andaikata bapak tidak terlalu lancang mengucapkan kata-kata demikian, mustahil lagu duka itu singgah di sukmamu. Aku masih juga kurang menyadari, dikau telah berangkat remaja, nak. Sewajarnya, bapak merengkuh lebih hati-hati lagi. Orang Jawa bilang, mengasuh seorang gadis lebih pelik dan sukar, ibaratnya mengawasi lelatu dalam tungku. Dibiarkan api menyala, akan hangus tanpa manfaat. Kalau api ditunggu dan ditiup tanpa menggunakannya untuk merebus ataupun memasak, sama artinya dengan percuma menggantang asap dalam ketidak-pedulian. Akan tetapi, tatkala seorang tua bicara tentang anak-anaknya, dia sering meluncurkan gagasan, betapa bahagia jika anak-anak cepat menjadi dewasa, mandiri, dan punya penghasilan.

Tetapi bapak justru masih bertanya: apakah pendidikan dan pengajaran juga memadai sebagai pengantar suksesnya menapaki jaladeri hayati? Ayahbunda manakah yang secara sepihak mengundang orang lain untuk ikut mendandani sisiran rambut putra-putrinya, kalau saja ia berpikir sehat: anakku mampu berdiri sebagai ‘Si Polan’.

Waktu Masmu Handoyo pulang, Nduk – bapak tak mengira, bahwa dia ternyata sangat kangen kepada kita seisi rumah. Sungguh, aku luar biasa girang, dan demikian juga ibumu. Karena di Proyek Irigasi Sumanding yang baru setahun diresmikan oleh Kepala Negara itu, Abangmu beruntung bisa diterima sebagai pekerja. Ya, walaupun sekolahnya terhenti hingga STM, dan bapak memang kurang mampu untuk melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi. Dua tiga kali ia mengirimkan lamaran ke beberapa instansi, nol besar. Maka tatkala proyek itu bisa memperkerjakannya secara layak, kami bersyukur sekali. Kini tiba pikiran kami, agar sekolahmu yang sudah sampai di kelas dua SMTA itu jangan sampai terhenti di tengah jalan. Pensiun bapak sebagai purnawirawan Letnan Satu terlampau sedikit, untuk menopang impian masa depanmu, Nduk. Tapi bapak yakin, kalau ujian akhirmu nanti sarat dengan nilai-nilai terbaik, maka beasiswa pasti akan kauraih, dan bangku universitas dapat juga kaucapai. Kalau itu tiba, alangkah bahagia kami. Di lingkungan keluarga bapak dan ibumu, belum ada seorang pun yang beruntung menikmati pendidikan tinggi, apalagi memiliki gelar ilmiah. Maka siang-malam Ayahbundamu berdoa, semoga di antara anak-anakku ada yang membuka langgam sejarah baru, mempunyai seorang sarjana, apalagi sarjana wanita. Kuharap kau bisa memahami, mengapa bapak sering tirakat, demi gegayuhan yang luhur itu, Nak. Suatu perbendaharaan yang sulit dilukiskan, yang bisa dipantau dari sebuah rumpun keluarga penuh bara-juang!

Sriatun yang sering bertafakur.
Kalaupun bapak terpaksa ‘ngalang-alang’ dalam warkah ini, hendaknya dirimu mafhum, betapa sedih hati Bapak, bahwa dirimu harus begitu saja pergi dari rumah, dan (kemarin Simbah Putri melayangkan surat dari Yosowilangun, bahwasanya Nduk Sriatun lari dari rumah, karena mengalami perbenturan pendapat dengan Ayahbunda!) – dan hal inilah yang tak pernah bapak duga sebelumnya. Bapak tak mengira, hatimu begitu keras, Nduk. Persis dengan apa yang bapak tempuh semasa muda. Tatkala Simbah Kakung melarang diriku untuk menjalin asmara dengan gadis pilihan hati. Bapakmu ini nekad minggat selama beberapa bulan di rumah seorang kerabat di Jakarta. Padahal, larangan itu semata-mata demi kebaikan diriku dan demi keberuntungan di hari tua. Karena gadis itu, bukan keluarga terpandang, lagipula dikenal sering berganti-ganti pacar. Aku kemudian insyaf, Nak. Syukur, sebelum terlambat. Bagaimanapun luka hatiku, karena cinta pertama itu retak. Toh, dari kalangan kerabat pada akhirnya bisa memilihkan diriku seorang calon isteri yang ayu, sederhana, lepasan Sekolah Kepandaian Putri, yang setia. Bapak merasa berterima kasih kepada Tuhan Maha Pengasih, bahwa pilihan masaremaja tak bisa terwujud, tepat di kala mataku sudah di-celik-kan, dan tiada nabras-nubrus. Maka bapak berharap, semoga putra-putri bapak nantinya tak seorang pun yang salah pilih. Tiada seorang pun yang kesasar…!

Sriatun yang baik.
Cuti pendek yang ditempuh Masmu Handoyo ternyata ada dampaknya nan tiada terduga. Kalau di atas kukatakan, kami gembira lantaran Handoyo telah mapan di sebuah medan-tugas terhormat, maka kini Ayahbundamu juga diliputi kerisauan, kenapa justru pada saat bersamaan itu pula kami punya firasat, bahwa “bahaya” ada mengintai dan oleh sebab itu kami harus hati-hati dalam bertindak, terlebih dalam menentukan sikap. Senyampang masih dinihari, dan senyampang kami belum usah mereguk kegetiran yang menyaput lidah.

Dikau dapat merasakan, bukan? Ibumu mengatakan begini: “Umur tujuh belas adalah masa taufan dan badai. Masa, tatkala kita hanya menyergap hal-hal yang indah-indah. Padahal, ada sesuatu di balik itu, yang kudu dinalar dan dirasakan sebaik-baiknya, hingga matabatin kita tak tertipu.” Demikianlah kiranya, petuah yang dapat kauserap, Nak. Tatkala Masmu Handoyo mengajak sahabatnya, teman sekerja di proyek, Dicky yang tampan itu, bapak samasekali tak punya dugaan lebih jauh. Artinya, sahabat Masmu itu juga masih pantas duduk di bangku kuliah, karena usianya barulah jalan dua puluh tahun. Dia anak seorang juragan kayu Kalimantan yang terpandang. Tapi sepanjang penglihatan Bapak, selama dia menjadi tamu kita, terasa dia belum memperlihatkan sikap-dewasa yang terpuji. Ia masih sering goyah dan terbata. Ada terasa kemanjaan pada beberapa wataknya. Gagasan-gagasan yang disampaikan pada bapak sewaktu berdiskusi, belum memancarkan kemandirian sejati.

Ananda sayang.
Ayahbunda bukanlah kolot jika berpendapat semacam itu. Cobalah kaupikirkan, Nak. Bagaimana mungkin dalam pergaulan dengan dirimu yang baru berlangsung kurang dari sepekan, dia telah berani menulis surat cinta berbunga-bunga buatmu. Malahan ada kalimat-kalimat (yang ketika itu diperlihatkan Abangmu padaku), dia membangga-banggakan kekayaan orang tuanya, sebagai suatu hal yang dijanjikan padamu, setelah membangun rumahtangga. Nak, itulah yang bagiku teramat naif. Kalau seorang jejaka yang punya tekad baja untuk melangkah, dan berani bekerja, dia sebetulnya tak usah menoleh ke belakang atau meletakkan kepalanya di pangkuan bapaknya lagi. Sandaran cita dan cintanya adalah hari esok yang musti diwujudkan secara cermat, namun pasti. Bapak bukan berbicara tentang kejayaan harinanti untuk kalian berdua. Bukan zamannya lagi. Bapak hanya mengatakan belum datang masanya, Nak.

Ananda yang penyabar!
Tentunya kau masih dalam kemarahan yang memuncak, di kala menerima suratku ini. Ibumu bilang: “Jangan keras dalam ucap kemarahanmu pada Sriatun. Ia harus dibimbing, diarahkan dan diberitahu mana yang tepat dan mana pula yang agak kelewatan.” Bapakmu ini juga menempuh cara yang sebijaksana mungkin, Nak. Karena bapak bukan melarang Dicky menyatakan cinta kepadamu. Bapak juga bukan melarang seandainya ananda Sriatun jatuh cinta pula kepada anak muda yang tampan itu. Namun sekali lagi, haraplah diingat: jangan terlalu cepat jatuh cinta. Apalagi jika alasannya hanya lantaran terpesona akan ketampanan dan kecantikan lahiriah. Bapak agak heran, bahwa pertemuan sependek itu, telah membuatnya menggebu dan merasa ‘diliputi perasaan kasih-mesra berkelimpahan’. Sungguh, Nak, usia muda terkadang kendala utama buat satu keutuhan perkawinan. Apalagi jika didambakan keharmonisan, dan bukan perayaan nikah sepasar bubar. Kelak, jika sekolahmu makin tinggi (ingat cita-cita Ayah agar dikau menjadi seorang sarjana wanita berpengetahuan luas, penuh kepedulian kepada negerinya!) – dan Bapak tak ingin, kalau kau menikah pada usia semuda ini.

Ananda Sriatun tersayang.
Masmu Handoyo juga bilang: Dicky luas pergaulannya, tetapi sering kurang memilih-memilah lingkungan mana yang dimasukinya. Ia sering terperosok dalam brandalan semasa remaja, dan sering berkonflik dengan Ayahbundanya. Bapak punya gambaran, dia menyamaratakan perempuan manapun yang ditemui. Kudengar, pada suatu sore, dia menyelinap masuk ke dalam kamarmu. Dari suara yang kutangkap, dia secara paksa menyatakan niatnya untuk tidur di situ bila malam tiba. Kau menolak dengan suara tangis yang sedih. Handoyo segera melaporkan hal itu kepada kami. Ia khawatir sekali, kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas diri adiknya. Dia pun bilang, semula dia tak mengajak Dicky dolan ke rumah kita. Ia sendiri yang memaksa untuk itu, dan Abangmu tak berdaya!

Bapak masih menahan hati untuk tidak melontarkan kata-kata kasar, mengingat Dicky masih menjadi tamu kita, yang harus kita hormati. Tetapi, tatkala dia benar-benar bersikap brutal dengan menarik tanganmu sewaktu kau hendak mandi, maka kemarahan bapak tak tertahankan lagi. Ia segera kulabrak dan aku ancam dengan keras. Kalau Masmu Handoyo tak segera melerai, mungkin ia telah merasakan akibat lebih jauh, bagaimana bapak mempertahankan rumah-tangga ini di ruas-ruas tajam; dan kita perlu mempertahankan harga diri. Handoyo lebih sabar, dan keesokan harinya segera mengajak Dicky kembali ke Sumanding. Lega perasaan bapak dan ibumu. Ibumu menyalahkan Handoyo, kenapa tak menjaga perasaan keluarga. Adik wanita satu-satunya harus dijaga kehormatannya.

Sriatun yang penyabar.
Salahkanlah Bapak, kalau semua kemarahan itu terjadi. Ibarat lelatu dalam tungku, demikian bapak menentukan sikap dalam menanggulangi segala cobaan tatkala merengkuh anak gadisnya. Mengapa dirimu salah-tampa, Nak? Mengapa paginya segera pergi tanpa pamit ke rumah Simbah di Yosowilangun? Kuharap, lebih jernihlah pemikiran serta olah-rasamu, dalam suasana keremajaan ini. Selain bapak sudah menekankan dambaan-hasrat terhadap anak-anaknya, haridepannya, juga landasan kebahagiaan esok hari. Anakku, bukan bapak melarang dirimu bergaul dengan pemuda yang dapat menyelami ihwal-ihwal yang ada dalam lingkar hayatmu, tapi bapak samasekali tak bisa membiarkan seorang Dicky (yang bapak masih meragukan asal-usulnya, ataukah benar-benar dari keluarga baik-baik ataukah justru dari rumahtangga yang berantakan) yang datang dengan ‘sikap budaya modern’ yang dia banggakan itu. Malah, Handoyo sendiri juga belum lagi jelas, apakah Dicky masih seorang bujangan ataukah sudah berumahtangga. Yakinlah, Nduk, bahwa cakrawala hidupmu masih luas, masih leluasa, selebar benua, sebentang angkasa. Suatu saat nanti, kau akan menemukan sahabat pria sejati, yang bisa kauharapkan menjadi calon pendamping yang tepat, dan memenuhi gambaran ideal – seperti apa yang orang tuamu harapkan juga.

Sriatun ananda sayang.
Segeralah dikau pulang, Nak. Lumrah, bahwa terdapat silang-selisih dalam hubungan perkerabatan, di mana pun. Ayahbunda berdoa, semoga Allah memberikan taufik dan hidayatNya atas dirimu. Jangan lupa, mohonlah sukma nan cerah, kalbu nan tinarbuka. Kalaulah ada prahara yang bertiup pada suatu masa, jangan kaukira dia akan jadi angin puting-beliung yang merontokkan segalanya. Kuyakin setelah angin-ribut, maka semilir bakal mengusap pipi, membisikkan kerelaan jiwa. Sesudah gelapmalam, cahaya fajar sidik bakal hadir, menganugerahkan rahmat nan nikmat. Usaplah airmatamu, Nak. Putri bapak nan tabah ini tumbuh bagai Srikandi perwira!


*) Tanggung jawab penulisan pada PuJa

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati