Jumat, 10 September 2010

MENUMBUHKAN PERADABAN MELALUI MURAL DAN PUISI RUANG PUBLIK*

Sri Wintala Achmad**
http://sastrakarta.multiply.com/

Apa ada di benak kita, manakala menyusuri jalanan kota Yogyakarta yang diwarnai kesemrawutan lalu lintas; ketidakrapian penataan papan-papan reklame; dan lebih banyak ditanami gedung-gedung, mal-mal, pusat-pusat perbelanjaan, atau hotel-hotel ketimbang pohon-pohon perindang; serta tidak adanya taman kota yang dapat diakses gratis oleh publik?

Yogyakarta memang belum berhati nyaman sebagaimana slogannya. Yogyakarta musti berbenah. Tidak hanya pada sektor tata kota atau penghijauan yang sangat kontekstual dengan ancaman global warming, melainkan pula pada sektor budaya yang berpotensi untuk menumbuihkan kesadaran peradaban manusia. Mengingat apapun bentuk pembangunan fisik yang tidak disertai penumbuhan kesadaran peradaban manusia hanya seperti membelikan mainan baru berharga mahal buat anak-anak kurang ajar. Dirusaklah maninan itu tanpa diperbaikinya kembali.

Pembangunan fisik kota Yogyakarta melalui hampiran budaya dapat dijadikan langkah arif bagi pemerintah. Karena tidak ada salahnya apabila program pembangunan fisik senantiasa melibatkan para insan budaya, seperti; pemerhati; penggali, pelestari dan penumbuh-kembang; serta pelaku budaya (termasuk seniman). Dalam hal ini, pemerintah harus menopang upaya insan budaya di dalam memresentasikan produk kreativitasnya, terutama di ruang out-door apresiasi publik. Agar publik mengenal dan mengapresiasi nilai-nilai di balik produk budaya yang berkontribusi di dalam membangun peradaban manusia.

Samuel dan Mural
Coretan di dinding-dinding bangunan, tembok-tembok pagar dan tiang-tiang listrik yang dilakukan oleh sebagian anak muda untuk menunjukkan keberadaan kelompoknya sungguh membuat Yogyakarta tidak sedap dipandang mata. Ekspresi dari sebagian anak muda itu membuktikan bahwa ‘Yogyakarta Berhati Nyaman’ sekadar slogan. Bahkan kesan yang muncul, anak muda di kota pendidikan dan kebudayaan ini belum memahami makna substansial peradaban. Peradaban yang tidak direfleksikan dengan kebebasan berbuat apa saja, melainkan pemerdekaan berfikir dan bersikap elegan tanpa mengganggu privasi kenyamanan orang lain.

Berpijak dari realitas di muka, Samuel Indratma di dalam merealisasikan Projek Mural Kota Sama-sama pada beberapa tahun silam layak didukung. Lantaran projek mural yang telah melibatkan peran langsung dari para perupa, anak-anak muda kampung, dan dukungan dari pemerintah tidak menemukan hasil sia-sia. Karena paras kota menjadi kian asri serta memberikan penyaluran kreativitas positif bagi anak-anak muda. Di samping itu, projek mural tersebut pula akan memberikan nuansa rekreatif kota Yogyakarta yang berpotensi sebagai tujuan wisata para pelancong baik dalam maupun luar negeri.

Hal membanggakan adalah ketika Samuel menindaklanjuti Projek Mural Kota Sama-sama itu dengan Projek Mural Tradisi yang melibatkan para perupa tradisi. Karya mural yang dapat disaksikan publik di Jembatan Layang Lempuyangan itu sanggup memberikan nuansa rekreatif, serta dapat dijadikan media kontemplatif bagi publik terhadap nilai-nilai di balik produk budaya tradisi yang merupakan warisan leluhurnya sendiri.

Puisi Ruang Publik
Sejauh saya tahu, puisi yang merupakan salah genre sastra itu masih menjadi makhluk asing di mata publik. Makhluk asing yang tidak mudah dikenal dikarenakan sifat keprimastikannya serta lekat dengan bahasa metaforik dan simbol-simbol pelik. Mengingat kandungan nilai kemanusiaan dan religiusitasnya, maka puisi layak dipresentasikan di ruang strategis apresiasi publik melalui media billboard, banner, neon sign atau sejenisnya.

Secara efektif, Projek Puisi Ruang Publik dapat direalisasikan dengan melibatkan para penyair, perusahaan dan pemerintah. Para penyair yang layak ditampilkan karya-karyanya di ruang apresiasi publik tidak hanya mereka yang masih hidup, akan tetapi yang telah tinggal di alam keabadian, semisal: Kirdjomuljo, Linus Suryadi AG, Kuntowijoyo, Suwarno Pragolapati, Suryanto Sastro Atmodjo, Kuswahyo SS Rahardjo, Sri Hartati, Omi Intan Naomi, Zainal Arifin Thoha dll. Sementara para penyair yang masih hidup dengan karya-karya brilliant, semisal: Emha Ainun Nadjib, Bakdi Sumanto, Landung Rusyanto Simatupang, Rahmat Djoko Pradopo, Iman Budi Santosa, Joko Pinurbo, Suminto A. Sayuti, Musthofa W. Hasyim. Fauzi Absal, Otto Sukatno CR, Abidah El-Khaliqie, Ulfatin CH dll.

Sebagaimana saya kemukakan, Projek Puisi Ruang Publik selayaknya ditopang oleh pihak perusahaan. Tentu saja bukan perusahaan kapitalistik yang sekadar berorientasi pada keuntungan finansial, akan tetapi yang berkomitmen menyelamatkan manusia dari lembah kebiadaban. Dengan demikian, perusahaan terkait berhak mencantumkan nama atau logonya pada salah satu sisi papan media puisi ruang publik yang digunakan. Adapun peran pemerintah terhadap upaya perealisasian projek ini yakni dengan memberikan kemudahan perijinan serta turut membantu perusahaan di dalam memberikan royalti bagi para penyair yang karya-karyanya dipresentasikan.

Apabila gagasan ini direalisasikan, maka Yogyakarta akan pantas menyandang predikat yang diobsesikan Emha Ainun Nadjib sebagai ibukota kebudayaan. Di samping Yogyakarta akan diakui sebagai salah satu wilayah Nusantrara yang memelopori pemberian penghargaan kepada para penyair. Sekelompok kreator yang berkomitmen meumbuhkan peradaban manusia, namun nasib ekonominya jauh di bawah penjahat negara. Kaum koruptor waktu serta uang yang diupetikan rakyat pada Negara tercintanya, Indonesia.

Catatan Akhir
Tulisan di muka sekadar percik pemikiran yang seyogyanya dijadikan materi permenungan bersama. Suatu permenungan yang mengarah pada pengajian, perumusan strategi perealisasian, serta pelaksanaan langkah konkret. Tanpa tindakan nyata, maka pemikiran yang merupakan respon terhadap situasi dan kondisi Yogyakarta masa kini hanya pantas disejajarkan dengan bualan para pemimpi di siang bolong.

Dus sebagai insan budaya, kita pantas dipersalahkan apabila membiarkan peradaban manusia terus tergilas oleh roda-roda mesin kaum kapitalistik. Hingga manusia tidak ubah robot-robot yang hidup tanpa hati nurani. Robot-robot yang tidak lagi memedulikan keselamatan lingkungan sekitarnya, budaya warisan leluhur, serta masa depan personal, generasi dan sesamanuya. Robot-robot yang memercepat datangnya kiamat!

**) Tinggal di Sleman, Yogyakarta
*) Sumber: Kompas Jogja, 31 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati