Kamis, 11 November 2010

Derita Anak, Derita Ibu

Ahmad Zaini*
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Temaram lampu dalam kamar menyorot wajah yang lembab air mata. Kilauan maniknya melintas pelan melewati relung pipi yang tampak merah lebam. Di atas ranjang yang beralas kasur, seorang gadis duduk termenung menatap bagian perut yang semakin lama semakin membesar. Selimut putih dengan variasi garis horizontal di gelar lantas digunakan untuk menutupi perutnya ketika pintu kamarnya terketuk pelan.

Rambut terurai sebahu kemudian dirapikan sembari menyingkap selimut yang menutupi perutnya. Wajah setengah tua dan berkebaya bermotif bunga telah berdiri di depan pintu. Muka murung terukir dari pancaran yang meredup menyedihkan sesuatu. Setelah ia melihat gelagat anaknya yang tidak mencurigakan kemudian wajah dari perempuan setengah tua itu mundur menyelinap di balik daun pintu menuju balai tamu. Di tempat itu kemudian ia duduk santai membaca majalah yang tertumpuk di bawah meja tamu.

Sekelebat bayangan anaknya melintas di depannya. Konsentrasi membacanya buyar dengan seketika lantas majalah yang baru saja ia baca ditutup kembali dan diletakkan di bawah meja itu.

“Akan ke mana kamu, Ras?” tanya ibu setengah tua itu.
“Keluar, Bu,” jawabnya dengan raut murung.
“Rasti…!” panggilnya dengan nada meninggi.

Rasti tak menoleh ke arah suara ibunya yang memanggil. Ia terus berjalan keluar lalu menyetarter motornya yang diparkir di depan rumah. Sesaat kemudian motor itu meninggalkan rumah yang hanya di huni ibu setengah tua yang menjanda dengan anak gadis satu-satunya.

Di sebuah taman yang dipenuhi pohon-pohon besar berdaun rindang, Rasti duduk di atas akar pohon mahoni. Ia terdiam melamunkan seseorang yang telah menghamilinya. Seseorang itu tak lain adalah pacarnya sendiri. Ia ambil HP yang diselipkan di dompet berwarna merah jingga. Berkali-kali ia menghubungi nomor HP pacarnya. Namun berkali-kali pula ia gagal menghubunginya. Rasti kesal kemudian melemparkan HP-nya ke tanah.

“Rusli, ke mana kau?” rintihnya kesal.
Muka kesal yang tertutup uraian rambutnya lambat laun memerah yang kemudian disusul tetesan air mata kecemasan. Rasti kawatir jika nanti pacarnya tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tangan lembutnya mengelus-elus perutnya yang ia rasakan semakin besar. Namun dengan seringnya ia mengelus-elus perutnya bertambah pedih pula hatinya.

Perlahan tangannya meraih HP yang tergeletak di sampingnya. Kemudian ia mencoba menghubungi Rusli, pacarnya. Namun juga tidak berhasil. Ia lantas berteriak memanggil nama Rusli hingga daun-daun yang rindang di atasnya luruh di sekitar tempat ia duduk.

Setiap kali ada hembusan angin yang membelai rambutnya ia selalu menitip pesan jika ketemu Rusli suruh dia datang menemuinya. Namun hembusan angin yang berkali-kali menerpanya tak ada yang mau menyampaikannya. Hingga angin yang terasa lebih dingin dari sebelumnya meraba kulitnya. Rasti baru sadar bahwa hari segera malam. Ia melihat sekeliling sudah tampak sepi. Rasti kemudian beranjak dari akar besar pohon mahoni yang didudukinya sejak beberapa jam lalu.

Sementara cahaya merah jingga menghias langit di sebelah barat. Tampak kelelawar terbang mengitari cakrawala mencari mangsa. Pada pohon jambu kelelawar tadi menyelinap dan bergelantungan menikmati manisnya jambu yang sedang masak. Tiba-tiba kelelawar tadi terbang menjauh dari pohon jambu ketika ada seorang anak yang yang memanjat untuk bersembunyi dari kejaran temannya. Ya, anak-anak dengan riang gembira bermain petak umpet di halaman rumah Rasti.

Tawa geli anak-anak memecah kegelapan malam saat persembunyian mereka diterpa cahaya lampu motor yang dikendarai Rasti. Kemudian mereka berlari meninggalkan tempat itu mencari tempat persembunyian yang lebih sunyi.

Pintu rumah sederhana perlahan terbuka kemudian terlihat sosok ibu yang cemas memikirkan anaknya yang baru tiba.

“Dari mana saja, Ras?”
“Dari rumah teman,” jawab Rasti tanpa menjelaskan nama temannya.

Kamar yang gelap sebentar menjadi tarang saat Rasti menyalakan sklar lampunya. Foto Rusli yang diberi bingkai simbul cinta dipandangnya berkali-kali. Ia berdiri mematung tak berkedip menatap wajah tampan yang telah menghamilinya. Dalam hatinya ia selalu menagih janji yang telah diucapkan Rusli di tempat durjana itu. Ia berjanji akan bertanggung jawab dengan menikahinya. Namun sampai kini Resti tak tahu kabar berita dari pacarnya.

Putaran waktu seakan semakin cepat dan tak terasa kehamilan Resti memasuki bulan ketiga. Badannya semakin segar dengan perut yang semakin membesar. Saat ia keluar dari kamar, ibunya curiga dengan perubahan bentuk tubuh pada diri Resti. Seorang ibu yang menjanda sejak empat tahun lalu tahu persis dengan bentuk tubuh seperti itu. Ia ingin mencari waktu yang tepat untuk menanyai anak semata wayangnya. Pada waktu selesai makan malam ibu Resti menyuruhnya duduk. Ia bertanya kepada Resti.

“Sejak kapan kamu tidak datang bulan, Res?” tanya ibunya.
Resti tidak segera menjawab pertanyaan itu. Resti diam dan takut jika kehamilannya nanti diketahui oleh ibunya.

“Jawablah, Nak! Ibu tahu dan paham apa yang terjadi pada dirimu. Resti, apakah kamu hamil?” tanya ibunya dengan sedikit memaksa.

“Iya, Bu. Saya sudah tiga bulan tidak datang bulan,” Resti mengaku kemudian berlari menuju kamar tidurnya. Ibunya tak tinggal diam. Ia berdiri dan menghampiri Resti yang tertelungkup di tempat tidurnya.

“Siapa yang telah menghamili kamu?” bentak ibunya.
“Rusli. Rusli yang telah menghamiliku, Bu,” jawab Resti dengan tangis.

Mendengar jawaban anaknya, ibu Resti tampak sock. Ia tertegun ketika mendengar pengakuan Resti bahwa yang menghamilinya adalah Rusli. Ia kemudian duduk lemas di kursi yang bersebelahan dengan tempat tidur Resti. Diraihnya segelas air putih di atas meja. Seteguk air cukup untuk memulihkan urat-urat syaraf yang menegang saat mendengar nama Rusli yang telah menghamili anak kandungnya.

Ibu Resti merasa bersalah karena yang mempertemukan Resti dengan Rusli adalah dirinya. Rusli adalah anak dari temannya yang saat ini mempunyai usaha konveksi di daerahnya. Mereka bertemu sewaktu ibu Resti akan memesan kaos untuk ibu-ibu PKK di kampungnya dengan tidak sengaja. Mereka kemudian saling bertukar pengalaman karena sudah hampir dua puluh tahun tidak bertemu. Kemudian mereka berencana menjodohkan anak-anak mereka. Dan ternyata hubungan mereka berlanjut hingga kini sampai-sampai Resti hamil sebelum mereka resmi menjadi suami istri.

“Sekarang di mana Rusli?”
“Saya sudah berkali-kali meneleponnya namun tidak pernah menyambung. Pernah sekali aku ke rumahnya, kata ibu Rusli ia pergi ke Sumatera untuk mengirim kaos kepada pelanggannya. Hingga kini aku belum pernah bertemu lagi,” cerita Resti.

Sesuasana sepi. Tak ada satu pun suara yang muncul dari kedua mulut mereka. Anak dan ibunya itu hanya sibuk menyeka air mata yang terus meluncur dari kedua matanya yang semakin memerah. Wajah ayu Resti lembab oleh guyuran air mata yang tersinar lampu temaram. Sekotak tissue di atas meja habis untuk menyeka air matanya. Dan di lantai kamarnya tampak cuilan-cuilan putih tissue yang mereka buang. Mereka sekarang bersedih memikirkan bagaimana agar janin yang berada dikandung Resti itu ada bapaknya.

Keesokan harinya ibu Resti datang ke rumah Rusli dan bertemu dengan ibunya yang tak lain adalah temannya sendiri. Ibu resti menceritakan keadaan sebenarnya yang dialami oleh anaknya. Dengan harapan semoga Rusli mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Alih-alih minta pertanggungjawaban, ibu Rusli mengelak jika anaknya tak mungkin melakukan perbuatan yang memalukan itu.

“Itu fitnah, fitnah. Tak mungkin anakku melakukan itu. Aku tidak terima dengan semua yang kamu tuduhkan,” kata ibu Rusli sambil berdiri berkacak pinggang di depan ibu Resti.

Mendengar ucapan ibu Rusli, Ibu Resti kemudian pulang dengan tertunduk lesu. Ia sedih memikirkan nasib yang menimpa anaknya. Ia hanya berharap mudah-mudahan Rusli pulang dan tahu bahwa Resti hamil kemudian ia sadar dan mengakui semua yang telah ia perbuat pada anaknya.

Sementara di rumah, Resti mengurung diri di dalam kamar. Ia tak berani keluar rumah karena malu kepada para tetangga. Perut yang semakin lama semakin membuncit berisi janin hasil hubungan gelap dengan pacarnya. Ia tak ingin kehamilannya diketahui oleh tetangga dan menjadi buah bibir orang sekampung. Kini Resti hanya berharap mudah-mudahan Tuhan mengampuni segala dosa yang telah diperbuat dan dipertemukan dengan Rusli agar mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. ***

______________________________
*) Ahmad Zaini, Penulis beralamat di Wanar Pucuk Lamongan, beberapa puisi dan cerpennya pernah dimuat di Radar Bojonegoro, Majalah MPA (Depag Jatim), Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (Dewan Kesenian Lamongan,2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006), Absurditas Rindu (Sastra Nesia Lamongan, 2006), Kidung Rumeksa Praja (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2010). Pembina SMA Raudlatul Muta’allimin Babat, Lamongan.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati