Kamis, 11 November 2010

Penjungkirbalikan Logika Formal

Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 7 Sep 2008

Melalui cerpen-cerpennya, Danarto mempertontonkan berbagai peluang logika cerita yang tak harus konvensional.

Eksperimentasi dalam khazanah Sastra Indonesia mulai marak pada 1970-an. Saat inilah muncul eksplorasi yang amat beragam bentuknya. Para penulis menjajal gaya berbahasa yang berbeda, bereksperimen dengan teknik bercerita, juga mencoba memasukkan elemen-elemen visual sebagai bagian dari karya mereka.

Sebelumnya eksperimen dalam cerpen sudah mulai dilakukan, namun percobaan-percobaan yang dilakukan itu lebih kepada eksplorasi tema. Tema keseharian yang sebelumnya kerap diangkat, berkembang menjadi tema-tema politik atau metafisika.

Sementara dalam hal bentuk, eksplorasi yang dilakukan agak jarang. Kebanyakan cerpen yang muncul sebelum 1970-an masih mengambil bentuk realis.

Menurut Abdul Hadi WM dalam esainya Angkatan 70 dalam Sastra Indonesia, pada periode ini terjadi pergeseran tema dan pandangan tentang dunia dan manusia dalam sastra. Realitas sastra dikembalikan pada pengertian proporsional, sebagai realitas imajiner. Realisme formal yang telah cukup lama mengungkung didobrak. Dan para eksponennya Danarto, Budi Darma, Putu Wijaya, Iwan Simatupang menggunakan simbolisme dalam karya-karyanya dan banyak menggali mitos dan tradisi.

Eksplorasi Danarto
Dari nama-nama tersebut, Danarto adalah salah satu yang paling eksperimental dalam berkarya. Mengangkat tema-tema mistisisme Jawa yang dibaurkan dengan tema-tema Sufi yang kuat, Danarto membuat cerpen-cerpen yang mengaburkan batas antara realita sehari-hari dengan fantasi. Dunia dalam cerpen-cerpen Danarto menjadi dunia antara, yang mengambang di antara yang abstrak dan riil, tidak fana tapi tidak baka. Di dalam dunia itu bisa saja terjadi: Abimanyu berdialog dengan kodok, penari kecak dengan mesin komputer, Hamlet dan Horatio menembus waktu.

“Danarto dengan cerpen-cerpennya menjungkir balikkan logika formal sebuah cerita. Cerpen-cerpennya dibuat begitu tidak teratur. Menabrak batasan-batasan logika bercerita standar yang saat itu dikenal orang. Oleh karena itulah tokoh-tokoh dalam karya bisa berupa apa saja. Bisa bunga, bisa manusia, bahkan ayat Al-Qur’an sekalipun,” ujar Maman Mahayana pengajar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Menurut kritikus Ribut Wijoto, Danarto berangkat dari kerangka penceritaan yang tak realis. Ini membuatnya bebas mengekeplorasi berbagai kemungkinan. “ Tetapi ketidakrealisan Danarto tidak muncul secara tiba-tiba. Ada logika teks yang mengikat dari awal hingga akhir cerita.”

Sejak awal Danarto membangun dunia yang tidak realis dalam cerpen-cerpennya. Dalam dunia yang ia ciptakan itu semua hal yang tak mungkin di dunia nyata, menjadi mungkin. Tokoh-tokohnya bisa menembus batas ruang dan waktu.

“Artinya, Danarto membangun logika teks tersendiri. Tidak logis dalam dunia nyata atau dalam cerpen orang lain, bisa menjadi logis dalam cerita Danarto. Maka, cerpen Danarto pun berisi keanehan-keanehan yang memiliki logika tersendiri,” ujar Ribut dalam sebuah wawancara melalui email dengan Jurnal Nasional.

Berdasarkan dunia yang dibangun secara tak realis itu, Danarto membuat cerita dengan gaya yang sama sekali berbeda. Alur cerita bisa diawali dengan sebuah konflik, lalu melompat ke masa lalu. Kemudian melompat lagi ke akhir cerita. Plot cerpen Danarto kerap tak lurus, dan tak jarang dibuat dengan akhir yang menggantung. Hasilnya adalah plot yang dipenuhi dengan kejutan.

Danarto juga bebas bermain-main dengan seting. Latar cerita yang tidak realis memungkinkan latar cerita yang tidak terkungkung ruang. “Danarto lebih tunduk pada konsep,“ kata Ribut.

Sementara penokohan sama bebasnya dengan aspek lain dalam cerpen Danarto. “Kerapkali tokoh-tokoh Danarto adalah manusia yang tidak bisa dibayangkan berdarah atau berdaging. Tokoh-tokoh Danarto adalah tokoh-tokoh yang absurd. Tapi karena ditunjang oleh dunia yang absurd juga, maka penokohan menjadi kuat. Artinya tokoh hidup dalam logika teks yang wajar.”

Cerpen-cerpen Danarto juga bebas dari hubungan kausalitas. Ceritanya yang bisa berupa apa saja, dan bebas mengalir ke mana-mana. “Danarto bisa dikatakan sebagai seorang sastrawan yang mengabdi pada tokoh-tokoh ciptaannya. Berbeda dengan pada umumnya sastrawan yang mengarahkan tokoh-tokoh ciptaanya,” ujar Maman.

Membaca karya Danarto, seseorang tidak bisa menggunakan logika konvensional. Ia harus mengikuti saja ke mana cerita membawanya. “Barulah di akhir cerita kita akan melihat apa sebenarnya yang ingin ia katakan, apa pesan yang ada dalam cerpen-cerpennya,” kata Maman Mahayana.

Danarto yang juga seorang perupa, bereksperimen dengan bentuk dan gambar dalam cerpen-cerpennya. Dalam Godlob, ia lakukan misalnya dengan menjadikan gambar jantung hati sebagai judul salah satu cerpennya. Dalam Adam Ma’rifat gambar satu bar balok not ia jadikan sebagai judul. Sementara kumpulan cerpen Berhala dibuka dengan sebuah cerpen yang diberi judul singkat, sebuah tanda seru.

Latar belakang sebagai seorang perupa ini menurut Ribut Wijoto ada kemungkinan berpengaruh pada eksplorasi Danarto dalam membuat karya sastra. Karya-karyanya kaya dengan lukisan kehidupan. Peristiwa-peristiwanya imajinatif, tak jarang juga puitis.

“Semisal ketika dia menggambarkan sebuah lembah yang penuh dengan tengkorak bayi. Di situ ada seorang buta. Gambaran tersebut menurut hemat saya amat imajinatif. Saya membandingkannya dengan Acep Zamzam Noor. Seoran penyair yang juga pelukis yang kerap menghasilkan karya-karya yang amat imajinatif,” kata Ribut.

Perbedaan mendasar
Bersama para prosais eksperimental lainnya, Danarto mengembangkan sebuah gaya bercerita yang absurd. Persamaan di antara keempatnya, mereka membuat cerita-cerita yang anti alur, anti tokoh. Cerita bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, sementara tokoh bisa siapa dan apa saja. Namun para eksponen itu, Iwan Simatupang, Budi Darma, Putu Wijaya serta Danarto, memiliki kencendrungannya sendiri-sendiri.

Danarto mengembangkan mistisisme Jawa dan Sufi dalam karya-karyanya, sementara Putu Wijaya mengembangkan Hinduisme, Iwan Simatupang dan Budi Darma sama-sama berpijak pada filsafat Barat khususnya eksistensialisme.

“Budi Darma memiliki tokoh Rafilus yang biasa berolahraga dengan memukul-mukul tiang listrik sampai bengkok. Sementara Putu Wijaya kerap kali memakai tokoh hewan dalam cerpennya. Iwan bisa memunculkan kehidupan absurd seorang penjaga kuburan. Dan tokoh cerpen Danarto kerap kali bukan manusia, kalaulah tokohnya manusia, tokohnya sangat tidak manusiawi atau tidak seperti manusia biasa,” Kata Ribut Wijoto

Dalam sebuah cerpennya Danarto memunculkan karakter seorang komisaris yang muncul bersamaan di beberapa perusahaan di Jakarta di hari yang sama. Dalam Rembulan di Dasar Kolam Danarto mengulangi pola ini dengan menampilkan sosok seorang istri yang bisa muncul di dua tempat secara bersamaan, mengikuti suaminya yang diam-diam berselingkuh.

“Yang jelas Danarto berbeda dari ketiga lainnya. Satu hal mendasar yang membedakannya, Danarto punya keteguhan dalam menyingkap rahasia ilahi ataupun rahasia hidup. Bahwa, kehidupan tidak selalu masuk akal. Pilihan yang ditempuh, Danarto kerap memasukkan wacana-wacana mistis Islam maupun hal-hal gaib. Dia secara teguh, lebih dibanding pengarang manapun, terus-menerus mengeksplorasi tema mistis tersebut,” kata Ribut.

Konsistensi mengangkat tema-tema mistis ini membuat cerpen Danarto benar-benar berbeda dengan para eksponen lainnya. Budi Darma misalnya tidak akan mempertemukan tokohnya dengan tokoh yang bukan manusia. Begitu pula dengan Iwan Simatupang, tokoh-tokohnya tidak akan mengalami hal-hal gaib sementara Putu yang dengan jenaka kerap melontarkan protes sosial tidak akan menceritakan tokoh yang mengalami pengalaman batin yang sufistik.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati