Rabu, 03 November 2010

Menulis Melampaui ”Perang” Tulis

Salman Yoga S *
http://blog.harian-aceh.com/

SENIMAN tidak dilahirkan oleh Universitas dengan Fakultas Seni-nya. Sastrawan tidak dilahirkan oleh Fakultas Imu budaya dengan Jurusan Sastra-nya. Hanya seribu satu orang dari bidang ini yang benar-benar konsen dalam bidangnya. Dibelahan dunia manapun, seniman dan sastrawan selalu lahir dan ”dimuntahkan” dari sosio culture makro.

Aceh, Sampai saat ini bahkan sepanjang sejarah belum mempunyai kritikus sastra. Yang kita punya adalah pengkaji dan peneliti sastra. Meskipun di sejumlah perguruan tinggi negeri atau swasta di Aceh tersebar sejumlah akademisi S3 sastra. Tetapi mereka hanya berasyik ria dengan pengajaran kurikulum yang kaku, fasikh menyebut karya dan sastrawan yang hidup ratusan tahun silam, tetapi gagu menyebut pelaku, karya dan konten sastra fenomenal terkini. Padahal, sebagaimana sifat ilmu umumnya selalu mengacu kepada kebaharuan, tentu dengan tanpa harus mengesampingkan karya dan pelaku sastra klasik. Lalu majukah kajian sastra kita ?

Barangkali demikian pula halnya dengan eksistensi kritikus sastra kita, ia tidak dilahirkan oleh disiplin ilmu yang berkenaan dengan kajian lingkup sastra; teori, pelaku, aliran, karya dan konten sehingga Aceh yang dikenal kaya dengan kesusastraannya tidak memiliki seorang kritikuspun yang mumpuni.

Di tengah produktif dan membanjirnya pelaku serta karya sastra kontemporer di Aceh justru tidak memiliki satupun pembanding dari kalangan akademisi sebagai benteng atau pecut adalah sesuatu yang tak dapat dipercaya. Sungguh sebuah fenomena peradaban yang timpang, sungguh sebuah dinamika kreatif yang ironi.

Terlepas dari era kegelapan akan keberadaan kritikus sastra Aceh yang tanpa ujung itu, dunia kesusastraan dan tulis menulis Aceh saat ini justru kembali kedatangan “pemain baru” dengan stail dan karya terbarunya pula. Zack Arya namanya dan EL-Mansiyä tajuk novelnya.

Banyak penulis lahir dari sebuah ketertarikan, hoby, jalan yang terbuka untuk menyampaian pikiran dan ide-ide. Sebagai media dalam mengkomunikasikan ide, rasa bahkan imajinasi-imajinasi liar menyangkut sesuatu yang telah dan akan terjadi. Menyangkut sesuatu yang ada dalam realita maupun diluar alam nyata. Antara hal yang bersifat imajinatif atau fakta. Fiksi atau non fiksi.

Berangkat dari hal tersebut banyak juga kemudian yang menjadikan dunia seni, sastara secara lebih khusus dan dunia tulis menulis yang lebih umum menjadi jalan sekaligus pilihan hidup. Meskipun menulis itu sendiri tidak mempunyai kurikulum dengan acuan-acuan yang baku, berbeda dengan dengan tenik dan struktur penulisan karya ilmiyah dengan pola dan rambu-rambu tersendiri.

Tidak jarang juga dalam konteks realiti ini individu-individu yang muncul adalah mereka yang secara keilmuan tidak berkolerasi langsung dengannya. Lalu apa yang menjadi faktor utama ketika individu-individu dimaksud mengkreatifkan diri untuk menulis karya sastra semisal puisi, cerpen, novel/novelet atau berbagai sejenis karya sastra lainnya?

Banyak alasan dan banyak kemungkinan-kemungkinan yang menghantarkan seseorang untuk menjadi dan memilih menulis. Diantaranya dari sekian kemungkinan itu adalah Pertama: kesadaran komprehenship akan ampuhnya dunia tulis-menulis sebagai media komunikasi individual dan massal. Formal dan non formal. Kedua; sensibilitas terhadap dunia sastra yang memungkinkan sebuah ”fenomena” dapat diaktualisasikan secara lebih leluasa, renyah dan membumi. Ketiga; keinginan kuat dari penulisnya sendiri untuk mengaktualisasikan potensi sekaligus eksistensinya dalam kehidupan sosial.

Penulis dengan karya yang mendapat pengakuan dari publik ketika eksistensi dan kontinyuitas karyanya muncul dihadapan publik dikonsumsi oleh massa. Hal tersebut hanya dimungkinkan ketika sebuah karya dipublikasikan melalui media-media cetak massa. Terlepas dari kualitas, terkadang kuantitas juga sangat diperlukan dalam menjaga konsistensi menulis.

Banyak para penulis lahir dari media cetak. Kontinyuitas dalam berkarya menjadikannya sebagai penulis, kolumnis, cerpenis, novelis atau sebutan lainnya diluar wilayah kerja jurnalis profesional. Tetapi untuk muncul dihalaman-halam media cetak membutuhkan sebuah seleksi oleh radaktur. Redaktur melalui kebijakan medianya dalam hal ini menciptakan semacam ”perang” karya tulis. Seleksi kualitas dan konteks tulisan.

Barang siapa yang menjadi pemenang dalam ”perang” tersebut, maka karyanyalah yang akan termuat. Tetapi bagi yang kalah akan menunggu giliran atau malah mendarat di tong sampah. Para pemenang dari ”perang-perang” tersebut secara alamiyah akan menjadikannya sebagai penulis. Meskipun secara alamiyah juga akan kalah dengan pertaruhan konsitensi akibat kesibukannya sendiri.

Zack Arya, adalah penulis muda Aceh yang lahir di luar kecamuk ”perang terbuka” media cetak. Ia menciptakan ruang ”perang” sendiri dengan menulis dan menerbitkan karyanya sendiri pula. Sebagai sebuah karya kualitasnya hingga sampai menjadi buku bukanlah sesuatu yang patut dipertanyakan. Karena ”perang” yang ia ciptakan adalah untuk kemenangannya sendiri.

Publik pembaca tidak pernah disuguhi fase kerja kreatif bagaimana ia sampai kepuncak pendokumentasian karya. Ketika sudah menjadi buku, maka iapun mau tidak mau akan menghadapi “perang” yang ia picu sendiri. Bedah karya barang kali adalah medan “perang” yang terpicu itu. Sang penulis harus mempertanggungjawabkan karyanya, mulai dari originalitas, muatan pesan moral dan lain-lain. Meskipun dari segi marketing hal terbut tidak mempengaruhi sebuah karya menjadi best seler atau tidak, karena publik mempunyai kreteria dan interes bacaan yang terkadang sulit di tebak.

Banyak hasil karya tulis yang dikukuhkan sebagai pemenang sebuah lomba tetapi tidak laku di pasaran. Sebaliknya sebuah karya yang lahir begitu saja tanpa melalui “perang” media dan seleksi publik justru “meledak”. Ayat-Ayat Cinta, atau sederetan karya Habiburrahman lainnya yang mendapat tempat menggembirakan dipasar-pasar buku adalah sebuah contoh.

Laskar Pelangi karya Andreas Hirata adalah contoh lain dimana sebuah karya yang lahir dari penulisnya sendiri tanpa melalui “perang-perang” karya di media. Berbeda dengan Abidah Al-Haleki dengan novelnya yang berjudul Perempuan Berkalung Surban yang selain menjadi salah satu novel besseler Indonesia juga sukses di layar lebar.

Titik perbedaanya adalah, Abidah Al-Haleki sudah melampaui “perang-perang” karya di media, namanya sudah cukup lama dikenal di Yogyakarta dengan sederetan karya sastranya yang dimuat di berbagai media cetak pusat dan daerah. Sementara Andreas Hirata dan Habiburrahman sebelumnya tidak pernah dikenal dalam “pertarungan” karya di media cetak Indonesia. Demikian pula dengan Zack Arya, namanya belum pernah terbaca dalam media cetak terbitan Aceh dengan karya sastra sesederhana apapun. Lalu tiba-tiba ia muncul dengan summit karyanya.

Tampaknya novel EL-Mansiyä mencoba mengikuti pola keberuntungan dua penulis Andreas Hirata dan Habiburrahman yang kini telah menjadi ikon penulis novel Indonesia mutakhir, mengalahkan Ayu Utami dengan novel Saman-nya, Helvitiana Rossa dan lain-lain. Hal tersebut bukan saja tampak dari segi desaigh cover tetapi juga formula cerita dan judul yang di Arab-Arab-kan.

Zack Arya yang bernama asli Zakaria Nur Elyasy kelahiran Bener Meriah 19 April 1984 ini tampaknya mengamati betul akan fenomena yang berhasil diraih oleh Habiburrahman dan Andreas Hirata. Tetapi pertanyaannya kemudian adalah; apakah novel EL-Mansiyä mempunyai intresting yang sama dengan karya-karya fenomenal tersebut yang bukan saja dalam bentuk cetak tetapi juga sukses di layar lebar? Apakah publik pembaca novel Aceh atau malah Indonesia mampu ia hipnotis dengan sajian karya tanpa publikasi yang memadai, dan apakah sebaran novel mampu menembus pasar-pasar potensial dengan jumlah eksemplar yang terbatas? Tak ada yang mustahil jika ikhtiar terus dipacu.

Hal positif El-Masiyä adalah karya dan buku pertama Zack Arya, yang membuktikan bahwa “perang tulisan” dan persaingan pemuatan karya tulis pada media cetak telah ia kesampingkan. Ia lahir bukan dari workshop atau sekolah non formal kepenulisan. Ia menciptakan dan menyelesaikan ”perang” dalam daya kreatifnya sendiri. Otodidak tulen dengan ambisi yang kuat, maka lahirlah novel El-Masiyä yang ditulis dan dipersiapkan dalam dua tahun dengan kualitas kertas yang cukup lux untuk ukuran kebayakan novel yang terbit di Indonesia. Menyajikan ekses konflik yang berimbas pada penderitaan rakyat, cinta dan kesetiaan adalah poin positif lainnya dari novel ini.

Kebalikan dari hal positif tersebut adalah frase kepenulisan terkesan tidak beraturan dan penggunaan perulangan kata yang mubazir, cenderung bertele-tele dan dramatisasi konflik yang dangkal, sehingga sulit ditemukan adanya plot cerita yang menggigit. Satu hal lagi yang terpenting bahwa penulis kurang berani mengambil sikap dalam mendiskripsikan alur, selayaknya setiap penulis harus menempatkan idealisme humanismenya dan rakyat yang tertindas sebagai ”Tuhan”. Hal ini tidak muncul karena penulis cenderung mengambil sikap ”aman” tanpa berani mengambil sikap memihak kepada yang lemah (rakyat), dan ini diakui oleh penulisnya sendiri.

Secara umum novel El-Masiyä berlatar konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Tentara Indonesia yang berimbas pada pada penderitaan rakyat, berkisah tentang Kamal dan Arnati sebagai tokoh utama cerita. Meskipun keduanya berasal dari budaya berbeda, Gayo dan Aceh, tetapi hati mereka terpaut dalam cinta. Dilema asmara keduanya bermula ketika kehadiran seorang Komandan Tentara di Ketapang Manyang, yang selanjutnya menanamkan budi pada Arnati dengan pamrih pinangan.

Rencana sang Komandan menggiring Arnati kepelaminan dikandaskan oleh guncangan Gempa dan bah Tsunami 26 Desember 2004. Bencana dahsyat itu bukan saja mengakhiri cinta ”kuasa” sang Komandan tetapi juga menyudahi penderitaan orang-orang Ketapang Manyang.

Letak menariknya novel EL-Mansiyä untuk disimak dari halaman ke halaman adalah pendiskripsian kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh, bukan saja tentang adat dan ritual tetapi juga mistiknya.[]

Judul Buku : EL-Mansiyä
Penulis : Zack Arya
Penerbit : CV. Pede Grafika & Zecka Publisher
TahunTerbit : 2010
Tebal : xi + 321 Hlm
ISBN : 978-602-96760-0-6

*) Salman Yoga S, Sastrawan dan dosen Ilmu Komunikasi pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati