Abdul Aziz Rasjid
http://sastra-indonesia.com/
Tulisan ini adalah tanggapan atas sebuah perrnyataan dan pertanyaan pendek saya di facebook, 16 juni 2010 jam 20:36. Isinya sebagai berikut:
Dua tahun lalu saya menemukan catatan dokumentasi kegiatan sastra di Banyumas di tumpukan majalah toko buku loak, judulnya “Kancah Budaya Merdeka” (HORISON/O7/XXIX/66). Membaca catatan itu seperti mengantarkan saya pada geliat kegiatan sastra di Banyumas 16 tahun silam. Jalan benarkah jika dokumentasi itu saya temukan begitu kebetulan di toko buku loak?
Berikut ini, tanggapan-tanggapan dari beberapa teman:
Chandra Iswinarno
wah apa cerita dibaliknya?
Dede Dwi Kurniasih
itu jodohmu kang,bukan sekedar kebetulan kurasa
Abdul Aziz Rasjid
aku kutipkan satu paragraf penuh ya Chan:
Kancah Budaya Merdeka, kelompok penyair di Banyumas, 24 April 1994, menyelenggarakan sarasehan sastra bekerja sama dengan sanggar Nafiri, Cilacap, dalam rangka memperingati hari Chairil Anwar. Herman Affandi, tampil sebagai pembicara dengan makalah berjudul “Chairil Anwar dan Inovasi Puisi Indonesia”, … Lihat Selengkapnyadidampingi Edhi Romadhon serta Sutarno Djayadiatma. Di samping itu dilangsungkan pula acara pembacaan puisi oleh anggota kancah, antara lain Badruddin Emce, Haryono Sukiran, Ansar Balasikh, Nanang Anna Noor, Wanto Tirto, Lukman Suyatno, dan lain-lain.
(Majalah Sastra Horison, nomor 07 tahun XXIX edisi: Juli 1994. Kolom Jendela. hal:66)
Abdul Aziz Rasjid
- Dede: kalau tak kebetulan sepertinya lebih menyenangkan De. Misalkan jika dokumentasi semacam itu dengan mudah dapat kita dapatkan di Dewan Kesenian Banyumas….he..he..he…jadi dokumentasi itu tidak bertumpuk baur dengan resep-resep makanan, majalah tentang rajah tangan atau majalah tentang otomotif
Dede Dwi Kurniasih
iya ya…jadi malu. minat baca kita memang amburadul. makanya dokumentasi sepenting itu masih saja bertengger diloakan
Wisnu Shanca Bhumi
mantap,…. kejayaan yang berserak karat
Wiwit Mardianto
sastra di banyumas memang sudah usang kang, sudah mengering. jiwa-jiwa membaca anak muda berubah menjadi abu di cafe dan karaoke.
makanya layak ditempatkan di toko loak.
Abdul Aziz Rasjid
- Wisnu: “kejayaan” yang berserak dan tak terdokementsikan dengan baik itu, di sisi lain telah mengakibatkan pembersihan massal terhadap karya sastra Indonesia di Banyumas menjadi “tak” terbaca.
Abdul Aziz Rasjid
-Wiwit: mungkin kau perlu mencatat di pusimu pertemuan anak-anak muda dengan cafe dan karaoke.
Sari Handayani
Aku bersedia ziz menjadi fragmen dlm esai mu tentang cafe dan karaoke.
Tetapi tidak untuk menjadi abu&asap rokok dalan cafe ataupun karaoke.
Jadi kapan kta karaokean brg untuk mendalami esai mu selanjutnya??Hahahahahaha…..
Abdul Aziz Rasjid
aku ngikut kamu saja Sar jadwal karaokenya
Chandra Iswinarno
Skarang bgm caranya mengembangkannya agar lebih progress serta menandai zaman karaoke dan cafe dlm literer sastra bms, ziz?
Abdul Aziz Rasjid
Perlu diteliti lebih detail adakah dalam karya sastra dari banyumas yang menjadikan karaoke dan cafe sebagai kode pribadi dalam karyanya, dengan catatan kode pribadi ini belum pernah digunakan oleh penyair lainnya. Istilahnya terjadi idiolek. Untuk mengetahui hal ini karya sastra dari banyumas ya harus dibaca lebih teliti lagi. Dan lagi-lagi dokumentasi menjadi penting dalam usaha pembacaan ini.
Badruddin Emce
beruntung sy rajin mengarsipkan tulisan sendiri. memang ada beberapa yg terlepas. tp lumayanlah, sapa tahu suatu hari ada investor yg tiba-tiba ngasih modal penerbitan, atau menang dalam sebuah award sastra… :)
Dharmadi Penyair
kelemahan teman-teman banyumas adalah dalam hal dokumentasi. sehingga untuk purwokerto khususnya, tak tercatat pada tulisan mas Triyanto dalam pemetaan sastra di purwokerto. padahal, kegiatan sastra di banyumas di mulai di purwokerto sejak tahun 1970, dan sampai sekarang “oknum-oknum” nay masih bergerak di mana-mana. catat mas Azis, sejarah sastra di banyumas. kapan-kapan bisa bongkar dokumentasi di tempat saya. saam.
Imam Hamidi Antassalam
dia yang akan hidup 30 tahun ke depan lebih percaya pada dokumentasi. jadi, mulailah rajin2, mendokumentasikan segala momentum.
Badruddin Emce
Mas Imam, Cilacap, apalagi Kroya, dlm hal sastra blm ada “sekukuireng”nya Purwokerto. Jd musti lebih kerja keras. Tak hanya mndokumentasi, tp jg dlm berkaryanyata. Selebihnya urusan pribadi masing2..
Agustav Triono
Mungkin pnemuan artikel di loakan bkn satu2nya patokan dokmntsi sastra bms masa lalu terabaikan.coba qt bongkar gudang sastrawan2 Bms,spt kata p.Dharmadi. p.Bad.trnyt msh mnympn dokmntsi. Lalu siapa yg akan mmulai mmusatkan dok.yg trcecer itu?
Ahita Teguh Susilo
Sastra lahir dari sastrawan dan sastrawan terbentuk dari orang yang mengabdikan hidupnya pada sastra. Tidak selamanya seseorang bisa mengabdikan diri kepada sastra, kecuali orang-orang yang beruntung. Bagi sebagian lainnya sastra hanya bisa… beberapa tahun saja digeluti secara total, karena kesulitan hidupnya membuatnya bercerai dari sastra.
Namun walaupun hanya sebentar, itu sudah sangat berarti daripada tidak pernah sama sekali ….
Yosi M. Giri
Setelah membaca masa lampau, apa yang kau lakukan hari ini bung? Mengulang atau menginovasi?
Tapi kuberi kau 5 jempol, untukmu Wahai HB Jassin Kecil (meminjam kata Edon), untukmu Arief Budiman (seorang psikolog yang nyastra), juga untuk peru…ntunganmu (yang selalu menemukan sesuatu yang tak banyak penulis muda dapatkan). Tuhan bersama orang-orang yang bekerja dengan senang hati.
Abdul Aziz Rasjid
?- Gustav: Lalu siapa yg akan memulai memusatkan dok.yg trcecer itu? Pertanyaanmu ini Gustav, seharusnya sudah lama dan penting diajukan -untuk kemudian diperhatikan- oleh lembaga semacam dewan kesenian yang memang bertanggung jawab pada pr…oduk-produk sastra dan budaya. Tetapi jika lembaga-lembaga itu hanya jadi sekadar bangunan yang ceroboh dan hanya pandai merancang proposal, apa boleh buat, mesti ada jalan alternatif yang lain.
-Yosi: aku baru akan menata masa lampau dalam sebuah album. Agar tak menjadi semacam potret tua yang mudah lecek dan luntur, aku baru akan menempel agar tak cepat kotor.
Dharmadi Penyair
mas Ahita benar; tetapi sayang, kenapa mesti menghindari menulis puisi, Mas? tentang kesulitan hidup, saya percaya Anda tak mengalami. Anda salah satu legendaris penyair banyumas; pengakuan itu diucapkan oleh mas Wahyu Mandoko.
Dharmadi Penyair
berbicara sejarah (sastra) pasti bicara masa lalu. Lalu untuk apa? untuk melihat masa sekarang, ada perkembangan tidak? lalu bagaimana menatanya, untuk masa depan.
Banyak yang berperan untuk menghidupi sastra di banyumas, dengan caranya masi…ng-masing. Tentu saja nama Abdul Wachid BS tak boleh dilupakan, dan tentu saja nama-nama lainnya. masyarakat (sastra) banyumas perlu bersyukur ada Abdul Azis Rasjid, dan bisa juga disebutkan Yosi M Giri. tentang DKKB? saya pernah usul, untuk menghubungi sastrawan yang ada di banyumas. minta arsip karyanya, juga berita-berita kegiatan yang ada di koran dengan cara memfotocoy, seperti yang selama ini dilakukan mas Azis dn mas Yosi. selamat dan semoga menjadi dokumentator yang andal.
I’ank Kie
wah aku kerian dikirimine kie.. hehehe..
aku seneng je.. kalau ga rian aziz ini yang bikin puwokerto hangat.. //DKKB?? aku selalu mengingatnya 2004 akupun mempertanyakannya bro? huahahaha.. bukan apa2 tapi priwe sih ya.. bubarna bae apa??? …hehe..
probelmatikanya sama dengan teater sob, kau pun sudah berbicara disokaraja mbigar tentang dokumentasi.. ya kaya kuwe..
siki pokoke ayo angkatan muda pada bareng2 berbenah nyengkuyung dokumentasi tetang trasi ( teater dan puisi) aja pada pediren karo jaim jaiman
Chandra Iswinarno
yuks kita nyatakan, mumpung ada saksi hidup yang akan bercerita bagaiaman mereka menandakan zamannya saat itu dan teman2 muda yang akan meraba tandanya di masa kini…bagaimana kalau langsung bergerak tanpa basa basi seperti ini…mau kita mulai darimana?
Abdul Aziz Rasjid
Menanggapi proses perbincangan ini, setidaknya –bagi saya– terlihat, bahwa pendokumentasian menjadi hal yang tidak “sepele” sebab akan berhubungan dengan pembacaan sejauh mana perkembangan wawasan dan ucapan sastra Indonesia dari banyumas….
Di antara beberapa teman, juga tampak keinginan adanya aksi terhadap wacana yang diperbincangkan ini. Dari kesadaran yang setidaknya serupa bahwa dokumentasi penting, dan sudah ada titik terang bahwa beberapa karya masih tersimpan, saya kira bukan hal mustahil bila pendokumentasian memang segera dilakukan.
Tinggal bagaimana sekarang, saya kira, teman-teman dan tentu juga saya, saling berbagi peran menyamakan pandangn agar kerja ini menjadi kerja bersama. Karena kerja personal tentu akan melelahkan.
Akhirnya, saya kira, pembagian peran dan penyamaan pandangan membutuhkan waktu dan tempat yang tepat untuk dibicarakan dengan lebih detail.
Dharmadi Penyair
Mengharukan sekali saya membaca komentar kawan2 pada tulisan mas Azis.bgmana kalau diadakan silaturahmi sehabis lebaran fokus membicarakan tt sejarah sastra di banyumas raya?
Nanang Anna Noor
Menulis puisi tak musti harus terpaku pada media ‘koran kesombongan’. aku tetap menulis puisi, mulai dari dunia maya, tembok rumah,kulit jati, tudung becak hingga topi seorang pemulung. Bahkan akau pernah menulis sebait puisi tepat dibawah puting seorang pelacur.Tak perlu menangisi
Riyan El Jameel
jadi teringat sama satu buku yang ku temukan di rumah temenku, dan ketika coba ku cari di perpus daerah kabupaten banyumas ternyata masih tersisa sekitar 2 – 3 buku di situ. sebuah buku antologi puisi yang merupakan kumpulan dari penyair-pe…nyair banyumas, termasuk bupati banyumas pun turut serta juga dalam antologi itu. Di terbitkan seiring perayaan 50 tahun kemerdekaan indonesia, oleh penerbit purwokerto juga. itulah dia “ANTOLOGI PUISI SERAYU”.
Haru biru mengalir dalam kalbu, ketika ku lihat foto pada dinding rumah salah satu penyair/seniman dan budayawan yang turut pula menyumbangkan karyanya dalam antologi serayu itu.
beberapa foto belasan tahun yang lalu, ” Penanda tanganan Rekor MURI 50 jam pembacaan puisi estafet “. sungguh ku merindu pada suasana seperti itu, meski hadirnya rinduku adalah sekedar dari sebuah buku dan foto di dinding rumah itu..
Nanang Anna Noor Toleransi sorang Madura kepada Banyumas, Jempol 10
09 Oktober 2010
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=453418947488
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar