Sabtu, 16 April 2011

‘Negeri Riau’, Pilar Agung Sastra Melayu

Edy A Effendi *
Media Indonesia, 2 Des 2007

DALAM jejak sejarah, tradisi penulisan kesusastraan Melayu selalu melahirkan ‘prasasti’. Prasasti itu membiak ke berbagai wilayah, yang pada akhirnya membangun identitas Melayu sebagai poros besar dalam lajur kehidupan sastra di ranah Nusantara ini.

Prasasti yang bisa dibaca dalam lajur tapak sejarah sastra Melayu adalah lahirnya tokoh-tokoh agung, sebutlah Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, Tuan Guru Abdurrahman Sidik, Soeman HS, BM Syamsuddin. Mereka telah menitikkan jejak sejarah kesusastraan Melayu sejak 500 tahun silam.

Seperti kita tahu, tradisi itu dimulai dari Hamzah Fansuri. Seorang pelanjut warisan sastra Melayu, Umar Usman Hamidy (UU Hamidy), atau lebih akrab disapa Pak UU, bertutur, Hamzah Fansuri berangkat dari Aceh. Ia digelari sebagai Pilar Agung Sastrawan Melayu Abad XVI.

Pada abad XVII, posisi itu diteruskan Tun Sri Lanang. Ia menulis Sulatus Salatin yang berisi sejarah Melayu. Sesudah itu, gemanya terus mengalir hingga ke Riau. Pada dekade itu, lahir tokoh agung dalam sastra Melayu, Raja Ali Haji. Ia berkibar pada kurun waktu abad XIX.

Raja Ali Haji ialah sastrawan Melayu yang tumbuh dari negeri Riau. Ia menulis kurang lebih 13 karya dan yang paling populer disimak generasi sastra di jagat nusantara ini, Gurindam Dua Belas.

Pak UU, budayawan dan sekaligus kritikus sastra Melayu, pada 26 November, menerima Anugerah Sagang sebagai Tokoh Budayawan Pilihan Sagang 2007 di Pekanbaru, ia pun berkisah bahwa Raja Ali Haji menulis berbagai persoalan dari sejarah, kitab hukum serta tata bahasa dan sastra. Raja Ali Haji berhasil membina generasi penulis Melayu dan melahirkan kelompok cendekiawan Riau bernama Rusydiah Club pada abad XX.

Rusydiah Club itulah yang menebar pesona Melayu. Ia bisa dicap sebagai paguyuban terbesar di Asia Tenggara pada abad XIX. Tempat menyimak berbagai delik persoalan.

Sumbangan bahasa

Dalam percakapan informal dengan berbagai wartawan Ibu Kota, Rida K Liamsi, Ketua Yayasan Sagang, di Pekanbaru, mengurai sumbangan terbesar dari khasanah Melayu adalah soal bahasa. Bahasa menjadi identitas penulis yang lahir dari ranah Melayu dan menjadi pembeda dengan penulis-penulis di luar wilayah Melayu. Maka, tidak salah jika UU Hamidy menulis buku bertajuk Riau sebagai Pusat Bahasa dan Kebudayaan Melayu.

Dalam konteks itulah, Rida mempersoalkan adakah sumbangan lain setelah bahasa? Rida layak mempersoalkan sumbangan lain dari daratan Melayu ini selain bahasa karena seperti kita tahu, satu identitas yang tidak luput kesusastraan Melayu adalah bahasa. Dan identitas-identitas lain selain bahasa dalam kultur Melayu, tidak ubahnya identitas lokal dari berbagai kultur lokal di bumi Indonesia ini. Pertanyaan sekaligus gugatan Rida sebetulnya masalah dasar dari semua elemen kehidupan masyarakat Melayu.

Memang dalam bahasa selalu terdapat keselarasan, bahkan terkandung dalam kata-kata atau substansi bahasa, maka menjadi lebih membekas dan mendalam hingga terwujudlah sebuah puisi; melalui puisilah menggema kembali keselarasan fundamental yang memungkinkan manusia untuk kembali kepada keberadaan dan kesadarannya yang lebih tinggi.

Di sinilah bahasa sastra menemukan karakternya. Ia hadir sebagai ragam ekspresi yang melewati perakitan-perakitan psiko-psikis dalam diri seseorang. Mengenai bahasa dalam wilayah sastra, Sutan Takdir Alisjahbana pun memberi komentar, “Bahasa hanyalah alat untuk menjelmakan perasaan dan pikiran yang terkandung dalam sanubari pujangga. Bagi saya, tiap-tiap pujangga itu bebas memakai alat sekehendak hatinya, asal saja dengan jalan demikian terang dan indah ia menggambarkan perasaan dan pikirannya. Apa pula salahnya kalau orang hendak melagukan dendangnya dengan perkataan arianingsun, mayapada, laksamana, imbang irama, kesturi.”

Di tepi lain, fakta-fakta sejarah yang lurus harus dibangun atas keselarasan antara bahasa dan pikiran. Seperti kata Roger Trigg, ‘Thought without language becomes impossible, and difereent languages will produce different thought. Berpikir tidak mungkin dipisahkan dari bahasa dan adanya perbedaan bahasa akan melahirkan perbedaan produk pemikiran.

Kekuatan bahasa sastra sebagai sarana representasi dari mekanisme kerja keseharian senantiasa menawarkan ruang-ruang subjek untuk beroperasi melakukan tindakan-tindakan sosial serta menentukan strategi-strategi dan tema-tema yang diyakini mampu membangun medan kesadaran publik. Dari sanalah posisi bahasa, tidak sekadar alat korespondensi antarsubjek, tapi bahasa telah membangun satu peta kekuatan di luar dirinya. Bahasa dalam takaran ini, menurut Benjamin Lee Whorf, tidak hanya medium untuk berkomunikasi, tapi bahasa pada wilayah tertentu, berfungsi untuk mendefinisikan kehidupan dirinya. Bahasa, mengikuti jejak pikiran Whorf, bukan hanya alat reproduksi untuk menyuarakan kembali gagasan-gagasan, melainkan justru bahasa itu sendirilah yang menjadi pembuat gagasan, program, dan panduan aktivitas mental individu, untuk menganalisis kesan dan untuk sintesis kemampuan mentalnya.

Pikiran Whorf, setidak-tidaknya menolak doktrin tradisional bahasa, yang dihinggapi definisi-definisi normatif sebagai alat komunikasi dan pemekaran yurisdiksi kata-kata. Menurut doktrin tradisional, kata-kata yang tertuang dalam puisi memerlukan penjelasan lebih lanjut karena hubungan antara realitas kosmis dan bahasa manusia telah memudar selama kurun waktu tertentu, yang menilai alam secara kuantitatif dan mempelajari bahasa secara analitis belaka, dengan mengabaikan aspek kualitatif sintetis puitis. Dalam bahasa, kata menjadi substansi yang menggantikan hakikat materi dunia eksternal, dan menyiratkan keselarasan kosmis.

Anugerah Sagang

Sejatinya, Anugerah Sagang merupakan representasi lain untuk menjaga tanah Melayu, khususnya Riau, menjaga bahasa ibu, bahasa Melayu. Dan tentu segenap apresiasi kita tumpahkan untuk para pengelola Yayasan Sagang, yang mau membuang energi mereka untuk menjaga kultur Melayu dari sergapan budaya lain. Anugerah Sagang ke-12 ini merupakan cermin dari perjalanan panjang Rida K Liamsi dalam menjejakkan kakinya ke dalam wilayah kultur Melayu.

Rida, sosok yang perlu diberi catatan. Energi yang ia tumpahkan untuk menjaga bahasa ibu seperti mengabaikan energi lain yang seharusnya ia sandarkan dengan sepenuh jiwa untuk keluarga dan kerabatnya. Yayasan Sagang seolah-olah sebagai rumah pertama Rida untuk berpijak dan meneruskan akar kemelayuan.

Di sisi lain, Gubernur Riau Rizal Nurdin pun merupakan sosok yang punya dedikasi yang tinggi terhadap kultur Melayu. Nurdin sendiri berujar bahwa visi dan misi Riau 2020 adalah menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Dedikasi Nurdin juga tercermin dari dana APBD untuk Dewan Kesenian Riau yang merangkak sampai kisaran Rp4 miliar. Untuk ukuran Indonesia, itulah bujet terbesar yang diberikan kepada dewan kesenian. Selamat untuk Rida, Nurdin, dan tentunya Eddy Akhmad RM, Ketua Dewan Kesenian Riau, yang menuai berkah dari apresiasi yang tinggi dari berbagai sosok Riau tersebut. Sebuah berkah apresiasi. Tidak lebih dari itu.

* Edy A Effendi, Wartawan Media Indonesia
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/12/negeri-riau-pilar-agung-sastra-melayu.html

1 komentar:

BUKU, FILM, DAN KISAH-KISAH LAINNYA mengatakan...

Bagus...tapi kog gubernur Riau jadi rizal nurdin ya??? bukannya rusli zaenal yg istrinya pengen banget jadi walikota pekanbaru itu???

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati