Ni Made Purnamasari
http://www.balipost.co.id/
TERHITUNG sejak tanggal 22 – 26 Maret 2010, siswa SMA/SMK atau sederajat di seluruh Indonesia akan mengikuti Ujian Nasional. Tentu masih dapat kita ingat dengan jelas bagaimana proses-proses yang dilakukan pemerintah dan para akademisi untuk mengevaluasi dan membenahi berbagai hal terkait pelaksanaan ujian ini. Misalnya saja dari beragam selentingan kabar tentang putusan status kelulusan UN, upaya pengkajian dan penetapan kebijakan yang ditempuh hingga tingkatan Mahkamah Agung, akhirnya sampai pernyataan resmi perihal ketentuan-ketentuan UN 2010 yang berlaku.
Dalam ketentuan tersebut ditegaskan bahwa standar kelulusan UN tahun ini adalah memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Tak hanya sampai di situ, dinyatakan pula bahwa tamat atau tidaknya seorang siswa dalam menempuh studi setingkat SMA ditentukan dengan beberapa faktor akademis, salah satunya adalah kelulusan UN.
Sastra dan Pilihan Ganda
Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UN ialah Bahasa dan Sastra Indonesia. Terlepas dari polemik di kalangan akademisi perihal patut atau tidaknya ilmu tata kebahasaan dengan sastra dipilah dalam dua sub ilmu ajar yang berbeda, pelajaran ini merupakan mata uji wajib yang mesti diikuti semua jurusan sekolah menengah tingkat atas di Indonesia, di samping dua mata uji lainnya, yakni Matematika dan Bahasa Inggris.
Sebagaimana yang kita ketahui, berbeda dengan bentuk ujian akhir di tahun-tahun sebelumnya, UN selalu menyajikan bentuk soal berupa pilihan ganda. Padahal, bila kita menengok sejenak ke belakang, mulanya terdapat tiga ragam pertanyaan yang diajukan, yakni pilihan ganda, isian dan esai ringkas. Bila dilihat secara sepintas, memang bentuk soal yang diterapkan sekarang terkesan lebih memudahkan para siswa untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ujian. Namun, bila kita menilik lebih mendalam lagi, jelaslah terkandung kemungkinan perubahan mantalitas generasi muda kita, yaitu penerapan secara tidak langsung atas budaya instan.
Pada bentuk pilihan ganda, seorang siswa dihadapkan sebuah pertanyaan dengan lima opsi jawaban. Yang bersangkutan haruslah menyelesaikan pertanyaan tersebut dengan cara memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Maka alhasil, para siswa hanya tinggal mencari-cari atau mencocokkan saja, mana di antara sekian opsi yang merupakan jawaban yang paling sesuai. Dengan kata lain, dalam bentuk soal ini, seseorang tidak—diharuskan—dapat menuangkan pikirannya secara lebih mendalam terkait pertanyaan yang diajukan, apalagi kritis memandang suatu masalah dengan alasan-alasan yang relevan.
Oleh karena pilihan ganda ini, seorang siswa tentulah tidak bisa leluasa menyampaikan pendapat-pendapat pribadinya dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebab, bila ia memilih lain dari kunci soal yang ditetapkan, maka jawaban yang bersangkutan otomatis akan disalahkan. Akibatnya, para siswa tidak akan terlatih untuk meramu gagasan orisinalnya sendiri, apalagi menyampaikannya dalam struktur berpikir yang terbuka dan terarah. Siswa juga akan terbiasa untuk berpikir secara praktis, enggan untuk menguraikan akar masalah, apalagi mencari solusi kreatif atas persoalan tersebut. Mereka hanya akan menentukan jawaban dari opsi yang ada, dan mungkin saja tanpa disertai sikap kritis untuk menilai segala kemungkinan dampak yang ditimbulkannya. Seandainya kecenderungan instan ini diterapkan pada keseharian, tentulah dibayangkan bagaimana hasil akhir dari kehidupan bermasyarakat kita.
Andai kata ragam soal seperti ini diterapkan hanya untuk mata uji yang bersifat pasti semisal matematika, fisika, kimia atau lainnya, barangkali itu tak menjadi masalah. Namun, menurut penulis, alangkah kurang bijaknya bila bentuk seperti ini juga ditetapkan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pun juga mata ajar lain yang beberapa aspeknya bersifat lebih implementatif dengan berdasar atas wawasan dan pemikiran masing-masing individu. Terlebih lagi dalam sastra, di mana seseorang justru diharapkan dapat mengembangkan daya imajinasi, bahkan juga kreasi seluas-luasnya, baik dengan pemberian apresiasi ataupun dengan menuliskan berbagai karya semisal puisi, cerpen atau lainnya, bukannya harus turut dalam pemaknaan atau jawaban tunggal atas sesuatu hal.
Sementara itu, metode pengajaran sastra di sekolah, sepanjang pengamatan penulis, boleh dikata belumlah dilakukan secara maksimal. Sebagian sekolah masihlah berpedoman pada kurikulum belajar-mengajar, tanpa melakukan terapan pengetahuan dan pengalaman bersastra di luar kelas. Hal ini terbukti dari sedikitnya keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan sastra, baik acara diskusi maupun apresiasi, khususnya di wilayah kota Denpasar. Bila misalnya dulu sekolah, bekerjasama dengan pihak-pihak memiliki kepedulian terhadap kebahasaan dan sastra, aktif menggelar acara-acara apresiasi semisal “Siswa Bertanya, Sastrawan Bicara” serta beragam program lomba di bidang sastra serta teater, dewasa ini kegiatan-kegiatan tersebut kian lama kian berkurang. Untuk itu, sudah barang tentu diperlukan suatu metode lain yang patut dikembangkan guna memberi ruang bagi daya kreasi para siswa sebagai tandingan dari kecenderungan untuk ‘memilih secara instan’ di atas.
Metode Pengajaran
Pertanyaan selanjutnya, metode pengajaran seperti apakah yang dapat diterapkan guna mendorong peserta didik untuk dapat lebih mengasah daya kreatif dan sikap kritisnya?
Ada banyak tawaran solusi yang dapat dilakukan terkait upaya ini. Salah satunya adalah seorang guru haruslah dapat dengan kreatif menyikapi kurikulum sekolah namun tetap tak menyimpang dari tata pedoman pengajaran yang telah ditetapkan. Misalnya saja terus memberikan bacaan-bacaan sastra, baik dari penulis angkatan sebelumnya hingga yang terkini, dan mengulasnya di dalam kelas. Selain itu, pengajar juga dapat aktif memberikan informasi tentang kegiatan apresiasi sastra maupun berbagai lomba penulisan yang diadakan di tingkat lokal maupun nasional. Bila diperlukan, atas inisiatif sendiri atau dengan kerjasama berbagai pihak, pihak sekolah dapat menggelar diskusi terbuka bersama para sastrawan dan akademisi sastra, terkait kesusastraan yang melibatkan para siswa dan juga tenaga pengajarnya.
Terkait dengan pelaksanaan UN, dapat pula dipertimbangkan usulan untuk menemukan standar kelulusan yang berbeda, khususnya untuk mata pelajaran yang bersifat implementatif kreatif seperti Bahasa dan Sastra Indonesia. Bentuk pilihan ganda dapat saja tetap dilakukan, namun hanya berlaku untuk beberapa soal yang bersifat keilmuan, seperti gramatika dan pengetahuan ketata-bahasaan lainnya. Sedangkan untuk penafsiran, penulisan ataupun apreasasi karya, haruslah dirumuskan metode yang dianggap lebih baik, yang dapat memungkinkan pengembangan gagasan para siswa. Mengenai hal ini, perlu dibuat semacam lembar jawaban tersendiri—tentunya berupa esai ringkas, bukan pilihan ganda—yang dinilai oleh tim yang memiliki kompetensi yang baik, semisal dari pengamat atau akademisi sastra, atau bahkan para sastrawan.
Ujian Nasional memang merupakan suatu titik yang menentukan bagi tiap-tiap sekolah. UN bukan hanya sebagai tolak ukur keberhasilan belajar seorang siswa, namun juga sebagai indikator peningkatan atau penurunan prestasi sebuah sekolah dalam penyelenggaraan belajar-mengajar. Berbagai upaya pun dilakukan sekolah, entah dengan bimbingan belajar tambahan, pembahasan soal dengan beragam ujian pemantapan, hingga hal-hal lainnya yang dipandang dapat membantu proses belajar peserta didiknya.
Namun, tanpa bermaksud membahas lebih jauh apakah UN cukup relevan sebagai standar kelulusan, ada baiknya disampaikan di sini, apapun batasan kelulusan yang ditetapkan, sekolah beserta pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan, haruslah menyadari bahwa yang mesti diperhatikan dalam kegiatan pengajaran bukan hanya hal-hal yang bersifat normatif, semisal bidang keilmuan yang bersifat pasti, namun juga pembekalan kemampuan analisa serta argumentasi dengan cara pandang yang kritis dan kreatif. Ini amatlah sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik dalam tataran keilmuan sekaligus juga dalam kepribadian. UN adalah salah satu cara dan tahapan untuk sampai pada tujuan luhur tersebut. Langkah berikutnya, merupakan tanggungjawab kita bersama.
*) Mahasiswa Antropologi, Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar