Sabtu, 02 Juli 2011

Nasib Pengajaran Sastra dan Budaya

Ni Made Purnamasari
http://www.balipost.co.id/

TERHITUNG sejak tanggal 22 – 26 Maret 2010, siswa SMA/SMK atau sederajat di seluruh Indonesia akan mengikuti Ujian Nasional. Tentu masih dapat kita ingat dengan jelas bagaimana proses-proses yang dilakukan pemerintah dan para akademisi untuk mengevaluasi dan membenahi berbagai hal terkait pelaksanaan ujian ini. Misalnya saja dari beragam selentingan kabar tentang putusan status kelulusan UN, upaya pengkajian dan penetapan kebijakan yang ditempuh hingga tingkatan Mahkamah Agung, akhirnya sampai pernyataan resmi perihal ketentuan-ketentuan UN 2010 yang berlaku.

Dalam ketentuan tersebut ditegaskan bahwa standar kelulusan UN tahun ini adalah memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Tak hanya sampai di situ, dinyatakan pula bahwa tamat atau tidaknya seorang siswa dalam menempuh studi setingkat SMA ditentukan dengan beberapa faktor akademis, salah satunya adalah kelulusan UN.

Sastra dan Pilihan Ganda

Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UN ialah Bahasa dan Sastra Indonesia. Terlepas dari polemik di kalangan akademisi perihal patut atau tidaknya ilmu tata kebahasaan dengan sastra dipilah dalam dua sub ilmu ajar yang berbeda, pelajaran ini merupakan mata uji wajib yang mesti diikuti semua jurusan sekolah menengah tingkat atas di Indonesia, di samping dua mata uji lainnya, yakni Matematika dan Bahasa Inggris.

Sebagaimana yang kita ketahui, berbeda dengan bentuk ujian akhir di tahun-tahun sebelumnya, UN selalu menyajikan bentuk soal berupa pilihan ganda. Padahal, bila kita menengok sejenak ke belakang, mulanya terdapat tiga ragam pertanyaan yang diajukan, yakni pilihan ganda, isian dan esai ringkas. Bila dilihat secara sepintas, memang bentuk soal yang diterapkan sekarang terkesan lebih memudahkan para siswa untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ujian. Namun, bila kita menilik lebih mendalam lagi, jelaslah terkandung kemungkinan perubahan mantalitas generasi muda kita, yaitu penerapan secara tidak langsung atas budaya instan.

Pada bentuk pilihan ganda, seorang siswa dihadapkan sebuah pertanyaan dengan lima opsi jawaban. Yang bersangkutan haruslah menyelesaikan pertanyaan tersebut dengan cara memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Maka alhasil, para siswa hanya tinggal mencari-cari atau mencocokkan saja, mana di antara sekian opsi yang merupakan jawaban yang paling sesuai. Dengan kata lain, dalam bentuk soal ini, seseorang tidak—diharuskan—dapat menuangkan pikirannya secara lebih mendalam terkait pertanyaan yang diajukan, apalagi kritis memandang suatu masalah dengan alasan-alasan yang relevan.

Oleh karena pilihan ganda ini, seorang siswa tentulah tidak bisa leluasa menyampaikan pendapat-pendapat pribadinya dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Sebab, bila ia memilih lain dari kunci soal yang ditetapkan, maka jawaban yang bersangkutan otomatis akan disalahkan. Akibatnya, para siswa tidak akan terlatih untuk meramu gagasan orisinalnya sendiri, apalagi menyampaikannya dalam struktur berpikir yang terbuka dan terarah. Siswa juga akan terbiasa untuk berpikir secara praktis, enggan untuk menguraikan akar masalah, apalagi mencari solusi kreatif atas persoalan tersebut. Mereka hanya akan menentukan jawaban dari opsi yang ada, dan mungkin saja tanpa disertai sikap kritis untuk menilai segala kemungkinan dampak yang ditimbulkannya. Seandainya kecenderungan instan ini diterapkan pada keseharian, tentulah dibayangkan bagaimana hasil akhir dari kehidupan bermasyarakat kita.

Andai kata ragam soal seperti ini diterapkan hanya untuk mata uji yang bersifat pasti semisal matematika, fisika, kimia atau lainnya, barangkali itu tak menjadi masalah. Namun, menurut penulis, alangkah kurang bijaknya bila bentuk seperti ini juga ditetapkan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pun juga mata ajar lain yang beberapa aspeknya bersifat lebih implementatif dengan berdasar atas wawasan dan pemikiran masing-masing individu. Terlebih lagi dalam sastra, di mana seseorang justru diharapkan dapat mengembangkan daya imajinasi, bahkan juga kreasi seluas-luasnya, baik dengan pemberian apresiasi ataupun dengan menuliskan berbagai karya semisal puisi, cerpen atau lainnya, bukannya harus turut dalam pemaknaan atau jawaban tunggal atas sesuatu hal.

Sementara itu, metode pengajaran sastra di sekolah, sepanjang pengamatan penulis, boleh dikata belumlah dilakukan secara maksimal. Sebagian sekolah masihlah berpedoman pada kurikulum belajar-mengajar, tanpa melakukan terapan pengetahuan dan pengalaman bersastra di luar kelas. Hal ini terbukti dari sedikitnya keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan sastra, baik acara diskusi maupun apresiasi, khususnya di wilayah kota Denpasar. Bila misalnya dulu sekolah, bekerjasama dengan pihak-pihak memiliki kepedulian terhadap kebahasaan dan sastra, aktif menggelar acara-acara apresiasi semisal “Siswa Bertanya, Sastrawan Bicara” serta beragam program lomba di bidang sastra serta teater, dewasa ini kegiatan-kegiatan tersebut kian lama kian berkurang. Untuk itu, sudah barang tentu diperlukan suatu metode lain yang patut dikembangkan guna memberi ruang bagi daya kreasi para siswa sebagai tandingan dari kecenderungan untuk ‘memilih secara instan’ di atas.

Metode Pengajaran

Pertanyaan selanjutnya, metode pengajaran seperti apakah yang dapat diterapkan guna mendorong peserta didik untuk dapat lebih mengasah daya kreatif dan sikap kritisnya?

Ada banyak tawaran solusi yang dapat dilakukan terkait upaya ini. Salah satunya adalah seorang guru haruslah dapat dengan kreatif menyikapi kurikulum sekolah namun tetap tak menyimpang dari tata pedoman pengajaran yang telah ditetapkan. Misalnya saja terus memberikan bacaan-bacaan sastra, baik dari penulis angkatan sebelumnya hingga yang terkini, dan mengulasnya di dalam kelas. Selain itu, pengajar juga dapat aktif memberikan informasi tentang kegiatan apresiasi sastra maupun berbagai lomba penulisan yang diadakan di tingkat lokal maupun nasional. Bila diperlukan, atas inisiatif sendiri atau dengan kerjasama berbagai pihak, pihak sekolah dapat menggelar diskusi terbuka bersama para sastrawan dan akademisi sastra, terkait kesusastraan yang melibatkan para siswa dan juga tenaga pengajarnya.

Terkait dengan pelaksanaan UN, dapat pula dipertimbangkan usulan untuk menemukan standar kelulusan yang berbeda, khususnya untuk mata pelajaran yang bersifat implementatif kreatif seperti Bahasa dan Sastra Indonesia. Bentuk pilihan ganda dapat saja tetap dilakukan, namun hanya berlaku untuk beberapa soal yang bersifat keilmuan, seperti gramatika dan pengetahuan ketata-bahasaan lainnya. Sedangkan untuk penafsiran, penulisan ataupun apreasasi karya, haruslah dirumuskan metode yang dianggap lebih baik, yang dapat memungkinkan pengembangan gagasan para siswa. Mengenai hal ini, perlu dibuat semacam lembar jawaban tersendiri—tentunya berupa esai ringkas, bukan pilihan ganda—yang dinilai oleh tim yang memiliki kompetensi yang baik, semisal dari pengamat atau akademisi sastra, atau bahkan para sastrawan.

Ujian Nasional memang merupakan suatu titik yang menentukan bagi tiap-tiap sekolah. UN bukan hanya sebagai tolak ukur keberhasilan belajar seorang siswa, namun juga sebagai indikator peningkatan atau penurunan prestasi sebuah sekolah dalam penyelenggaraan belajar-mengajar. Berbagai upaya pun dilakukan sekolah, entah dengan bimbingan belajar tambahan, pembahasan soal dengan beragam ujian pemantapan, hingga hal-hal lainnya yang dipandang dapat membantu proses belajar peserta didiknya.

Namun, tanpa bermaksud membahas lebih jauh apakah UN cukup relevan sebagai standar kelulusan, ada baiknya disampaikan di sini, apapun batasan kelulusan yang ditetapkan, sekolah beserta pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan, haruslah menyadari bahwa yang mesti diperhatikan dalam kegiatan pengajaran bukan hanya hal-hal yang bersifat normatif, semisal bidang keilmuan yang bersifat pasti, namun juga pembekalan kemampuan analisa serta argumentasi dengan cara pandang yang kritis dan kreatif. Ini amatlah sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik dalam tataran keilmuan sekaligus juga dalam kepribadian. UN adalah salah satu cara dan tahapan untuk sampai pada tujuan luhur tersebut. Langkah berikutnya, merupakan tanggungjawab kita bersama.

*) Mahasiswa Antropologi, Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati