Sabtu, 02 Juli 2011

Silap Bahasa, Hilang Bangsa

Muhammad Subarkah
Republika, 28 Juni 2011

MESKI mampu berbahasa asing dan terdidik secara Barat, para pendiri bangsa bangga akan bahasa nasionalnya.

“Orang pintar dan pejabat kita bicara mirip kompeni!” Ungkapan kekesalan ini diucapkan seniman, pakar bahasa, dan penulis novel kondang, Remy Sylado. Dia secara terbuka mengkritik sikap angkuh sebagian elite Indonesia yang suka pamer berbicara dengan bahasa ‘Indoenglish’ atau bahasa ‘gado-gado’, gaya bertutur tentara kolonial di Zaman Belanda dulu. Campur aduk diselingi patahan kalimat asing.

Belakangan, keresahan publik makin menggelak ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono acap kali berpidato memakai bahasa Inggris sesudah lagu kebangsaan Indonesa Raya dikumandangkan. Padahal, ada aturan hukum dalam setiap acara resmi, pejabat negara harus menggunakan bahasa Indonesia. “Itu melanggar undang-undang,” kata budayawan Ajip Rosidi.

Keengganan untuk ‘bersolek dengan bahasa asing’ ini berbanding terbalik dengan apa yang dipraktikkan para pendiri bangsa ini. Proklamator Bung Hatta, misalnya, ketika berpidato dalam acara penyerahan kedaulatan pada tahun 1950 di Belanda, dengan bangga dan penuh rasa syukur memakai bahasa Indonesia dalam pidatonya. Ia tak merasa jengah menyambut pidato Ratu Juliana yang saat itu berpidato dengan bahasa Belanda.

“Saya punya rekaman filmnya saat Bung Hatta berpidato dalam acara penyerahan kedaulatan itu. Saya dapat arsip film itu dari almarhum Des Alwi,” kata penggiat budaya Fadli Zon. Dia mengatakan, tampak Hatta dengan kesadaran penuh menggunakan bahasa itu. “Sama sekali tak ada perasaan minder karena kita tahu Bung Hatta sangat menguasai bahasa asing.”

Sikap Hatta ini dapat dimengerti berkat pengalaman panjang hidupnya ketika hidup dalam penindasan kolonial. Dia paham bahasa Indonesia adalah salah satu bentuk perjuangan dan bukti eksistensi adanya sebuah bangsa yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Bahasa adalah pilar bangsa, sama dengan Pancasila dan konstitusi negara.

Untuk mencapai sosok bahasa nasional itu, jelas bukan hal mudah. Fakta sejarah menunjukkan banyak elite bangsa pada saat menjelang Sumpah Pemuda enggan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan. Elite priyayi Jawa, misalnya, saat itu sudah menyiapkan ‘bahasa Jawa bagongan’ sebagai satu alternatif bahasa nasional.

Yang lucu lagi, Van der Plass, selaku pengamat resmi Pemerintah Kolonial Belanda pada waktu Kongres Pemuda yang berlangsung pada 26-28 Oktober 1928, melaporkan bahwa Soegondo Djojopoespito sebagai pemimpin kongres tak mampu berbahasa Indonesia. “Pemimpin kongres, pelajat Soegondo, tidak dapat memenuhi tugasnya dan kekurangan otoritas. Ia mencoba untuk berbicara dengan bahasa Indonesia, tetapi tidak mampu dan membuktikan dirinya mampu melakukannnya dengan baik.”

Bukan hanya itu, dilaporkan pula, saat itu ada penolakan secara diam-diam dari beberapa peserta terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Perwakilan dari Putri Indonesia Siti Soendari pada saat kongres masih menggunakan bahasa Belanda. Dia baru dapat berpidato dengan bahasa Indonesia selang dua bulan ke depan, yakni pada Kongres Perempuan Indonesia, 22-25 Desember 1928. Itu pun harus dilakukannya dengan persiapan penuh dan bekerja ekstrakeras.

Bila ada pepatah bahasa menunjukkan bangsa, hal ini sangatlah dimengerti. Contoh ini juga dipraktikkan oleh pejabat negara asing yang lain ketika berkunjung atas nama utusan negara. Salah satunya dicontohkan menteri luar negeri Cina beberapa tahun silam ketika berkunjung ke Gedung Parlemen, Senayan. Pada saat itu, wartawan sibuk bertanya kepada dia dengan bahasa Inggris. Namun, alangkah mengagetkan saat pejabat Cina itu menjawab pertanyaan. Dia menggunakan bahasa Cina yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Menteri itu enggan menjawab pertanyaan dengan bahasa Inggris. Dia adalah diplomat senior dan lulusan Universitas Sorbone di Prancis. Jadi, dia pasti tahu ketika ditanya dengan bahasa Inggris.

Kebanggaan akan berbahasa itulah yang sudah ditunjukkan oleh Bung Hatta dan menteri luar negeri Cina itu. Mereka sadar bahasa adalah jiwa bangsa. Bila anak bangsanya sendiri sudah silap akan bahasanya, bangsa itu pun sebenarnya sudah tak ada lagi. Mereka hanya jadi orang asing di negeri sendiri dan ini jelas menyedihkan.

“Sekarang ini ada keadaan yang buruk, di mana para pejabat dan kaum intekletual kita, apalagi kaum selebriti, bahasanya memakai bahasa ‘gado-gado’ atau bisa disebut saja dengan bahasa gaul dengan logat Jakarta. Ini jelas menunjukkan posisi intelektual mereka seperti apa sebenarnya. Mereka gemar memakai kata atau kalimat-kalimat bahasa Inggris. Padahal, itu tidak perlu, sebab ini hanya menunjukkan bahwa bahasa nasionalnya tidak mampu mewadahi ekspresi pikiran dan perasaan dia,” lanjut Ajip Rosidi.

Ajip yang lebih dua dasawarsa mengajar di berbagai universitas di Jepang menegaskan, tindakan itu jelas merendahkan bahasa Indonesia. Apalagi, bahasa Indonesia sudah terbukti dapat dipakai sebagai bahasa untuk menulis tentang ilmu apa pun juga. “Setengah abad yang lalu, pada tahun 1950-an, banyak mata pelajaran atau kuliah yang tidak bisa diberikan dengan bahasa Indonesia. Tapi, sekarang hal itu tidak perlu lagi. Mau kuliah apa pun dengan mempelajari ilmu apa pun bisa dilakukan dengan bahasa Indonesia. Dari segi ekspresi seni, sekarang karya sastra Indonesia sudah diakui di dunia internasional,” ujarnya.

Menurut Ajip, asal penyebab para elite berbahasa ‘gado-gado’ karena takut dianggap bodoh. Dia merasa minder dan tidak ingin ketahuan bila tidak bisa mengucapkan kalimat Inggris. Namun, pada sisi yang lain juga disebabkan oleh buruknya cara pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Mereka hanya ditumpukkan untuk belajar tata bahasa belaka, bukan untuk belajar bagaimana menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat untuk mengekspresikan diri.

“Pelajaran bahasa Indonesia, baik tingkat dasar sampai tingkat akhir, banyak yang salah. Kalau saya baca buku-buku pelajaran kelas enam sekolah dasar, misalnya, di sana siswa diharuskan tahu mengenai apa itu subjek atau predikat. Nah, padahal ini apa gunanya. Yang penting kan siswa sekolah dasar itu dalam pelajaran bahasa Indonesia harus dididik supaya bisa mengemukakan pikiran dan perasaannya dengan bahasa itu,” tandas Ajip.

Ancaman amnesia penggunaan bahasa Melayu pun kini sudah terjadi di Singapura dan Malaysia. Sastrawan terkemuka Singapura Suratman Markasan memperkirakan, pada 2020, sudah tak ada lagi orang di negeri itu yang menggunakan bahasa Melayu dalam percakapannya. “Saya menjangkakan ini mudah-mudahan tak terjadi. Melihat situasi yang ada, kira-kira pada tahun 2020 seluruh orang Melayu di Singapura akan ngomong memakai bahasa Inggris.”

Hal yang sama juga dikatakan pakar bahasa dan sastrawan Malaysia Siti Zainon. Di kalangan elite, pelaku bisnis, dan pemuda ada kecenderungan menyepelekan penggunaan bahasa nasional, yakni bahasa Melayu. Cara berbahasa mereka campur-campur, mirip seperti makanan rujak. Papan nama atau reklame juga banyak bertebaran dengan bahasa Inggris campur Melayu.

“Di kalangan pejabat, hanya sedikit yang masih konsisten berbahasa nasional. Lainnya, campur-campur. Namun, yang paling degil adalah kalangan bisnis. Mereka cenderung tak hirau lagi akan bahasa nasional. Padahal, bahasa adalah jiwa bangsa. Kalau bahasa nasional sampai hilang, sebenarnya bangsa itu pun tak ada lagi keberadaannya,” tegas Siti Zainon.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/06/teraju-silap-bahasa-hilang-bangsa.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati