Minggu, 28 Agustus 2011

Lukisan Perempuan *

Kafiyatun Hasya
http://sastra-indonesia.com/

“Aku memang tak menampakkan dihalayak banyak orang, tapi aku tahu kau diantara mereka”. Ucapmu padaku disenja kemaren. Entah kenapa aku tak bisa mengerti posisimu. Kau sebagai seorang pelukis yang terkenal, tak pantang memenyerah ketika malas menyambar semagatmu. Mungkin itu karena kau hidup dari hasil corat-coret tanganmu. Tapi aku yang berstatus kekasihmu sejak dua tahun yang lalu, tak penah kau kenalkan dengan teman-temanmu. Kau hanya mengenalkanku pada lukisan-lukisanmu. Kau paling banyak melukis perempuan daripada benda atau makhluk lainnya. Saat ditanya, kau hanya menjawab dengan senyuman serta sentuhan lembut ditanganku untuk sekedar menenangkanku.

“Ah, kau sangat pandai merayuku! Jangan-jangan kau menyimpan perempuan lain, lalu kau alihkan dengan melukis wajah-wajah mereka dikanvasmu” sergahku

“Tidak, tidak akan. Aku bukan penghianat. Kau satu-satunya kekasihku. Perempuan dilukisanku tak pernah berarti bagiku, mereka hanya barang kesayanganku saja”

Kau ini seperti hidup dizaman kerajaan saja, kau simpan selirmu dengan rapat dan aneh. Kau simpan mereka pada kanvas-kanvas kebanggaanmu, yang kelak jika kau beruntung, lukisan-lukisan itulah yang akan mengisi perut kosongmu”.

“Berarti aku berhutang budi pada perempuan dilukisanku, begitu maksudmu?!” kau memandangku sinis dan ragu, lalu kau menatap langit luas, memejamkan mata seraya mengucap kata-kata yang tak jelas ditelingaku.

“Kau berdo’a saja, agar tak pernah ada selir-selir seperti yang kau katakan. Jika itu terjadi bukan berarti aku penghianat, melainkan ada kesalah kesalahan yang tak pernah kita sadari.”

Sedetik kau menatapku, lalu membuang wajahmu kelangit luas lagi. Seakan mengharap sesuatu jatuh darisana. Entah itu berupa kebahagiaan atau duka. Kau meninggalkanku tetap sendiri duduk dibatu besar. Batu yang aku duduki memang sangat besar dan kokoh selama tidak ada benda yang lebih kuat menimpanya. Tapi aku perempuan, bukan batu kuat dari langit seperti yang selalu kau harapkan.

“Kisah cintaku tak boleh kandas disini. Aku susah payah mengumpulkan gugusan-gugusan kecil cintaku untuk kita jadikan titian-titian hidup. Perjuanganku baru dimulai”.

* * *

Diakhir pekan, kau mengajakku untuk menemanimu dalam acara pameran lukisanmu. Hampir satu bulan satu kali kita bersama diacara yang dihadiri para penyuka seni dan budayawan. Tak jarang, lukisanmu dibeli dengan harga yang cukup mahal. Aku mengamati tiap lukisanmu. Selalu begini, sama seperti yang dulu-dulu. Lukisan perempuan melulu. Perempuan jawa yang berkerudung. Entahlah, kenapa aku tidak juga mengeri filosofi lukisan kekasihku. Padahal hanya wajah perempuan.

“Mas Pras” panggilku ketika acara pameran usai

“Kenapa Din?”

“Kita langsung pulang atau jalan lagi?”

“Kita ketempat biasa saja”.Aku menurut saja apa yang kau katakan, selama aku masih bisa bersamamu.

“Kau yakin kisah kita tidak akan buruk?” tanyaku padamu saat duduk di batu besar.

“Bukan lantaran karena aku tak perduli padamu, maka kisah buruk terlahir untuk kita, aku tak membawa kisah buruk untuk hubungan kita. Aku tidak akan membawakan kisah-kisah sendu. Aku tak ingin membuatmu terus-terusan gamang. Aku tak ingin menambah bebanmu”.

“Aku tak habis pikir, kenapa aku sapai mencintaimu”.

“Itu adalah keajaiban”. Jawabmu pendek.

Tak jelas, kenapa kau sembunyikan aku seperti selir-selirmu,dalam kejauhan imajinasi dan kelakar nalurimu. Kekasihku yang sangat aku puja dan kunanti, yang aku harap dapat menghancurkan segala kegelisahan. Dan setelah lama aku mencoba menerima kehadiranmu, pada sejumput yang tak pernah lepas dihatiku, aku menjadi sangat mencintaimu.

Perempuan yang berharga bagimu, adalah prempuan yang bisa menampakkan wujudnya pada kanvas-kanvasmumu. Apa bagusnya bagiku, jika lukisan kekasihku saja aku tak mengerti. Apa itu berarti aku tak benar-benar mencintaimu?! Alangkah tragisnya, jika putik bunga berserakan dikakimu sebelum waktunya. Ambillah segala putik bunga-bungaku, dan kau akan tahu betapa kejamnya pelukis wajahku yang tak menyamakan aku dengan bunga-bunga yang lain.

Bercinta denganmu membuat aku lupa. Teman-temanku yang begitu bersikukuh bahwa kau bukan lelaki sejati, yang tak pernah bisa mengakui aku sebagai kekasihmu. Namun, itu tak membuat aku mati suri.

“Din..” kau memulai percakapan dipertemuan kali ini

“Iya mas?”

“Semalam aku bermimpi”

“Ah, itukan sudah biasa”

“Tidak, ini mimpi yang tak seperti biasanya”

“Apa sich?!”

“Dengar, dengarkan aku baik-baik”. Kau diam sebentar mengambil nafas.”aku bermimpi kau menjadi patung dilukisanku. Lalu menjelma bunga kering. Tapi aku sangat menyukainya. Meski bunga itu kering, gairahnya tak mengurangi niatku untuk terus memoleskan warna-warna kehidupan. Biasanya kau hadir bukan sebagai obyek lukisanku, paling tidak kau hanya menemani aku jalan-jalan dipulau khayalanku”.

“Apa maksudmu?”

“Aku senang ketika Tuhan memberiku mimpi tentang keberadaan dan tubuhmu. Jarang sekali itu terjadi”.

“Kau hawatir aku menjadi patung yang tak punya warna-warna cerah kehidupan bila kita bersama?!”.

“Tidak”

“Itu omong kosong sayang…”

“semoga saja memang omong kosong!”

Untuk sekian kali lagi kau menampakkan wajah hawatirmu. . Dengan sebatag rokok kau hembuskan segala ragu lewat asap yang membumbung, menjauh, dan mengabadi dilangit. Satu keraguan terlewatkan dibatinmu. Menyamai angin yang kerap menampar daun-daun kering. Yang membawa debu dan daun kering terpisah dari kerabatnya. Jka ia seorang manusia, mungkin dihari tenang ia kembali mencari kerabatnya. Aku tak mau seperti daun kering yang berjarak dengan kerabatnya, begitupun dengan kekasihku.

“Jangan terus-terusan ragu, itu akan mempengaruhi pikiranmu”.

“Aku tidak ragu,. Aku sedang berpikir bila kau jauh dariku apa yang akan terjadi padamu. Karna aku lelaki, aku tak risau”.

Aku tak mengerti dengan perasaan kekasihku. Haruskah aku redam seja gejolak yang menyembul ketika bertemu denganmu didepan banyak orang?!. Padahal pertemuan ini yang aku tunggu. Dengan merenung dan melamun tak membuahkan hasil. Serupa apapun kisah kita, aku peduli. Aku kerap menatap lekat-lekat matamu sambil menerawang, kira-kira adakah sebongkah kesetiaan yang terjerat, atau malah telah terlepas dari jeratan ikut halimbubu. Andai halimbubu itu mengerti keinginanku, tafsiranku akan membaik.

Aku menangkap gerut berbeda pada jalan pikiranmu. Lama kelamaan aku merasa bosan. Ada keinginan untuk tak peduli padamu, berharap kisah kita berakhir saja disini. Dari saking capeknya aku bertekad saja. Meninggalkanmu.

Aku ingin kita bertemu
ditempat biasa

SMSku masuk diponselmu sepuluh hari setelah pertemuan terakhir kita. Besoknya pada waktu yang telah kita sepakati kau tengah duduk di batu besar itu. Kau menggeser dudukmu untukku. Lalu kau membuka tasmu, mengeluarkan secarik kertas buram.

Kertas ini bukan kertas pink
Ini kertas buram. Tapi cinta
Bukanlah hal yang nampak.
Banyak hal yang tidak nampak
Yang bisa kita rasakan.
Adinda, dikeningmu bibirku
Ingin diam dan berpulang
Prasetyo
Sepulang pameran

“Senjata penyair adalah kata-katanya yang tulus”. Ucapku ketika ketika aku sudah membaca tulisanmu. Lalu duduk disampingmu. Persis seperti kemaren-kemarennya.

“Aku sependapat denganmu. Karena itu ketulusan. Aku terserah kamu saja. Kau mau terus seperti ini denganku atau malah meninggalkanku. Jika kau meninggalkanku aku putuskan, aku akan berhenti saja melukis wajahmu”.

“Apa?”

“Ya, selama ini aku melukis wajahmu yang telah tercemari disetiap lenguhan inspirasiku. Dengan wajah yang berbeda dengan bunga-bunga yang lainnya. Kau adalah bungaku meski tanpa atau dengan putik. Bagiku kau sama saja. Kau lebih berharga dari semua hasil lukisanku”.

Dengan rasa bahagia yang begitu saja membuncah pada hatiku seketika. Disiang ini, ditempat bebas penuh dengan beribu keinginan untuk hidup damai, aku menemukan seberkas keyakinan bahwa kau adalah lelaki yang belum sepenuhnya aku pahami, namun begitu sangat menghawatirkan aku.

“Adinda… aku begitu mencintaimu..”

* * *

Menyatakan perasaan kia dengan bahasa tubuh, yang diwakili oleh tangan atas jari-jari kita adalah ungkapan puncak keindahan. Ternyata coretan kekasihku adalah kumpulan perasaan cintanya.

Bagiku kau mas, adalah menyatukan rantai kisah cinta yang sungguh indah. Dengan segala yang telah kita lewatkan aku tak pantas meningglkanmu begitu saja. Mengenalmu, menjadikan aku sebagai putri bunga cantik dalam setiap lukisanmu. Kau sangat mahir melukis wajah, begitupun melukis kisah kita.

“Mas..,aku punya harapan besar padamu, menjadi yang berharga dan terindah dalam hidupmu. Disetiap dentingan do’a-do’aku, namamu dan segala harapan kita selalu kuucap.Semoga…”

Paiton 15 april 2009.
*) Dimuat di majalah ALFIKR.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati