Jumat, 20 Januari 2012

MILLENIUM DAN DILEMA MASAKINI

Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

1.
Pada salah satu bagian dari “Serat babad Dipanegara” terurai kisah, bahwa Pangeran yang mencetuskan perang jawa terbesar (antara 1825-1830) ini pernah berkeinginan menciptakan satu legalisme populatif, yang diemban oleh “nilai datu-datu”. Sang Pangeran, yang nama kecilnya adalah Raden Mas antawirya itu pergi bertapa di Gunung rasamuni, pesisir kidul, dan bertapa sedemikian kerasnya, hingga ruhnya sempat berdialog dengan ratu Kidul.
”Apakah sebenarnya yang kaukehendaki lewat tarakbrata ini, nanda Pangeran?” Tanya sang Ratu Kidul. Jawab Dipanegara : “Hamba ingin menjadi juruselamat Tanah Jawa, sepanjang masa, dalam gelar Ratu Adil Herucakra Amurilmukminin. Adapun dengan cara ini, hamba ingin melaksanakan pembebasan rakyat dari kongkongan si kulit putih.” Kalau demikian halnya, maka zaman-zaman Masadatang, suatu Millenium yang dijanjikan, niscaya akan didukung oleh tugas suci yang diwakilinya. Ratu Kidul merestui, dan Dipanegara mengakhiri tapabrata ini. Sejarah kemudian mencatat, bahwa gerakan yang dicanangkan dan diderukan di atas gelombang kemiskinan rakyat, akan diuji situasi. Dan mungkin, ia hanya seorang di antara yang mencobanya!

2.
Berbicara tentang millennium, dapatlah kita ungkap sebagai berikut. Seorang peneliti sosial dari Swedia, Prof. Bernward Joerges dalam tulisannya di harian “Dagens Nyeheter” tahun silam mengatakan, akibat dari kolonialisme dan imperialisme maka kronologi Gregorian kita, yang dimulai dengan tanggal yang diduga sebagai kelahiran Kristus, telah diterima di bagian terbesar dari dunia.” Maka tahun 2000 kelak akan menjadi tanda dari suatu zaman baru seluas dunia bagi bagian terbesar manusia. Dikatakannya, semua orang cenderung dengan peristiwa tersebut.” Ada pihak-pihak meramalkan, millennium yang baru itu akan mengantarkan suatu masa, manakala pertambahan penduduk dunia tidak terkendali dan hancurnya lingkungan hidup kita. Polusi udara akan mengubah atmosfir bumi menjadi rumah kaca yang teramat panas. Puncak-puncak gunung es akan mencair dan permukaan air laut akan naik, membanjiri daerah-daerah produktifdan berpenduduk, namun mengubah jutaan hektar tanah pertanian menjadi padang gurun. Rasanya, para peramal akan punya spekulasi yang panjang, tetapi keyakinan yang pendek sekali bila menyangkut millennium yang sedang mendekat. Apa sebenarnya yang akan ditawarkan oleh tahun 2000, hanya sang waktu yang akan menyingkapnya. Jikalau alkitab bisa dipercaya, limpahan bukti tersedia bahwa kita sudah berada di ambang suatu meillenium yang akan mulai kurang dari satu decade yang akan datang, dan ini akan jauh melebihi pengharapan manusia manapun sepanjang sejarah.

3.
Sejumlah ahli sejarah pernah mencatat perkembangan nasionalisme, yang diawali dari kuatnya golongan menengah dan sistem kapitalisme yang membantu pertumbuhan ilmu pengetahuan, sebagai akibat pengaruh reformasi. Niscayalah Reformasi merupakan salah satu faktor penting yang mendorong gagasan-gagasan berfikir independen yang tidak selalu sejajar dengan pandangan dunia yang resmi, sebagaimana dituntut oleh hirarki Katolik. Hal ini menumpuk kepentingan-kepentingan nasional, yang mendorong usaha-usaha industri dan juga riset-riset keilmuan yang ditopang oleh “gengsi” nasional. Umumnya, sarjana Inggris yang aktif antara abad 16 dan awal abad 17 adalah kaum pendeta. Di sini nampak, kelapangan gerak birokrat gereja yang langsung memasuki persoalan politik, pemerintahan perdagangan, bahkan juga falsafah ilmu pengetahuan. Malah, akibat soal ini, maka kaum imam kemudian cenderung limbung pada pemikiran-pemikiran rasional gaya Descrates dan Newton. Maka intuitif, tokoh-tokoh gereja dipacu pula untuk memberikan sumbangsihnya kepada teknologi, sebagai pangkal tumbuhnya ilmu dan pembangunan bangsa, dari aspek duniawi.

4.
Wejangan-wejangan keIslaman mengatakan, tujuan tasawuf adalah makrifat Tuhan dalam suatu kondisi rohani yang merasakan kemesraan dekat denganNya. Sebab itu, tasawuf juga disebut Irfan, sedang para pengamalnya dinamakan ahlul irfan. Sehubungan dengan itu, Ibn Sina berkata, para pencari Ketuhanan terbagi dalam jenis zahid (asketik) dan abid (pengamal ibadah) dan arif (tingkat tertinggi dalam upaya mencari kebenaran dimaksud). Para ahli tasawuf misalnya, selain shalat lima waktu yang wajib mengenal tata cara zikir (ingat selalu pada Tuhan), yang disampaikan secara “jahar” (suara), juga zikir dengan “khafi” (hatinya), di mana kesejatian iman akan terpelihara lewat kebiasaan ini. Situasi rohani yang terhadap “Kawusanan Ingkang sampurna” (Kasunyatan Akhir). Sebagai upaya mendandani akhlak diri sendiri dan akhlak masyarakkat. Ajaran-ajaran ikhsan kaum sufi misalnya menekankan, bagaimana dia harus menyelamatkan kaumnya, kini dan hari nanti, dalam satu rangkaian-penyelamatan dunia yang intensif-positivistis. Kalau demikianlah tiada mustahil, bagaimana petilasan Wali’ullah, sebagai umumnya tokoh sufi dunia, dihormati hingga setelah dia tiada, dan menjadi mysterium tramendum et fascinosum, yang memiliki daya tarik maha besar bagi mereka yangmerasakan getaran-juangnya.

5.
Betapapun juga, usaha untuk mencari pengertian dalam agama telah menimbulkan penggunaan bahasa dengan lambing-lambang atau simbol, analogi-analogi dan model-model. Lambang-lambang itu misalnya “Raja, Terang, Anak Domba, Api dan Mega”—sebagai istilah-istilah biasa dalam bahasa keagamaan. Lambang-lambang keagamaan itu tentunya tiada setepat istilah-istilah dalam ilmu pasti dan ilmu-ilmu lainnya.Kita misalnya terdorong mengatakan seraya menggunakan istilah-istilah kedalaman dan ketinggian mengenai hakikat Allah atau mengenai transendensiNya, sama artinya dengan menggunakan suatu analogi buat menyatakan sesuatu secara sederhana, tetapi jelas. Ini untuk menghindari bahasa berbelit-belit yang hanya dipahami oleh ahli-ahli teologi professional. Dalam pada itu, lambang-lambang keagamaan punya hubungan yang lebih mesra dengan kejadian-kejadian historic serta pengalaman umum manusiawi.Maka dalam aspek-aspek tertentu, lambing-lambang religious berlaku sebagai perlambang puitis yang bersifat mengajak, memberikan semacam kesan tentang rasa aman dan damai—sedangkan wujud dari cerah-terangnya sinar ini, sedemikian jauh mengajak ummat untuk mecari pola kepemimpinan yang paling tepat.

6.
Dewasa ini, ahli sosiologi makin memperhatikan gejala sosial dari agama sebagai “kefaktaan sosiologis”, dan di mana studi baru-baru ini makin menunjukkan, misalnya bagaimana suatu masjid di tengah perkampungan padat, dapat lebih menyejukkan hati manusia yang hidup berdempet-dempet (yang biasanya lemah secara moral), sehingga mereka terpanggil untuk beribadah secara tetap, dan menahan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Sebuah gereja yang terletak di dekat pabrik rokok misalnya, akan mendorong banyak orang berfikir, bagaimana korelasi antara usaha untuk hidup bersih dan menanggulangi nekotin, dan betapa agungnya ibadah bagi manusia yang tak menyia-nyiakan uangnya untuk sesuatu yang muspra. Di Inggris, diteliti, kenapa belakanagan ini rumah-rumah Tuhan itu makin dibanjiri oleh para pensiunan dan para jompo, dan kenapa justru kaum remaja seperti “kalis” dari percaturan merembug Sabda dan Kalam Illahi ini.

7.
Barangkali alam kerohanian tak boleh dicampuradukkan dengan alam material, tanpa menghidupkan kembali pengertian-pengertian tentang “Allah yang mengisi tiap telempap, tiap lubang, dan tiap sesuatu yang gothang” dalam kehidupan. Gagasan seperti kebebasan insani, termasuk bidang bahasa mengenai pribadi, dan tak termasuk ilmu pengetahuan eksakta. Paham-paham adikodrati niscaya berhubungan pula dengan bidang-bidang adikodrati, yang membuat kita merasakannya sebagai bagian penting dalam filsafat konservatitisme yang seutuhnya. Setiap keadaan determinis dapat dijlentrehkan dengan suatu keterangan ilmiah mengenai pikiran serta tidakan manusia—di mana kerangka empirik merupakan sesuatu yang menekankan fungsinya. Hubungan sebab-akibat dari sesuatu gejala, namun tafsirannya terhadap peristiwa tersebut adalah langkah realistic-konkrit dan bukan dilihat dari tatanilai yang sakral. Lain soal, jika kita berbicara tentang mukjizat-mukjizat dari sang Nabi, termasuk dari kedahsyatan azimat yang diperlihatkan oleh Wali dan Rasul, dengan misteri-misteri yang meliput kesanggupannya dalam dakwahnya. Mungkin, ada benarnya jika katerkaitan daya linuwih semacam ini dengan sinar Yang Maha Rahman-Rahim, yang dari proses kesejarahannya masih dapat kita lacak dari sesuatu yang purbawi.

8.
Dengan menyimak akar budaya yang terdapat pada tarekat-tarekat dan mazhab-mazhab yang dicetuskan, buat penyelamatan kehidupan yang lebih panjang daripada “kesementaraan singgah di dunia” ini, maka dunia ethnologi dan sosiologi harus memahami peranan institusi-institusi masyarakat yang tergolong luwes, longgar, seraya aktif mempercepat perubahan strukturnya. Model ini pada hakikatnya berupa struktur simbolis, yaitu sistem pemikiran serta gagasan umum yang terkandung dalam kata-kata, benda-benda, perilaku, yang lazim di tengah kita. Maka tindakan sosial takkan terpaham, tanpa acuan kepada struktur simbolis semacam ini, yang oleh beberapa pakar disebut sebagai paradigma budaya. Unsur-unsur paradigma ini seringkali ditarik dari masa lalu, dari sistem kuno yang berasal dari kelompok-kelompok yang berdiri sendiri dan bergabung secara longgar pada kawasan distrik, desa dan kampung yang kecil, terisolir. Banyak pengamatan akan tertuju kepada pribadi-pribadi, tokoh penyandang dana, pemilik pusaka, ulama dan pelungguh (tuan tanah) dan kaum ningrat. Manakala perhatian serta aspirasi masyarakat baru datang dari etika yang lebih kuat, bahkan juga nasionalisme radikal, maka nilai kelompok yang tadinya begitu kokoh itupun barubah, bahkan terlumat.

9.
Darimanapun pengamatan itu diletakkan, kita takkan bisa mengelak, bahwa selalu harus ditekankan sumbangan kelompok yang sadar, yang tahu kapan harus menciptakan buhulan baru, simpulan baru, bahkan interpretasi baru. Persoalannya jangan sampai dikaburkan, hanya lantaran orang mulai jenuh untuk menyaksikan adanya perbedaan kepentingan antara si tua dan si muda, dalam deretan tokoh yang ditunjuk dan diurapi. Seraya mengingat tentang Millenium Yang Akan Datang—bukan dengan kecemasan baru, melainkan denngan keperkasaan lama, sesuai dengan nubuat-nubuat yang kita warisi—maka penggunaan ilmu teknologi akan lebih berhasil menyelamatkan dunia seisinya. Faktor menonjol yang abadi ini, misalnya rasa setiakawan, rasa ingin mendukung falsafah yang popular (dan lebih menjamin prospek kemanusiaan) dan juga interpretasi budaya yang tahan cuaca, tahan jaman. Kewigatian yang menyatu dengan aspirasi kaum muda, akan menjadi sumbu dari lillin bernyala terang ini.

* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati