Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/
1.
Pada salah satu bagian dari “Serat babad Dipanegara” terurai kisah, bahwa Pangeran yang mencetuskan perang jawa terbesar (antara 1825-1830) ini pernah berkeinginan menciptakan satu legalisme populatif, yang diemban oleh “nilai datu-datu”. Sang Pangeran, yang nama kecilnya adalah Raden Mas antawirya itu pergi bertapa di Gunung rasamuni, pesisir kidul, dan bertapa sedemikian kerasnya, hingga ruhnya sempat berdialog dengan ratu Kidul.
”Apakah sebenarnya yang kaukehendaki lewat tarakbrata ini, nanda Pangeran?” Tanya sang Ratu Kidul. Jawab Dipanegara : “Hamba ingin menjadi juruselamat Tanah Jawa, sepanjang masa, dalam gelar Ratu Adil Herucakra Amurilmukminin. Adapun dengan cara ini, hamba ingin melaksanakan pembebasan rakyat dari kongkongan si kulit putih.” Kalau demikian halnya, maka zaman-zaman Masadatang, suatu Millenium yang dijanjikan, niscaya akan didukung oleh tugas suci yang diwakilinya. Ratu Kidul merestui, dan Dipanegara mengakhiri tapabrata ini. Sejarah kemudian mencatat, bahwa gerakan yang dicanangkan dan diderukan di atas gelombang kemiskinan rakyat, akan diuji situasi. Dan mungkin, ia hanya seorang di antara yang mencobanya!
2.
Berbicara tentang millennium, dapatlah kita ungkap sebagai berikut. Seorang peneliti sosial dari Swedia, Prof. Bernward Joerges dalam tulisannya di harian “Dagens Nyeheter” tahun silam mengatakan, akibat dari kolonialisme dan imperialisme maka kronologi Gregorian kita, yang dimulai dengan tanggal yang diduga sebagai kelahiran Kristus, telah diterima di bagian terbesar dari dunia.” Maka tahun 2000 kelak akan menjadi tanda dari suatu zaman baru seluas dunia bagi bagian terbesar manusia. Dikatakannya, semua orang cenderung dengan peristiwa tersebut.” Ada pihak-pihak meramalkan, millennium yang baru itu akan mengantarkan suatu masa, manakala pertambahan penduduk dunia tidak terkendali dan hancurnya lingkungan hidup kita. Polusi udara akan mengubah atmosfir bumi menjadi rumah kaca yang teramat panas. Puncak-puncak gunung es akan mencair dan permukaan air laut akan naik, membanjiri daerah-daerah produktifdan berpenduduk, namun mengubah jutaan hektar tanah pertanian menjadi padang gurun. Rasanya, para peramal akan punya spekulasi yang panjang, tetapi keyakinan yang pendek sekali bila menyangkut millennium yang sedang mendekat. Apa sebenarnya yang akan ditawarkan oleh tahun 2000, hanya sang waktu yang akan menyingkapnya. Jikalau alkitab bisa dipercaya, limpahan bukti tersedia bahwa kita sudah berada di ambang suatu meillenium yang akan mulai kurang dari satu decade yang akan datang, dan ini akan jauh melebihi pengharapan manusia manapun sepanjang sejarah.
3.
Sejumlah ahli sejarah pernah mencatat perkembangan nasionalisme, yang diawali dari kuatnya golongan menengah dan sistem kapitalisme yang membantu pertumbuhan ilmu pengetahuan, sebagai akibat pengaruh reformasi. Niscayalah Reformasi merupakan salah satu faktor penting yang mendorong gagasan-gagasan berfikir independen yang tidak selalu sejajar dengan pandangan dunia yang resmi, sebagaimana dituntut oleh hirarki Katolik. Hal ini menumpuk kepentingan-kepentingan nasional, yang mendorong usaha-usaha industri dan juga riset-riset keilmuan yang ditopang oleh “gengsi” nasional. Umumnya, sarjana Inggris yang aktif antara abad 16 dan awal abad 17 adalah kaum pendeta. Di sini nampak, kelapangan gerak birokrat gereja yang langsung memasuki persoalan politik, pemerintahan perdagangan, bahkan juga falsafah ilmu pengetahuan. Malah, akibat soal ini, maka kaum imam kemudian cenderung limbung pada pemikiran-pemikiran rasional gaya Descrates dan Newton. Maka intuitif, tokoh-tokoh gereja dipacu pula untuk memberikan sumbangsihnya kepada teknologi, sebagai pangkal tumbuhnya ilmu dan pembangunan bangsa, dari aspek duniawi.
4.
Wejangan-wejangan keIslaman mengatakan, tujuan tasawuf adalah makrifat Tuhan dalam suatu kondisi rohani yang merasakan kemesraan dekat denganNya. Sebab itu, tasawuf juga disebut Irfan, sedang para pengamalnya dinamakan ahlul irfan. Sehubungan dengan itu, Ibn Sina berkata, para pencari Ketuhanan terbagi dalam jenis zahid (asketik) dan abid (pengamal ibadah) dan arif (tingkat tertinggi dalam upaya mencari kebenaran dimaksud). Para ahli tasawuf misalnya, selain shalat lima waktu yang wajib mengenal tata cara zikir (ingat selalu pada Tuhan), yang disampaikan secara “jahar” (suara), juga zikir dengan “khafi” (hatinya), di mana kesejatian iman akan terpelihara lewat kebiasaan ini. Situasi rohani yang terhadap “Kawusanan Ingkang sampurna” (Kasunyatan Akhir). Sebagai upaya mendandani akhlak diri sendiri dan akhlak masyarakkat. Ajaran-ajaran ikhsan kaum sufi misalnya menekankan, bagaimana dia harus menyelamatkan kaumnya, kini dan hari nanti, dalam satu rangkaian-penyelamatan dunia yang intensif-positivistis. Kalau demikianlah tiada mustahil, bagaimana petilasan Wali’ullah, sebagai umumnya tokoh sufi dunia, dihormati hingga setelah dia tiada, dan menjadi mysterium tramendum et fascinosum, yang memiliki daya tarik maha besar bagi mereka yangmerasakan getaran-juangnya.
5.
Betapapun juga, usaha untuk mencari pengertian dalam agama telah menimbulkan penggunaan bahasa dengan lambing-lambang atau simbol, analogi-analogi dan model-model. Lambang-lambang itu misalnya “Raja, Terang, Anak Domba, Api dan Mega”—sebagai istilah-istilah biasa dalam bahasa keagamaan. Lambang-lambang keagamaan itu tentunya tiada setepat istilah-istilah dalam ilmu pasti dan ilmu-ilmu lainnya.Kita misalnya terdorong mengatakan seraya menggunakan istilah-istilah kedalaman dan ketinggian mengenai hakikat Allah atau mengenai transendensiNya, sama artinya dengan menggunakan suatu analogi buat menyatakan sesuatu secara sederhana, tetapi jelas. Ini untuk menghindari bahasa berbelit-belit yang hanya dipahami oleh ahli-ahli teologi professional. Dalam pada itu, lambang-lambang keagamaan punya hubungan yang lebih mesra dengan kejadian-kejadian historic serta pengalaman umum manusiawi.Maka dalam aspek-aspek tertentu, lambing-lambang religious berlaku sebagai perlambang puitis yang bersifat mengajak, memberikan semacam kesan tentang rasa aman dan damai—sedangkan wujud dari cerah-terangnya sinar ini, sedemikian jauh mengajak ummat untuk mecari pola kepemimpinan yang paling tepat.
6.
Dewasa ini, ahli sosiologi makin memperhatikan gejala sosial dari agama sebagai “kefaktaan sosiologis”, dan di mana studi baru-baru ini makin menunjukkan, misalnya bagaimana suatu masjid di tengah perkampungan padat, dapat lebih menyejukkan hati manusia yang hidup berdempet-dempet (yang biasanya lemah secara moral), sehingga mereka terpanggil untuk beribadah secara tetap, dan menahan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Sebuah gereja yang terletak di dekat pabrik rokok misalnya, akan mendorong banyak orang berfikir, bagaimana korelasi antara usaha untuk hidup bersih dan menanggulangi nekotin, dan betapa agungnya ibadah bagi manusia yang tak menyia-nyiakan uangnya untuk sesuatu yang muspra. Di Inggris, diteliti, kenapa belakanagan ini rumah-rumah Tuhan itu makin dibanjiri oleh para pensiunan dan para jompo, dan kenapa justru kaum remaja seperti “kalis” dari percaturan merembug Sabda dan Kalam Illahi ini.
7.
Barangkali alam kerohanian tak boleh dicampuradukkan dengan alam material, tanpa menghidupkan kembali pengertian-pengertian tentang “Allah yang mengisi tiap telempap, tiap lubang, dan tiap sesuatu yang gothang” dalam kehidupan. Gagasan seperti kebebasan insani, termasuk bidang bahasa mengenai pribadi, dan tak termasuk ilmu pengetahuan eksakta. Paham-paham adikodrati niscaya berhubungan pula dengan bidang-bidang adikodrati, yang membuat kita merasakannya sebagai bagian penting dalam filsafat konservatitisme yang seutuhnya. Setiap keadaan determinis dapat dijlentrehkan dengan suatu keterangan ilmiah mengenai pikiran serta tidakan manusia—di mana kerangka empirik merupakan sesuatu yang menekankan fungsinya. Hubungan sebab-akibat dari sesuatu gejala, namun tafsirannya terhadap peristiwa tersebut adalah langkah realistic-konkrit dan bukan dilihat dari tatanilai yang sakral. Lain soal, jika kita berbicara tentang mukjizat-mukjizat dari sang Nabi, termasuk dari kedahsyatan azimat yang diperlihatkan oleh Wali dan Rasul, dengan misteri-misteri yang meliput kesanggupannya dalam dakwahnya. Mungkin, ada benarnya jika katerkaitan daya linuwih semacam ini dengan sinar Yang Maha Rahman-Rahim, yang dari proses kesejarahannya masih dapat kita lacak dari sesuatu yang purbawi.
8.
Dengan menyimak akar budaya yang terdapat pada tarekat-tarekat dan mazhab-mazhab yang dicetuskan, buat penyelamatan kehidupan yang lebih panjang daripada “kesementaraan singgah di dunia” ini, maka dunia ethnologi dan sosiologi harus memahami peranan institusi-institusi masyarakat yang tergolong luwes, longgar, seraya aktif mempercepat perubahan strukturnya. Model ini pada hakikatnya berupa struktur simbolis, yaitu sistem pemikiran serta gagasan umum yang terkandung dalam kata-kata, benda-benda, perilaku, yang lazim di tengah kita. Maka tindakan sosial takkan terpaham, tanpa acuan kepada struktur simbolis semacam ini, yang oleh beberapa pakar disebut sebagai paradigma budaya. Unsur-unsur paradigma ini seringkali ditarik dari masa lalu, dari sistem kuno yang berasal dari kelompok-kelompok yang berdiri sendiri dan bergabung secara longgar pada kawasan distrik, desa dan kampung yang kecil, terisolir. Banyak pengamatan akan tertuju kepada pribadi-pribadi, tokoh penyandang dana, pemilik pusaka, ulama dan pelungguh (tuan tanah) dan kaum ningrat. Manakala perhatian serta aspirasi masyarakat baru datang dari etika yang lebih kuat, bahkan juga nasionalisme radikal, maka nilai kelompok yang tadinya begitu kokoh itupun barubah, bahkan terlumat.
9.
Darimanapun pengamatan itu diletakkan, kita takkan bisa mengelak, bahwa selalu harus ditekankan sumbangan kelompok yang sadar, yang tahu kapan harus menciptakan buhulan baru, simpulan baru, bahkan interpretasi baru. Persoalannya jangan sampai dikaburkan, hanya lantaran orang mulai jenuh untuk menyaksikan adanya perbedaan kepentingan antara si tua dan si muda, dalam deretan tokoh yang ditunjuk dan diurapi. Seraya mengingat tentang Millenium Yang Akan Datang—bukan dengan kecemasan baru, melainkan denngan keperkasaan lama, sesuai dengan nubuat-nubuat yang kita warisi—maka penggunaan ilmu teknologi akan lebih berhasil menyelamatkan dunia seisinya. Faktor menonjol yang abadi ini, misalnya rasa setiakawan, rasa ingin mendukung falsafah yang popular (dan lebih menjamin prospek kemanusiaan) dan juga interpretasi budaya yang tahan cuaca, tahan jaman. Kewigatian yang menyatu dengan aspirasi kaum muda, akan menjadi sumbu dari lillin bernyala terang ini.
* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Hana N.S
A. Kohar Ibrahim
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Laksana
Aa Aonillah
Aan Frimadona Roza
Aba Mardjani
Abd Rahman Mawazi
Abd. Rahman
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wahab
Abdullah Alawi
Abonk El ka’bah
Abu Amar Fauzi
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adhimas Prasetyo
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Aditya Ardi N
Ady Amar
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus S. Riyanto
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Ahda Imran
Ahlul Hukmi
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad S Rumi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alfian Zainal
Ali Audah
Ali Syamsudin Arsi
Alunk Estohank
Alwi Shahab
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Machmud NS
Anam Rahus
Anang Zakaria
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anita Dhewy
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurniawan
Anwar Noeris
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Ardus M Sawega
Arida Fadrus
Arie MP Tamba
Aries Kurniawan
Arif Firmansyah
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Aris Kurniawan
Arman AZ
Arther Panther Olii
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
Arya Winanda
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Asrul Sani (1927-2004)
Awalludin GD Mualif
Ayi Jufridar
Ayu Purwaningsih
Azalleaislin
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bagus Fallensky
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brillianto
Brunel University London
BS Mardiatmadja
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Catatan
Cerpen
Chamim Kohari
Chrisna Chanis Cara
Cover Buku
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Dana Gioia
Danang Harry Wibowo
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hardiana
Dian Hartati
Diani Savitri Yahyono
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Djasepudin
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi AH Iyubenu
Edi Sarjani
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eduardus Karel Dewanto
Edy A Effendi
Efri Ritonga
Efri Yoni Baikoen
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Endarmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Triono
Eko Tunas
El Sahra Mahendra
Elly Trisnawati
Elnisya Mahendra
Elzam
Emha Ainun Nadjib
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Etik Widya
Evan Ys
Evi Idawati
Fadmin Prihatin Malau
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faiz Manshur
Faradina Izdhihary
Faruk H.T.
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fitri Yani
Frans
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Gde Agung Lontar
Gerson Poyk
Gilang A Aziz
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gus TF Sakai
H Witdarmono
Haderi Idmukha
Hadi Napster
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hardjono WS
Hari B Kori’un
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hazwan Iskandar Jaya
Hendra Makmur
Hendri Nova
Hendri R.H
Hendriyo Widi
Heri Latief
Heri Maja Kelana
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Firyansyah
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husen Arifin
I Nyoman Suaka
I Wayan Artika
IBM Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahjadi
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Norman
Iskandar Saputra
Ismatillah A. Nu’ad
Ismi Wahid
Iswadi Pratama
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.J. Ras
J.S. Badudu
Jafar Fakhrurozi
Jamal D. Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jemie Simatupang
JILFest 2008
JJ Rizal
Joanito De Saojoao
Joko Pinurbo
Jual Buku Paket Hemat
Jumari HS
Junaedi
Juniarso Ridwan
Jusuf AN
Kafiyatun Hasya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Key
Khudori Husnan
Kiki Dian Sunarwati
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Kris Razianto Mada
Krisman Purwoko
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Kuss Indarto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L.K. Ara
L.N. Idayanie
La Ode Balawa
Laili Rahmawati
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayanie
Lukman Asya
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Raudah Jambak
M. Ady
M. Arman AZ
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Makmur Dimila
Mala M.S
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Mariana Amiruddin
Marjohan
Martin Aleida
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Mathori A. Elwa
Media: Crayon on Paper
Medy Kurniawan
Mega Vristian
Melani Budianta
Mikael Johani
Mila Novita
Misbahus Surur
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohammad Cahya
Mohammad Eri Irawan
Mohammad Ikhwanuddin
Morina Octavia
Muhajir Arrosyid
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Multatuli
Munawir Aziz
Muntamah Cendani
Murparsaulian
Musa Ismail
Mustafa Ismail
N Mursidi
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nelson Alwi
Nezar Patria
NH Dini
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Ni’matus Shaumi
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nisa Ayu Amalia
Nisa Elvadiani
Nita Zakiyah
Nitis Sahpeni
Noor H. Dee
Noorca M Massardi
Nova Christina
Noval Jubbek
Novelet
Nur Hayati
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurul Anam
Nurul Hidayati
Obrolan
Oyos Saroso HN
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
PDS H.B. Jassin
Petak Pambelum
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puji Santosa
Purnawan Basundoro
Purnimasari
Puspita Rose
PUstaka puJAngga
Putra Effendi
Putri Kemala
Putri Utami
Putu Wijaya
R. Fadjri
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R. Toto Sugiharto
R.N. Bayu Aji
Rabindranath Tagore
Raden Ngabehi Ranggawarsita
Radhar Panca Dahana
Ragdi F Daye
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Renosta
Resensi
Restoe Prawironegoro
Restu Ashari Putra
Revolusi
RF. Dhonna
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Ridwan Rachid
Rifqi Muhammad
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Risa Umami
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rofiuddin
Romi Zarman
Rukmi Wisnu Wardani
Rusdy Nurdiansyah
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman Yoga S
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sariful Lazi
Saripuddin Lubis
Sartika Dian Nuraini
Sartika Sari
Sasti Gotama
Sastra Indonesia
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sides Sudyarto DS
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Wrekso Wikromo
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Widodo
Sobirin Zaini
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sreismitha Wungkul
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sugeng Satya Dharma
Sugiyanto
Suheri
Sujatmiko
Sulaiman Tripa
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Budiharto
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
Syarif Hidayatullah
Syarifuddin Arifin
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajudin Noor Ganie
Tammalele
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tenni Purwanti
Tharie Rietha
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tjahjono Widarmanto
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Wahono
Trisna
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Wahyu Prasetya
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Weni Suryandari
Widodo
Wijaya Hardiati
Wikipedia
Wildan Nugraha
Willem B Berybe
Winarta Adisubrata
Wisran Hadi
Wowok Hesti Prabowo
WS Rendra
X.J. Kennedy
Y. Thendra BP
Yanti Riswara
Yanto Le Honzo
Yanusa Nugroho
Yashinta Difa
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhis M. Burhanudin
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yusuf Assidiq
Zahrotun Nafila
Zakki Amali
Zawawi Se
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar