Minggu, 18 Maret 2012

SINAR SEROJA DIANTARA BIANGLALA

Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

1.
Satu kebahagiaan, sebetulnya, ketika saya dengar, pelukis kawakan Yogya, Sapto Hudoyo mengeluarkan gagasan yang unik, tetapi manusiawi. Sastrawan, budayawan dan wartawan di kota budaya ini selayaknya dikuburkan di makam khusus di atas bukit, mengingat peranan mereka yang mulia, selaku penerus kalam Nabi dan Wali-Wali. Suatu penghargaan biasa, ataukah basa-basi, tidak jelas benar.
Hanya saja, ibarat seroja yang gemilang dan nampak di ketimnggian, akan lebih mudah kiranya dikenang anakcucu. Sekalipun bukan berbicara tentang para kuli tinta yang kudu dikebumikan melalui prosesi keagungan, seperti ajalnya ningrat-ningrat dulu kala, namun amatlah mengharukan, ide yang orisinil Sapto Hudoyo itu teruncur, di kala masyarakat tengah kepincut kepada karya-karya jurnalistik yang besar, kidung-kidung sastra yang berbobot, dan kabar tentang menonjolnya Anugerah sastra di mancanegara. Apakah kemudian sah juga dikatakan, kubur merupakan penghargaan maksimal bagi seseorang yang seluruh hidupnya dipersembahkan untuk menciptakan pancaran sinar lembut di antara bianglala, sesuai gerimis sore. Lebih dramatis lagi, bila tokoh, yang sem,asa hayatnya tak pernah punya rumah sendiri, setelah mati justru bermegah-megah bagaikan seorang santo? Bukankah para Santo baru dimuliakan setelah diterpa ajal?

2.
Ketegaran manggala budaya semestinya berkisar antara empat kepentingan yang rangkut-merajut. Pertama : bahwasanya ia menjadi seorang penimbang suasana yang tengah berlangsung, bukan buat menilai baik-buruknya, melainkan buat memastikan, apakah dia dapat mengambil peranan aktif di dalam pertarungan yang seru, ataukah tetap tinggal netral dalam sikap nan kaku. Kedua, bahwasanya di tengah gemilang permasalahan yang berat, maka manggala kudu bisa memetik garis yang terang dan gamblang tentang siklus pemikiran individualnya. Ketiga, bahwasanya dengan menciptakan situasi yang “gelisah serta penuh keragyan”, maka sang manggala sedapat mungkin membuat obat mujarab untuk menaklukkan musuh-musuh di antara bangsanya sendiri. Yakni, orang yang hanya lahirnya saja bisa menerima kredo-juang itu, namun dalam batinnya memusuhi secara sengit (jadi, kaum munafik, begitulah!). akhirnya, keempat, bahwasanya orang-orang yang hanya memperkatakan epos-epos kebudayaan di hadapannya itu sebagai tontonan di arena-aduan, sedang diri mereka Cuma siap sebagai tontonan. Di sini, diperlukan suatu langkah penjlentrehan nan kuat, di mana budayawan adalah putera mahkota dari “Kerajaan Pemikiran Sepanjang Masa”, yang tiadapernah takluk kepada hasut-hasutan. Kalau keempat laku tindak yang demikian ini dijabarkan secara luas, hakikatnya akan teraba pada setiap proses evolusi kultur yang ada di suatu negri, bagaimanapun corak dan kiblatnya.

3.
Semasa saya masih kanak-kanak, seorangpakde(abang dari ibu), di Bojonegoro. Bernama Raden Mas Ngabehi Ruslan Umarkatab sastohamijoyo seringkali mengingtakan, bahwa ukuran kelahiran membawa serta pemahaman batin, betapa peliknya jika ini ditafsirkan dengan memandang waktu yang dialami kini. Sebagai contoh dikatakan, bahwa kalau rela memberikan kepandaian ataupun sesuatu harta milik kepada oranglain, setelah orang tersebut meminta kepada kita (secara langsung)—maka hendaknya kita menyerahkan dengan hati nan lapang pula. Permintaan yang demikian merupakan suatu”ungkap-rohani” yang tersendiri, di mana benda dimaksud telah sepatutnya lepas dari tangan kita, dan dilingsir pihak ketiga. Sebaliknya, manakala berkeinginan memiliki sesuatu yang berharga, mohonlah selalu pada Tuhan, dengan cara yang khusyuk, hingga Dia mengabulkannya. Perbendaharaan alam semesta raya tiada watas dan hingganya, dan sekali lagi, getaran yang menghubungi diri kita dengan dzat rabbani adalah sedemikian halus (namun akrabnya, tulusnya, naluriahnya), sehingga semua itu diperlukan komunikasi halus dan intiem. Soalnya, seraya mendekatkan diri dengan Allah Maha Rakhman dan Rakhim, kita bisa belajar tentang kerelaan hidup yang maujud ke dalam rasa eling lan waspada—dua gatra nan mempertalikan pikir, angan-angan, kalbu dan “osikan lebet” yang ada dalam tubuh kita ini. Sarana eling dan waspada memperkuat disiplin pasrah kepadaNya—dan di mana rengkuhan sanubaru Yang Maha kuat senantiasa pada rengkuhan hati insani, yang mencintai dan menyembahnya; satu kumandang dari binar-terang transendensi yang memikat.

4.
Dalam kitab “Pepali Ki Ageng Selo” (Nasehat Ki Ageng Selo) terungkap dua pupuh sekar Dhandhanggula, sebagai berikut : “Bumi, geni, banyu miwah angin, pan srengenge, lintang lan rembulan, iku aneng kene, segara jurang, gunung, padhang, peteng, pada sumandhing, adoh kalawan parek, wis aneng sireku, mulane ana wong ngucap, sapa bisa wong iku njaring angin, jaba jalma utama. /Tama temen tumanem ing ati, atinira tang nganggo was-uwas, waspada marang ciptae, tan a liyanipun, muhung cipta harjaning ragi, miwah harjaning wuntat, ciptane nrus kalbu, nuhoni inngkang mawenang, wenangira kawula punika pasthi, sumangga ring kadarman.// artinya kurang lebih demikian : “Bumi, api serta angin, matahari, bintang dan rembulan, itu semuanya ada di sini, laut, lembah, dan gunung, terang dan gelap ada di samping, jauh dan dekat, sudah ada dalam dirimu, karena itu ada orang yang berkata, siapa yang dapat menjala angin, kecuali Manusia Utama/ Kuat benar bertanam dalam hati, hatinya tidak mengandung was-was, waspada terhadap ciptanya, tiada yang lainnya, dalam ciptanya meresap dalam kalbu, menyaksikan kenyataan yang kuasa, kekuasaan manusia itu seseungguhnya pasti, terserah kepada kemurahan Tuhan”// Demikian piweling Ki Ageng Selo yang hingga kini masih dapat kita renungkan, bagaimana penjabarannya.

5.
Hidup manusia berpusat di Hati, namun gilir-gulirnya bergerak antara jantung(perasaan) dan dalam otak(fikiran)—sedangkan kemudian bersatupadunya perasaan dan fikiran ialah cipta. Cahya sejati nan gemilang diperoleh, manakala cipta pun memusat ke Hati. Dalam situasi demikian, lenyaplah segala perasaan was-was dan manusia akhirnya ansyaf bahwa dirinya sekadar piranti, yang harus menjalankan petunjukNya. Hidup adalah sumber segala tenaga atau gaya. Sedangkan tenaga(energi) merupakan asal mula segala zat yang ada di alam ini. Belakangan dapat dibuktikan pula, pembuatan bom atom berdasarkan perubahan massa(zat) yang menjadi tenaga. Bila zat dapat menjelma menjadi tenaga, maka sebaliknya tenaga harus dapat pula menjadi zat. Dengan perkataan lain : zat ini tiada lain adalah sumber segala tenaga, sedangkan tenaga adalah asal-kamulanya zat—maka segala zat di alam ini sudah terkandung dalam Hidup!

6.
Sejauh ini, perlu direnungkan, bagaimana setumpukan bidang-bidang yang tak terhingga banyaknya membentuk sebuah benda. Benda itu dapat dipersaksikan dengan indera yang kita miliki, lantaran punya tiga ukuran(dimensi), yakni panjang, lebar dan tinggi. Namun demikian, Karen abenda tersebut terdiri atas unsur-unsur yang tidak dapat dipersaksikan, yaitu titik-titik kemudian garis-garis dan bidang-bidang, maka konsekuensinya benda dan ruang itu sebenarnya maya alias tiada. Ruang dan waktu adanya hanya sebagai manifestasi hidup, yang mula-mula mengandungnya. Karena itu kita bisa mengatakan, bahwa “jauh dan dekat” bersarang dalam pribadi insani. Dengan demikian, menerjemahkan atas kehidupan nan gumelar juga tak jauh dari pandangan kita yang dinukil oleh kesunyataan itu sendiri, yaitu : setiap sejentik getaran pedalaman batin, sebenarnya merupakan resonansi dari Kehendak Buana Mahabesar, yang diracik-temu pada kehendak-kehendak makhluk nan kecil dan laif-dhaif—yang adalah bayangannya jua.

7.
Biarkan daku mewujudkan kekuatan yang bersinar perada dengan bias-sinar yang hanya bisa ditengok orang lain, ketimbang diri sendiri. Dalam keluargaku, aku juga telah memilih “rumah masa depan di atas bukit”, yakni pekuburan yang kelak kuhuni dalam istirah penghabisan. Soalnya, bukan jasa untuk mengantarkan praba dan perada di atas seroja itu, melainkan karena secara adat, kami semua memiliki setelempap tanah yang siap mewadahi detak sebuah swarga bumi. Kurun ini memang menggelisahkan, konon; sehingga maut telah lebih dulu disantunni, ketimbang keringat di bahu yang berlelehan. Sayang, selubung hati manusia masih berkelebatan, kawan.

* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati