Minggu, 08 April 2012

Habis Gelap Terbitlah Gelap

Fahrudin Nasrulloh*
http://www.jawapos.com/

Andai Kartini tidak lahir pada 21 April 1879, pastilah tidak akan muncul ledakan keperempuanannya hingga ia menulis Door Duisfernis Tot Licht yang kemudian diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang (P.N. Balai Pustaka, 1957). Ia tak lain adalah cermin tragedi perempuan di abad itu, saat harkat perempuan terperosok dan cuma berkubang ”riwa-riwi” di sumur, dapur, dan kasur. Batinnya dilecut gelisah, dipukul topan badai keterbelakangan. Dirundung cita-cita, dihambat kasih sayang. Dikerangkeng adat dan dibutakan oleh peradaban bangsanya sendiri yang lama nian terjajah.

Siapa menyangka Kartini yang terlahir di Jepara itu lalu mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia. Sebenarnya ia bukan apa dan siapa untuk digores dalam sejarah jika dibandingkan dengan sederet pejuang perempuan lain di negeri ini. Namun yang berharga darinya lebih karena 150 suratnya kepada Nyonya dan Tuan Abendanon. Terhadap dua londo baik budi ini, adik-adik Kartini pun menulis surat kepada mereka: Roekmini 29 surat, Kardinah (7), Kartinah (3), dan Seomatri (1). Sedangkan ayahnya (RMP Sosro Kartono) dan suami Kartini (Djojo Adiningrat) masing-masing menulis sepucuk surat untuk Tuan Abendanon.

Bagi Kartini, Nyonya Abendanon adalah ”ibu jiwa”-nya. Tempat bercurah bahagia dan derita. Tatkala malam-malam senyap pikirannya tidak tenang, saat tak ada obat tidur apa pun yang mujarab. Kegundahan yang terus mengisapnya hingga ia meratap tersedu dalam hati ketika Kardinah, adiknya, harus meninggalkannya untuk menjadi istri pilihan orang tuanya dan tersebab itu tak bisa membantunya mengajar anak-anak kampung. Air matanya tertumpah. Baju pengantin dan selambu kamar di malam pertama adiknya itu, di mata Kartini, tak lain hanyalah kain kafan belaka.

Lewat surat-surat itu, apa yang retak dari sisi gelap perempuan pelahan mulai tersingkap. Kartini sadar, dirinya tak akan lama di dunia, dan kata-kata yang dituangkan dalam tulisannya itulah kelak yang bakal abadi. Ia berpikir jauh ke depan bahwa harkat perempuan barangkali mustahil bangkit bila ia sendiri tak tergerak untuk menyorong perubahan. Serampung menyimak Kitab Hilda van Suylenburg dalam bahasa Melayu, ia bertanya-tanya mungkinkah perempuan bumiputera mendapatkan bacaan seperti ini? Membaca menjadi sesuatu yang asing dan mewah. Sementara banyak kaum alit di Jepara saat itu dilanda penyakit akibat kelaparan dan carut-marutnya buruh bergaji rendah yang ditelantarkan Belanda.

Pertanyaan kecil mungkin muncul di benak kita, apa sebenarnya yang menginspirasi Kartini hingga ia menulis 150 surat? Baginya barangkali tak ada cara lain di balik keterpasungan dirinya selain keakraban yang lekat pada mereka-mereka yang telah maju di Eropa dan terbuka untuknya berkeluh-kesah. Hanya pena dan kertas disulapnya menjadi ”lidah tajam” demi menyuarakan jeritan nuraninya. Nyonya Ovink-Soer yang simpatik dan penuh cinta kasih, hingga Kartini bersurat padanya, bertarikh November 1899, dengan judul Pada Kakiku Ternganga Djurang, Diatas Diriku Melengkung Langit Terang Tjuatja. Nona Estella H. Zeehandelaar si pendengar keluh yang setia. Kartono, si kakak yang penyanyang dan penyemangat. Nellie van Kol, si penenang hati yang bergolak.

Dalam film RA Kartini besutan Sjumandjaja (dengan aktor Yenny Rahman, Adi Kurdi, Nani Wijaya, Andi Auri, dan Chintami Atmanegara) digambarkan saat Kartono berkunjung pulang dari sekolahnya di Belanda dan menyimak gemuruh hati Kartini yang menolak menjadi Raden Ayu. ”Nik, kau terlampau radikal dan tidak menghormati tata krama Jawa yang adiluhung. O, adikku, kini kedewasaanmu sungguhlah mulia tapi betapa penuh bahaya,” kata Kartono.

Dengan mata sayu dan tubuh gemetar Kartini menukas, ”Yang paling ditakutkan saat ini justru menjadi dewasa, Kang Mas. Alangkah ngerinya, dan hal yang seperti itu pasti sebentar lagi akan datang. Kang Mas tahu kamar di belakang? Di sebelah kamar Mbak Yu Lastri, pintu kamar itu setiap kali terbuka sedikit, seolah kamar itu menerima Nik untuk dipingit, dikunci di dalamnya bertahun-tahun sampai harinya datang orang tua kita membawa seorang laki-laki yang belum pernah kita kenal untuk menjadi suami. Kejam sekali budaya yang menciptakan nasib semacam ini.”

Tapi apalah daya dirinya. Bakti dan kepatuhan pada orang tua mengatasi segala-galanya. Meski kepiluannya harus disekapnya sendiri di kamar pengapnya. Kehidupan Kartini saat itu hanya dapat meraba-raba bayangan adakah yang terkutuk dengan harkat keperempuannya? Atau berdamai saja dengan nasibnya yang nelangsa? Kerap pertanyaan demikian menggulung membanting pikirannya. Tapi tampaknya ia tak lelah untuk terus mencari titik terang. Merangkak-rangkak dan mencoba menggosok-gosok di ke-”gelap”-an tubuhnya. Sebentuk ikhtiar yang tulus dari lubuk hati terdalam bahwa perempuan juga layak mendapatkan pendidikan dan kesempatan mengembangkan potensinya sebagaimana laki-laki. Dan, ternyata, Kartini seda (meninggal dunia) muda pada 17 September 1904, setelah melahirkan anaknya, RM Soesalit. Tapi sampai kini dan sejauh manakah ia terus menjadi inspirasi?

Agaknya terlalu musykil menjawabnya. Surat-surat sederhana Kartini justru mengintrusi lelorong kesadaran kaum hawa. Kita juga akan teringat Anne Frank yang mati di usia 14 tahun yang merekam kebiadaban Nazi dalam The Diary of Anne Frank. Paling tidak, di negeri kita, Kartini sudah menggerakkan spirit yang luar biasa bagi semisal Pramoedya Ananta Toer yang menganggit novel Panggil Aku Kartini Saja atau catatan-catatan progresif revolusiover Ir Soekarno dalam Sarinah.

Senyatanya perempuan zaman sekarang bahkan diperhadapkan pada problematika modernitas yang rawan nan pelik. Segelung air bah peradaban global di mana kini banyak perempuan menjadi korban baik di ruang domestik, penganiayaan buruh, pelecehan seksual, hingga mengimbas pada kekejaman dan penelantaran anak. Memang musti ada yang memekikkan kepahitan demikian. Bukan nubuat getir: Habis Gelap Terbitlah Gelap. (*)

*) Penggiat Komunitas Lembah Pring Jombang.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Hana N.S A. Kohar Ibrahim A. Qorib Hidayatullah A. Syauqi Sumbawi A.S. Laksana Aa Aonillah Aan Frimadona Roza Aba Mardjani Abd Rahman Mawazi Abd. Rahman Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wahab Abdullah Alawi Abonk El ka’bah Abu Amar Fauzi Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adhimas Prasetyo Adi Marsiela Adi Prasetyo Aditya Ardi N Ady Amar Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R Sarjono Agus R. Subagyo Agus S. Riyanto Agus Sri Danardana Agus Sulton Ahda Imran Ahlul Hukmi Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad S Rumi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhudiat Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alfian Zainal Ali Audah Ali Syamsudin Arsi Alunk Estohank Alwi Shahab Ami Herman Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Machmud NS Anam Rahus Anang Zakaria Anett Tapai Anindita S Thayf Anis Ceha Anita Dhewy Anjrah Lelono Broto Anton Kurniawan Anwar Noeris Anwar Siswadi Aprinus Salam Ardus M Sawega Arida Fadrus Arie MP Tamba Aries Kurniawan Arif Firmansyah Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Aris Kurniawan Arman AZ Arther Panther Olii Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha Arya Winanda Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Asrul Sani (1927-2004) Awalludin GD Mualif Ayi Jufridar Ayu Purwaningsih Azalleaislin Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bagus Fallensky Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni Setia Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brillianto Brunel University London BS Mardiatmadja Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Catatan Cerpen Chamim Kohari Chrisna Chanis Cara Cover Buku Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dad Murniah Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Dana Gioia Danang Harry Wibowo Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hardiana Dian Hartati Diani Savitri Yahyono Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Djasepudin Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi AH Iyubenu Edi Sarjani Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eduardus Karel Dewanto Edy A Effendi Efri Ritonga Efri Yoni Baikoen Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Endarmoko Eko Hendri Saiful Eko Triono Eko Tunas El Sahra Mahendra Elly Trisnawati Elnisya Mahendra Elzam Emha Ainun Nadjib Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Etik Widya Evan Ys Evi Idawati Fadmin Prihatin Malau Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faiz Manshur Faradina Izdhihary Faruk H.T. Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fauzi Absal Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fitri Yani Frans Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Gde Agung Lontar Gerson Poyk Gilang A Aziz Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gus TF Sakai H Witdarmono Haderi Idmukha Hadi Napster Hamdy Salad Hamid Jabbar Hardjono WS Hari B Kori’un Haris del Hakim Haris Firdaus Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hazwan Iskandar Jaya Hendra Makmur Hendri Nova Hendri R.H Hendriyo Widi Heri Latief Heri Maja Kelana Herman RN Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Firyansyah Herry Lamongan Hudan Hidayat Hudan Nur Husen Arifin I Nyoman Suaka I Wayan Artika IBM Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Q. Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indiar Manggara Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahjadi Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Norman Iskandar Saputra Ismatillah A. Nu’ad Ismi Wahid Iswadi Pratama Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.J. Ras J.S. Badudu Jafar Fakhrurozi Jamal D. Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jemie Simatupang JILFest 2008 JJ Rizal Joanito De Saojoao Joko Pinurbo Jual Buku Paket Hemat Jumari HS Junaedi Juniarso Ridwan Jusuf AN Kafiyatun Hasya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Key Khudori Husnan Kiki Dian Sunarwati Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Kris Razianto Mada Krisman Purwoko Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Kuss Indarto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L.K. Ara L.N. Idayanie La Ode Balawa Laili Rahmawati Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayanie Lukman Asya Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Raudah Jambak M. Ady M. Arman AZ M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Makmur Dimila Mala M.S Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maqhia Nisima Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Mariana Amiruddin Marjohan Martin Aleida Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Mathori A. Elwa Media: Crayon on Paper Medy Kurniawan Mega Vristian Melani Budianta Mikael Johani Mila Novita Misbahus Surur Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohammad Cahya Mohammad Eri Irawan Mohammad Ikhwanuddin Morina Octavia Muhajir Arrosyid Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun A.S Multatuli Munawir Aziz Muntamah Cendani Murparsaulian Musa Ismail Mustafa Ismail N Mursidi Nanang Suryadi Naskah Teater Nelson Alwi Nezar Patria NH Dini Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Ni’matus Shaumi Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nisa Ayu Amalia Nisa Elvadiani Nita Zakiyah Nitis Sahpeni Noor H. Dee Noorca M Massardi Nova Christina Noval Jubbek Novelet Nur Hayati Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurul Anam Nurul Hidayati Obrolan Oyos Saroso HN Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste PDS H.B. Jassin Petak Pambelum Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Puji Santosa Purnawan Basundoro Purnimasari Puspita Rose PUstaka puJAngga Putra Effendi Putri Kemala Putri Utami Putu Wijaya R. Fadjri R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R. Toto Sugiharto R.N. Bayu Aji Rabindranath Tagore Raden Ngabehi Ranggawarsita Radhar Panca Dahana Ragdi F Daye Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Renosta Resensi Restoe Prawironegoro Restu Ashari Putra Revolusi RF. Dhonna Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Ridwan Rachid Rifqi Muhammad Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Risa Umami Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rofiuddin Romi Zarman Rukmi Wisnu Wardani Rusdy Nurdiansyah S Yoga S. Jai S. Satya Dharma Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman Yoga S Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sariful Lazi Saripuddin Lubis Sartika Dian Nuraini Sartika Sari Sasti Gotama Sastra Indonesia Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sides Sudyarto DS Sidik Nugroho Sidik Nugroho Wrekso Wikromo Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Widodo Sobirin Zaini Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sreismitha Wungkul Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sugeng Satya Dharma Sugiyanto Suheri Sujatmiko Sulaiman Tripa Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Budiharto Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka Syarif Hidayatullah Syarifuddin Arifin Syifa Aulia T.A. Sakti Tajudin Noor Ganie Tammalele Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tenni Purwanti Tharie Rietha Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tjahjono Widarmanto Toko Buku PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Wahono Trisna Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Uniawati Unieq Awien Universitas Indonesia UU Hamidy Viddy AD Daery Wahyu Prasetya Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Weni Suryandari Widodo Wijaya Hardiati Wikipedia Wildan Nugraha Willem B Berybe Winarta Adisubrata Wisran Hadi Wowok Hesti Prabowo WS Rendra X.J. Kennedy Y. Thendra BP Yanti Riswara Yanto Le Honzo Yanusa Nugroho Yashinta Difa Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhis M. Burhanudin Yurnaldi Yusri Fajar Yusrizal KW Yusuf Assidiq Zahrotun Nafila Zakki Amali Zawawi Se Zuriati